
Prospek Semester II-2019
Masuk Semester II, IHSG Berpotensi Naik Menguji Level 6.636
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
03 July 2019 12:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja yang sangat baik saat memulai perdagangan tahun ini, IHSG bertumbuh 5,46% hanya dalam satu bulan saja atau pada Januari, Indeks kemudian bergerak menyamping dan bahkan sempat turun akhir semester I-2019. Bagaimana prospeknya pada semester kedua?
IHSG kurang mampu melanjutkan kenaikannya dan cenderung bergerak menyamping pada bulan Februari-Maret, dan kemudian mengalami penurunan memasuki bulan April.
Pelaku pasar mundur teratur dari pasar saham karena khawatir akan momen Pemilihan Umum (Pemilu) yang dapat berujung kerusuhan. Saat itu memang sempat terjadi kerusuhan di depan gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan daerah sekitarnya akibat kekecewaan dari salah satu pasangan calon (Paslon).
Tensi politik pun mulai surut seiring dengan keputusan Paslon 02 yang menempuh jalan perselisihan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Bukannya membaik, derita IHSG justru baru dimulai. IHSG merosot tajam hingga menyentuh level terendah-nya pada 5.826 pada 17 bulan Mei.
Anjloknya IHSG tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi kuartal satu hanya tumbuh 5,07%. Tidak hanya itu, neraca dagang RI bulan April dilaporkan jeblok hingga US$ 2,5 miliar, yang merupakan defisit terparah yang pernah ada.
Tak lama berselang sejak level terendahnya tersebut, investor ramai-ramai kembali ke pasar saham karena dianggap sudah banyak saham murah. Secara perlahan IHSG mulai merayap naik hingga kembali bergerak di atas level 6.000 pada tanggal 23 Mei.
Sejak saat itu IHSG terus bergerak naik, apalagi sebelum libur panjang Idul Fitri, Jumat (31/5/2019), lembaga pemeringkat kenamaan dunia yakni Standard and Poor's (S&P) memutuskan untuk menaikkan peringkat surat utang Indonesia.
"S&P menaikkan peringkat pemerintah Indonesia ke BBB dengan alasan prospek pertumbuhan yang kuat dan kebijakan fiskal yang prudent," tulis S&P dalam keterangan resminya yang dirilis pada hari Jumat (31/5/2019).
Indeks kemudian berangsur-angsur pulih dengan bergerak naik hingga akhir paruh pertama di tutup menguat 2.65% pada level 6.358. Meski naik, sejatinya kinerja IHSG masih tertinggal dengan Bursa Utama kawasan Asia, IHSG hanya unggul dari indeks KLCI (Malaysia) yang terkoreksi 1,09%.
Bagaimana prospek kinerja IHSG pada triwulan ketiga? Simak Ulasan Teknikal berikut ini:
Analisis Teknikal
Dalam tiga tahun terakhir IHSG selalu mencatatkan kenaikan selama perdagangan kuartal ketiga. Pada tahun 2018 IHSG naik 3,05%, tahun 2017 terapresiasi 1,21%, kemudian tahun 2016 terangkat 6,48%.
Melihat tren kuartalan tersebut IHSG berpotensi mencatatkan kinerja yang sama. Dalam lima minggu terakhir, IHSG juga sedang bergerak naik (uptrend).
Secara rata-rata pergerakan, posisi IHSG berada di atas rata-rata nilainya dalam dua puluh dan lima puluh hari terakhir (Moving Average/MA50) dan (MA20), hal ini menggambarkan bahwa IHSG masih mempunyai kecenderungan bergerak naik.
Indikator teknikal lainnya, yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD) pada persilangan naik atau golden cross. Mengacu pada perhitungan (tools) Fibonacci Retrachments, ada potensi IHSG menguji level tertingginya tahun ini pada 6.636 sepanjang semester ketiga tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
IHSG kurang mampu melanjutkan kenaikannya dan cenderung bergerak menyamping pada bulan Februari-Maret, dan kemudian mengalami penurunan memasuki bulan April.
Pelaku pasar mundur teratur dari pasar saham karena khawatir akan momen Pemilihan Umum (Pemilu) yang dapat berujung kerusuhan. Saat itu memang sempat terjadi kerusuhan di depan gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan daerah sekitarnya akibat kekecewaan dari salah satu pasangan calon (Paslon).
Anjloknya IHSG tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi kuartal satu hanya tumbuh 5,07%. Tidak hanya itu, neraca dagang RI bulan April dilaporkan jeblok hingga US$ 2,5 miliar, yang merupakan defisit terparah yang pernah ada.
Tak lama berselang sejak level terendahnya tersebut, investor ramai-ramai kembali ke pasar saham karena dianggap sudah banyak saham murah. Secara perlahan IHSG mulai merayap naik hingga kembali bergerak di atas level 6.000 pada tanggal 23 Mei.
Sejak saat itu IHSG terus bergerak naik, apalagi sebelum libur panjang Idul Fitri, Jumat (31/5/2019), lembaga pemeringkat kenamaan dunia yakni Standard and Poor's (S&P) memutuskan untuk menaikkan peringkat surat utang Indonesia.
"S&P menaikkan peringkat pemerintah Indonesia ke BBB dengan alasan prospek pertumbuhan yang kuat dan kebijakan fiskal yang prudent," tulis S&P dalam keterangan resminya yang dirilis pada hari Jumat (31/5/2019).
Indeks kemudian berangsur-angsur pulih dengan bergerak naik hingga akhir paruh pertama di tutup menguat 2.65% pada level 6.358. Meski naik, sejatinya kinerja IHSG masih tertinggal dengan Bursa Utama kawasan Asia, IHSG hanya unggul dari indeks KLCI (Malaysia) yang terkoreksi 1,09%.
Bagaimana prospek kinerja IHSG pada triwulan ketiga? Simak Ulasan Teknikal berikut ini:
Analisis Teknikal
Dalam tiga tahun terakhir IHSG selalu mencatatkan kenaikan selama perdagangan kuartal ketiga. Pada tahun 2018 IHSG naik 3,05%, tahun 2017 terapresiasi 1,21%, kemudian tahun 2016 terangkat 6,48%.
Melihat tren kuartalan tersebut IHSG berpotensi mencatatkan kinerja yang sama. Dalam lima minggu terakhir, IHSG juga sedang bergerak naik (uptrend).
![]() |
Indikator teknikal lainnya, yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD) pada persilangan naik atau golden cross. Mengacu pada perhitungan (tools) Fibonacci Retrachments, ada potensi IHSG menguji level tertingginya tahun ini pada 6.636 sepanjang semester ketiga tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular