
Kokohnya Data Tenaga Kerja Merahkan Futures Wall Street AS
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
08 July 2019 19:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa kontrak futures bursa saham Amerika Serikat (AS) diperdagangkan melemah hari ini (8/7/2019), mengindikasikan Wall Street akan memulai perdagangan di zona merah.
Pada pukul 19:50 WIB, kontrak future Dow Jones dan S&P 500 diimplikasi melemah masing-masing 95,12 dan 9,46 poin. Sementara kontrak future Nasdaq diimplikasi turun 45,05 poin.
Rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam yang stabil mengurangi harapan terkait pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS/The Fed pada pertemuan akhir Juli mendatang.
Pada Jumat (5/8/2019) waktu setempat, AS menunjukkan ada 224.000 tenaga kerja baru (non pertanian) pada Juni dan mengalahkan proyeksi yang ada di 160.000, dimana ini merupakan pertanda ekonomi Negeri Adidaya tersebut masih bergejolak, dilansir Reuters.
Sebelumnya, pelaku pasar memiliki ekspektasi tinggi bahwa pada rapat kebijakan The Fed bulan ini, Jerome Powell dan kolega akan memangkas Federal Funds Rate (FFR) sebagai respon atas perlambatan ekonomi global.
Dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya, The Fed memilih mengambil sikap bertahan, karena meskipun rilis data ekonomi di seluruh dunia mencatatkan rapor merah, Negeri Paman Sam masing menghasilkan data yang cukup baik, sehingga tidak mendesak The Fed untuk memangkas FFR.
Dengan rilis data tersebut, tampaknya kemungkinan The Fed untuk mengambil posisi bertahan kembali mencuat.
"Laporan tenaga kerja AS yang kokoh mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan membantah argumentasi pemotongan 50 basis poin (bps) pada akhir bulan. Secara efektif, debat kali ini beralih dari 25 bps atau 50 bps ke 25 bos atau tidak ada (pemotongan suku bunga)," ujar Rodrigo Catril, Senior Foreign Exchange Strategist di National Australia Bank, dilansir CNBC International.
Lebih lanjut, sentimen lainnya yang ikut menekan Wall Street adalah keputusan bank investasi ternama, Morgan Stanley, untuk memangkas alokasi ekuitas globalnya dalam 5 tahun terakhir, dan menurunkan rekomendasi investasinya ke underweight, dengan alasan prospek saham selama tiga bulan ke depan terlihat buruk, dilansir Bloomberg.
"Terus memburuknya (hasil) PMI global menunjukkan kondisi makro yang memiliki banyak resiko pelemahan", tulis laporannya, dilansir Bloomberg. Ahli strategi Morgan Stanley kemudian merekomendasikan saham di Jepang dan Eropa daripada di AS dan negara-negara berkembang.
Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari Negeri Paman Sam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Pada pukul 19:50 WIB, kontrak future Dow Jones dan S&P 500 diimplikasi melemah masing-masing 95,12 dan 9,46 poin. Sementara kontrak future Nasdaq diimplikasi turun 45,05 poin.
Rilis data tenaga kerja Negeri Paman Sam yang stabil mengurangi harapan terkait pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS/The Fed pada pertemuan akhir Juli mendatang.
Sebelumnya, pelaku pasar memiliki ekspektasi tinggi bahwa pada rapat kebijakan The Fed bulan ini, Jerome Powell dan kolega akan memangkas Federal Funds Rate (FFR) sebagai respon atas perlambatan ekonomi global.
Dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya, The Fed memilih mengambil sikap bertahan, karena meskipun rilis data ekonomi di seluruh dunia mencatatkan rapor merah, Negeri Paman Sam masing menghasilkan data yang cukup baik, sehingga tidak mendesak The Fed untuk memangkas FFR.
Dengan rilis data tersebut, tampaknya kemungkinan The Fed untuk mengambil posisi bertahan kembali mencuat.
"Laporan tenaga kerja AS yang kokoh mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan membantah argumentasi pemotongan 50 basis poin (bps) pada akhir bulan. Secara efektif, debat kali ini beralih dari 25 bps atau 50 bps ke 25 bos atau tidak ada (pemotongan suku bunga)," ujar Rodrigo Catril, Senior Foreign Exchange Strategist di National Australia Bank, dilansir CNBC International.
Lebih lanjut, sentimen lainnya yang ikut menekan Wall Street adalah keputusan bank investasi ternama, Morgan Stanley, untuk memangkas alokasi ekuitas globalnya dalam 5 tahun terakhir, dan menurunkan rekomendasi investasinya ke underweight, dengan alasan prospek saham selama tiga bulan ke depan terlihat buruk, dilansir Bloomberg.
"Terus memburuknya (hasil) PMI global menunjukkan kondisi makro yang memiliki banyak resiko pelemahan", tulis laporannya, dilansir Bloomberg. Ahli strategi Morgan Stanley kemudian merekomendasikan saham di Jepang dan Eropa daripada di AS dan negara-negara berkembang.
Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari Negeri Paman Sam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular