
Wall Street Dibuka Meroket, S&P 500 Sentuh Rekor Baru
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
01 July 2019 21:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Amerika Serikat (AS) melejit pada pembukaan perdagangan Senin (1/7/2019), setelah Amerika Serikat (AS) dan China sepakat menunda pengenaan tarif tambahan produk mereka guna melanjutkan kembali negosiasi dagang.
Indeks S&P 500 dibuka menembus 1% ke level tertingginya sepanjang sejarah pada pukul 08;30 waktu setempat (20:30 WIB), dan bertahan hingga 20 menit kemudian dengan kenaikan sebesar 32,1 poin ke 2.972,83. Level tertinggi indeks ini sebelumnya berada pada level 2.964.
Sementara itu pada waktu yang sama, indeks Dow Jones Industrial Average melesat 267,52 poin atau 1% ke 26.867,48 sedangkan indeks Nasdaq lompat 1,5% atau 116,5 poin ke 8.122,79 ditopang oleh saham-saham produsen piranti lunak. Saham Apple, Caterpillar dan FedEx melesat lebih dari 2%.
"Pasar sepertinya lebih nyaman dengan nada kerja-sama yang muncul dari pertemuan itu," tutur Managing Director KKM Financial Dan Deming, sebagaimana dilaporkan CNBC International.
Sepanjang semester pertama, indeks S&P 500 telah melesat lebih dari 17%, menjadikan kinerja semester pertama yang terbaik sejak lebih dari 20 tahun terakhir. Kenaikan terbesar dibukukan pada Juni yakni 7,9%, terbaik sejak 1955. Dow Jones tercatat melesat 7,2% pada Juni, terbaik sejak 1938.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk tidak mengenakan bea impor terhadap produk dari pesaing dagangnya tersebut. Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan G20 di Osaka, Jepang pada Sabtu.
Trump menyebut China akan membeli produk-produk agrikultur asal AS dalam jumlah besar, dan mengatakan bahwa keduanya sudah "di jalur yang benar". Media pelat merah China Xinhua memberitakan bahwa kedua negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat.
"Investor menanti hasil akhir pertemuan kedua raksasa ekonomi dunia tersebut, karena perang keduanya menimbulkan dampak buruk terhadap perekonomian dunia. Dana Moneter Internasional (IMF), misalnya, memangkas target pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini dari semula 3,9% menjadi 3,3% pada April lalu.
Jika perbincangan dengan Xi tak berjalan sesuai harapan Trump, besar kemungkinan bahwa presiden AS tersebut akan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai total US$ 300 miliar. Demikian juga dengan pengenaan sanksi terhadap raksasa teknologi Negeri Panda, Huawei.
Trump mengatakan AS akan melonggarkan restriksi yang semula diberlakukan terhadap perusahaan AS, memungkinkan mereka menjual perangkat produknya kepada Huawei. Semula pembatasan itu diberlakukan atas alasan "keamanan negara AS".
Pelaku pasar akan mencermati rilis data ekonomi penting yakni Manufacturing PMI AS periode Juni 2019 oleh Institute for Supply Management (ISM) dan data belanja konstruksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Indeks S&P 500 dibuka menembus 1% ke level tertingginya sepanjang sejarah pada pukul 08;30 waktu setempat (20:30 WIB), dan bertahan hingga 20 menit kemudian dengan kenaikan sebesar 32,1 poin ke 2.972,83. Level tertinggi indeks ini sebelumnya berada pada level 2.964.
Sementara itu pada waktu yang sama, indeks Dow Jones Industrial Average melesat 267,52 poin atau 1% ke 26.867,48 sedangkan indeks Nasdaq lompat 1,5% atau 116,5 poin ke 8.122,79 ditopang oleh saham-saham produsen piranti lunak. Saham Apple, Caterpillar dan FedEx melesat lebih dari 2%.
Sepanjang semester pertama, indeks S&P 500 telah melesat lebih dari 17%, menjadikan kinerja semester pertama yang terbaik sejak lebih dari 20 tahun terakhir. Kenaikan terbesar dibukukan pada Juni yakni 7,9%, terbaik sejak 1955. Dow Jones tercatat melesat 7,2% pada Juni, terbaik sejak 1938.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk tidak mengenakan bea impor terhadap produk dari pesaing dagangnya tersebut. Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan G20 di Osaka, Jepang pada Sabtu.
Trump menyebut China akan membeli produk-produk agrikultur asal AS dalam jumlah besar, dan mengatakan bahwa keduanya sudah "di jalur yang benar". Media pelat merah China Xinhua memberitakan bahwa kedua negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat.
"Investor menanti hasil akhir pertemuan kedua raksasa ekonomi dunia tersebut, karena perang keduanya menimbulkan dampak buruk terhadap perekonomian dunia. Dana Moneter Internasional (IMF), misalnya, memangkas target pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini dari semula 3,9% menjadi 3,3% pada April lalu.
Jika perbincangan dengan Xi tak berjalan sesuai harapan Trump, besar kemungkinan bahwa presiden AS tersebut akan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai total US$ 300 miliar. Demikian juga dengan pengenaan sanksi terhadap raksasa teknologi Negeri Panda, Huawei.
Trump mengatakan AS akan melonggarkan restriksi yang semula diberlakukan terhadap perusahaan AS, memungkinkan mereka menjual perangkat produknya kepada Huawei. Semula pembatasan itu diberlakukan atas alasan "keamanan negara AS".
Pelaku pasar akan mencermati rilis data ekonomi penting yakni Manufacturing PMI AS periode Juni 2019 oleh Institute for Supply Management (ISM) dan data belanja konstruksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular