
Harga Obligasi Terkapar di Awal Perdagangan, Ada Apa?
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
08 July 2019 11:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi di awal perdagangan hari ini seiring dengan sentimen negatif global terkait dengan data tenaga kerja Amerika Serikat yang di atas ekspektasi.
Data tenaga kerja yang di atas ekspektasi tersebut menggoyang ekspektasi pelaku pasar yang sedang tinggi-tingginya terhadap penurunan suku bunga acuan AS.
Pelemahan pagi ini berpotensi dapat menghentikan reli panjang harga surat utang negara (SUN) yang terjadi sejak 31 Mei.
Turunnya harga SUN itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 7,7 basis poin (bps) menjadi 7,29%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 8 Jul'19
Sumber: Refinitiv
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 527 bps, melebar dari posisi akhir pekan lalu 517 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,02% dari posisi akhir pekan lalu 2,04%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang masih di atas kepala atau tepatnya 20,3 bps.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 8 Jul'19
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 991,06 triliun SBN, atau 38,9% dari total beredar Rp 2.547 triliun berdasarkan data per 4 Juli.
Emisi Obligasi Korporasi 2019 Diperkirakan Capai Rp 130 Triliun
[Gambas:Video CNBC]
Angka kepemilikannya masih positif Rp 97,81 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,04%.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 0,37% dan 0,39%.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Data tenaga kerja yang di atas ekspektasi tersebut menggoyang ekspektasi pelaku pasar yang sedang tinggi-tingginya terhadap penurunan suku bunga acuan AS.
Pelemahan pagi ini berpotensi dapat menghentikan reli panjang harga surat utang negara (SUN) yang terjadi sejak 31 Mei.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 7,7 basis poin (bps) menjadi 7,29%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 8 Jul'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 5 Jul'19 (%) | Yield 8 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 5 Jul'19 |
FR0077 | 5 tahun | 6.773 | 6.806 | 3.30 | 6.7158 |
FR0078 | 10 tahun | 7.216 | 7.293 | 7.70 | 7.1831 |
FR0068 | 15 tahun | 7.584 | 7.642 | 5.80 | 7.5175 |
FR0079 | 20 tahun | 7.75 | 7.766 | 1.60 | 7.688 |
Avg movement | 4.60 |
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 527 bps, melebar dari posisi akhir pekan lalu 517 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,02% dari posisi akhir pekan lalu 2,04%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang masih di atas kepala atau tepatnya 20,3 bps.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 8 Jul'19
Seri | Benchmark | Yield 5 Jul'19 (%) | Yield 8 Jul'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.218 | 2.223 | 3 bulan-5 tahun | 41 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.873 | 1.843 | 2 tahun-5 tahun | 3 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.827 | 1.794 | 3 tahun-5 tahun | -1.9 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.842 | 1.813 | 3 bulan-10 tahun | 20.3 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.044 | 2.02 | 2 tahun-10 tahun | -17.7 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 991,06 triliun SBN, atau 38,9% dari total beredar Rp 2.547 triliun berdasarkan data per 4 Juli.
Emisi Obligasi Korporasi 2019 Diperkirakan Capai Rp 130 Triliun
[Gambas:Video CNBC]
Angka kepemilikannya masih positif Rp 97,81 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,04%.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 0,37% dan 0,39%.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 5 Jul'19 (%) | Yield 8 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.3 | 7.4 | 10.00 |
China | 3.188 | 3.193 | 0.50 |
Jerman | -0.36 | -0.365 | -0.50 |
Perancis | -0.083 | -0.092 | -0.90 |
Inggris | 0.738 | 0.739 | 0.10 |
India | 6.694 | 6.629 | -6.50 |
Jepang | -0.163 | -0.151 | 1.20 |
Malaysia | 3.623 | 3.626 | 0.30 |
Filipina | 5.015 | 5.028 | 1.30 |
Rusia | 7.36 | 7.38 | 2.00 |
Singapura | 1.903 | 1.933 | 3.00 |
Thailand | 2.01 | 2.015 | 0.50 |
Amerika Serikat | 2.044 | 2.02 | -2.40 |
Afrika Selatan | 8.075 | 8.17 | 9.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular