Melesat Saat 'Injury Time', IHSG Finis di Zona Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 July 2019 16:47
Melesat Saat 'Injury Time', IHSG Finis di Zona Hijau
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah beberapa kali bolak-balik di zona merah dan hijau, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya berhasil finis di zona hijau dengan membukukan penguatan tipis sebesar 0,08% ke level 6.384,9.

Sejatinya, pada perdagangan sesi dua IHSG terus berada di zona merah sebelum akhirnya melesat saat menit-menit akhir perdagangan alias injury time, membawa indeks saham acuan di Indonesia tersebut keluar dari zona depresiasi.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG menguat di antaranya: PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+6,69%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+0,71%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (+3,87%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+1,96%), dan PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (+1,8%).

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang sedang ditransaksikan melemah: indeks Shanghai turun 0,03%, indeks Straits Times turun 0,15%, dan indeks Kospi turun 0,36%.

Aksi ambil untung melanda bursa saham utama kawasan Asia. Maklum, pada perdagangan kemarin (1/7/2019) penguatan yang dibukukan berada di kisaran satu hingga dua persen, sehingga kini pelaku pasar tergiur untuk mencairkan keuntungannya.

Kemarin, bursa saham Benua Kuning melesat seiring dengan ademnya hubungan AS-China di bidang perdagangan. Sekedar mengingatkan, pasca berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Osaka, Jepang, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.

Dilansir dari CNBC International, kedua negara secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk tak saling mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor dari masing-masing negara.

Media milik pemerintah China Xinhua menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."

Lebih lanjut, Trump menyebut bahwa China akan membeli produk-produk agrikultur asal AS dalam jumlah besar.

"Kami menahan diri dari (mengenakan) bea masuk dan mereka akan membeli produk pertanian (asal AS)," tutur Trump, dilansir dari CNBC International.

Teranyar, Trump mengonfirmasi bahwa dialog dagang dengan China sudah kembali dimulai. Berbicara di Gedung Putih, Trump mengatakan bahwa negosiasi banyak digelar melalui sambungan telepon.

"Mereka berbincang sangat banyak melalui sambungan telepon namun mereka juga menggelar pertemuan," kata Trump, dilansir dari CNBC International.

"Ya, itu (negosiasi dagang) sejatinya sudah dimulai," lanjutnya.

Selain karena aksi ambil untung, kehadiran aura negatif terkait dengan hubungan dagang AS-China ikut memantik aksi jual di bursa saham Benua Kuning. Pasca bertemu dengan Xi di sela-sela gelaran KTT G20, Trump mengatakan bahwa AS meringankan sanksi yang sebelumnya dibebankan kepada raksasa pembuat perangkat telekomunikasi asal China, Huawei.

"Salah satu hal yang akan saya izinkan adalah - banyak orang terkejut bahwa kami mengirim dan menjual banyak sekali produk ke Huawei yang pada akhirnya diproduksi menjadi berbagai macam hal - dan saya katakan oke, kami akan tetap menjual produk tersebut," kata Trump, dilansir dari CNBC International.

Sebelumnya pada bulan Mei, AS memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam yang membuat perusahaan-perusahaan asal AS tak bisa menjual atau mentransfer teknologi yang mereka miliki ke Huawei tanpa adanya lisensi khusus.

Namun ternyata, pelonggaran sanksi yang diberikan AS tak sesignifikan yang sebelumnya diisyaratkan oleh Trump. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyebut bahwa pemerintah AS tidak mengeluarkan Huawei dari daftar hitam dan pihaknya hanya akan menerbitkan izin lebih banyak bagi perusahaan asal AS untuk menjual produknya ke Huawei selama produk tersebut tak membawa ancaman bagi kemanan nasional AS.

"Huawei akan tetap masuk dalam daftar hitam di mana akan ada kontrol ekspor yang ketat dan dalam hal yang berkaitan dengan kemanan nasional maka tak akan ada izin yang diterbitkan (bagi perusahaan AS untuk berbisnis dengan Huawei)," kata Kudlow dalam wawancara dengan Fox News, dilansir dari CNBC International.
Sentimen negatif lain bagi pasar saham tanah air datang dari keputusan Bank Dunia (World Bank) untuk menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kemarin, lembaga yang berbasis di Washington, AS tersebut memutuskan untuk memangkas proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2019, dari yang semula 5,2% menjadi 5,1%.

Dalam publikasinya, Bank Dunia menjelaskan beberapa faktor yang melandasi pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satunya adalah harga komoditas ekspor andalan Indonesia yang melemah di tahun 2019.

Bank Dunia mencatat harga komoditas logam dasar telah turun sepanjang dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal I-2019, indeks harga logam dasar turun 12% year-on-year (YoY), sementara pada kuartal sebelumnya juga amblas hingga 9% YoY.

Selain itu, ada pula harga batu bara Australia yang turun setelah pemerintah China memperketat impornya sejak Februari 2019. China yang merupakan konsumen terbesar batu bara dunia sangat berpengaruh terhadap pembentukan harga global.

Alhasil, Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia pun juga ikut turun. Berdasarkan catatan Bank Dunia, rata-rata HBA sepanjang kuartal I-2019 turun hingga 7% YoY.

Nasib serupa juga terjadi pada komoditas ekspor agrikultur. Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) melemah hingga 17% YoY di kuartal I-2019, melanjutkan pelemahan 23% YoY di kuartal sebelumnya. Pelemahan harga CPO masih terus terjadi meskipun pemerintah telah meningkatkan konsumsi minyak sawit domestik dengan program B20.

Anjloknya harga-harga komoditas tersebut membuat nilai ekspor terkontraksi. Padahal berdasarkan jumlahnya, ekspor batu bara dan minyak sawit sepanjang kuartal I-2019 naik masing-masing sebesar 10,5% YoY dan 9,8% YoY. Namun karena harga yang melemah, pertumbuhan nilai ekspor keduanya tercatat negatif sekitar 10% YoY.

Dampak dari penurunan harga komoditas adalah nilai investasi yang juga melambat. Pasalnya, imbal hasil investasi yang dihasilkan kala harga-harga komoditas anjlok menjadi tak maksimal. Catatan Bank Dunia memperlihatkan pertumbuhan investasi kuartal I-2019 hanya sebesar 5% YoY atau turun dari posisi kuartal IV-2018 sebesar 6% YoY.

Selain karena pelemahan harga komoditas, perlambatan investasi juga disebabkan oleh dua hal lain yaitu gelaran pemilihan umum (Pemilu) dan perlambatan belanja infrastruktur pemerintah. Beruntung, aksi beli yang dilakukan investor asing berhasil menyelamatkan IHSG. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 847,6 miliar di pasar reguler.

Aksi beli dilakukan dengan begitu kencang oleh investor asing kala rupiah sedang membukukan pelemahan. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,18% di pasar spot ke level 14.135/dolar AS.

Nampaknya, investor asing melihat upside yang begitu besar bagi IHSG. Pasalnya, sepanjang semester I-2019 imbal hasil IHSG masih sebesar 2,65%. Jika dibandingkan dengan indeks saham acuan dari negara-negara Asia lainnya, kinerja IHSG nyaris menjadi yang terburuk. IHSG hanya unggul dari indeks KLCI (Malaysia) yang terkoreksi 1,09%.



Saham-saham yang banyak diburu investor asing pada hari ini di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 201,2 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 182,6 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 114,5 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 108,4 miliar), dan PT Bank Central Asia Tbk/BMRI (Rp 53,1 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular