Tutup Perdagangan Pekan Ini, Harga Obligasi Masih Saja Ngegas

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 July 2019 21:13
Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat lagi dibanding penutupan kemarin.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat lagi dibanding penutupan kemarin. Kenaikan harga tersebut relatif belum berhenti dari tren reli yang terjadi sejak 31 Mei lalu. Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Saat ini, pasar keuangan global masih diselimuti sentimen positif dari potensi penurunan suku bunga AS karena data ekonomi yang belum membaik. Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Roby Rushandie, Head of Research & Market Information Dept PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA), menilai penguatan yang relatif belum putus masih menunjukkan sentimen dari angin damai dagang dan potensi penurunan suku bunga masih tetap berpengaruh di pasar. 

"Masih efek lanjutan hasil pertemuan Trump dan Jinping di G20 dan antisipasi penurunan suku bunga The Fed," ujar Roby kemarin (5/7/19). 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Empat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 6,2 basis poin (bps) menjadi 7,58%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.   
 
Yield Obligasi Negara Acuan 5 Jul'19
SeriJatuh tempoYield 4 Jul'19 (%)Yield 5 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 4 Jul'19
FR00775 tahun6.8146.773-4.106.7158
FR007810 tahun7.2477.217-3.007.1831
FR006815 tahun7.6467.584-6.207.5175
FR007920 tahun7.7657.75-1.507.688
Avg movement-3.70
Sumber: Refinitiv  

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,32 poin (0,13%) menjadi 258,18 dari posisi kemarin 257,86. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 525,5 bps, menyempit dari posisi kemarin 529,2 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 1,96% dari posisi kemarin 1,95%. 

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.  Inversi keduanya sudah mencapai kepala dua lagi sejak 3 Juli, atau di atas 20 bps, setelah sebelumnya terjadi pada 31 Mei-5 Juni. 

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. 

Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator tekanan ekonomi.

  
Yield Wajar Obligasi Negara Acuan 5 Jul'19
SeriJatuh tempoYield 4 Jul'19 (%)Yield 5 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)
FR00775 tahun6.70276.71581.31
FR007810 tahun7.18457.1831-0.14
FR006815 tahun7.53727.5175-1.97
FR007920 tahun7.74597.688-5.79
Avg movement-1.65
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 991,06 triliun SBN, atau 38,9% dari total beredar Rp 2.547 triliun berdasarkan data per 4 Juli.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 97,81 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.  Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,04%. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi secara luas, yaitu di Brazil, India, Rusia, Singapura, dan Afsel. Di negara maju, pasar JGB di Jepang menjadi satu-satunya negara maju yang pasar obligasinya positif.

   
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 4 Jul'19 (%)Yield 5 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil7.357.3-5.00
China3.1763.1881.20
Jerman-0.398-0.3861.20
Perancis-0.127-0.1121.50
Inggris 0.6730.6851.20
India6.8336.699-13.40
Jepang-0.153-0.163-1.00
Malaysia3.6113.6261.50
Filipina5.0215.0280.70
Rusia7.47.34-6.00
Singapura1.9081.903-0.50
Thailand2.012.010.00
Amerika Serikat1.9551.9620.70
Afrika Selatan8.118.08-3.00
Sumber: Refinitiv  


TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular