
Rupiah Masih Betah di Posisi Ketiga Terbawah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 July 2019 08:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah tipis di perdagangan pasar spot hari ini. Pelemahan rupiah semakin parah seiring perjalanan pasar.
Pada Selasa (9/7/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.108 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,02% dibandingkan posisi perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan, rupiah malah tambah lemah. Pada pukul 08:24 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.120 di mana rupiah melemah 0,11%.
Namun pelemahan tidak hanya dirasakan oleh rupiah. Hampir seluruh mata uang utama Asia juga tidak berdaya di hadapan dolar AS, tinggal menyisakan yuan China dan peso Filipina di zona hijau.
Depresiasi 0,14% membawa rupiah ke posisi ketiga terbawah di klasemen mata uang Benua Kuning, sama seperti kemarin. Rupee India menempati posisi juru kunci dan yen Kepang tepat di atasnya.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:25 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Tidak cuma di Asia, dolar AS juga cenderung menguat secara global. Pada pukul 08:26 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat tipis 0,02%.
Sepertinya rilis data ketenagakerjaan AS akhir pekan lalu masih membekas di benak pelaku pasar. Pada Juni, perekonomian AS menciptakan 224.000 lapangan kerja, angka tertinggi sejak Januari.
Data ini menunjukkan dunia usaha di Negeri Paman Sam masih ekspansif. Penurunan suku bunga acuan mungkin dibutuhkan, tetapi tidak terlalu banyak. Bisa jadi penurunan 25 basis poin (bps) saja sudah cukup.
Peta pun berubah. Mengutip CME Fedwatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 50 bps pada 31 Juli tinggal 5,9%. Padahal sepekan lalu peluangnya nyaris 20%.
Investor sudah memasukkan penurunan suku bunga acuan AS dalam kalkulasi mereka, tetapi tidak cuma sekali. Oleh karena itu, penurunan suku bunga acuan yang mungkin hanya sekali sepanjang 2019 menjadi faktor kejutan dan energi tambahan bagi dolar AS.
Selain itu, pelaku pasar juga menantikan paparan Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) Jerome 'Jay' Powell di hadapan Kongres pada Rabu waktu Washington. Investor berharap paparan ini memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Apakah dovish, less-dovish, netral, atau malah hawkish-bias?
Sembari menunggu 'arahan' Powell, investor pun memilih bermain aman. Lebih baik wait and see, baru bergerak setelah semuanya sudah jelas. Akibatnya, aset-aset berisiko di negara berkembang Asia masih kekurangan peminat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Selasa (9/7/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.108 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,02% dibandingkan posisi perdagangan hari sebelumnya.
Seiring perjalanan, rupiah malah tambah lemah. Pada pukul 08:24 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.120 di mana rupiah melemah 0,11%.
Depresiasi 0,14% membawa rupiah ke posisi ketiga terbawah di klasemen mata uang Benua Kuning, sama seperti kemarin. Rupee India menempati posisi juru kunci dan yen Kepang tepat di atasnya.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:25 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Tidak cuma di Asia, dolar AS juga cenderung menguat secara global. Pada pukul 08:26 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat tipis 0,02%.
Sepertinya rilis data ketenagakerjaan AS akhir pekan lalu masih membekas di benak pelaku pasar. Pada Juni, perekonomian AS menciptakan 224.000 lapangan kerja, angka tertinggi sejak Januari.
Data ini menunjukkan dunia usaha di Negeri Paman Sam masih ekspansif. Penurunan suku bunga acuan mungkin dibutuhkan, tetapi tidak terlalu banyak. Bisa jadi penurunan 25 basis poin (bps) saja sudah cukup.
Peta pun berubah. Mengutip CME Fedwatch, peluang penurunan Federal Funds Rate sebesar 50 bps pada 31 Juli tinggal 5,9%. Padahal sepekan lalu peluangnya nyaris 20%.
Investor sudah memasukkan penurunan suku bunga acuan AS dalam kalkulasi mereka, tetapi tidak cuma sekali. Oleh karena itu, penurunan suku bunga acuan yang mungkin hanya sekali sepanjang 2019 menjadi faktor kejutan dan energi tambahan bagi dolar AS.
Selain itu, pelaku pasar juga menantikan paparan Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) Jerome 'Jay' Powell di hadapan Kongres pada Rabu waktu Washington. Investor berharap paparan ini memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter The Fed ke depan. Apakah dovish, less-dovish, netral, atau malah hawkish-bias?
Sembari menunggu 'arahan' Powell, investor pun memilih bermain aman. Lebih baik wait and see, baru bergerak setelah semuanya sudah jelas. Akibatnya, aset-aset berisiko di negara berkembang Asia masih kekurangan peminat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular