
Fokus 2 Proyek, Sido Muncul Siapkan Capex Rp 150 M
tahir saleh, CNBC Indonesia
01 July 2019 10:19

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mengalokasikan dana hingga Rp 150 miliar dari kas internal perusahaan guna menyelesaikan dua proyek yang tengah dikerjakan perseroan sehingga besaran belanja modal tersebut lebih rendah dari tahun lalu.
"Untuk capex [belanda modal] hanya Rp 150 miliar, menyelesaikan proyek kami," kata Irnez Hidayat, Vice President of Finance Sido Muncul, dalam talkshow di CNBC TV Indonesia, Senin (1/7/2019).
Dana belanja tersebut tidak disokong dari penerbitan saham baru (rights issue) dan penerbitan obligasi, melainkan dari internal. "Belum ada rencana ke situ [obligasi dan rights issue], kami juga selalu memberikan, dividen kepada investor, terutama karena keuangan kami baik, semua capex sudah dicanangkan," tegasnya.
Tahun lalu, data CNBC Indonesia mencatat, perseroan mengalokasikan dana capex hingga Rp 300 miliar.
Mengacu laporan keuangan per Maret 2019, kas dan setara kas Sido Muncul masih besar mencapai Rp 912,26 miliar dari akhir Desember 2018 sebesar Rp 805,83 miliar.
Dua proyek yang dimaksud Irnez yakni menyelesaikan pembangunan fasilitas produksi cairan obat dalam, pabrik Herbal Cairan Obat Dalam (COD) II dan mempersiapkan produk herbal dalam bentuk soft gel. "Produk yang akan kami luncurkan yakni jamu dalam bentuk soft gel."
Tahun ini, katanya, perseroan membidik target pendapatan dan laba bersih yang cukup konservatif masing-masing sebesar 10%. Tahun lalu, total penjualan SIDO sebesar Rp 2,76 triliun dari yang sebelumnya Rp 2,57 triliun di tahun 2017.
Mayoritas penjualan perusahaan disokong oleh penjualan jamu herbal Rp 1,84 triliun dan penjualan makanan dan minuman Rp 819,5 miliar. Tahun lalu, Sido Muncul mencatat laba naik 24,36% secara tahunan menjadi Rp 663,85 miliar dari tahun 2017 Rp 533,79 miliar.
Irnez menegaskan kontribusi terbesar perseroan masih berasal dari bisnis jamu. "Core bisnis kami di jamu dan herbal supplement, kami paling kuat yakni porsinya 65%-68%, sedangkan food beverage hanya di bawah 30%, sisanya farmasi, ini untuk semua pasar lokal dan ekspor."
Pada 3 bulan pertama tahun ini, penjualan perusahaan tumbuh 14,95% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 713,68 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 620,85 miliar.
Jika dirinci, mengacu data Tim Riset CNBC Indonesia, mayoritas penjualan SIDO masih disokong dari lini usaha jamu herbal dan suplemen dengan proporsi 63,38%. Namun, lini usaha yang membukukan pertumbuhan paling besar adalah bisnis farmasi perusahaan.
Lini usaha farmasi naik 21,11% YoY menjadi Rp 32,06 miliar, diikuti oleh jamu herbal dan suplemen yang naik 19,68% secara tahunan. Lalu sektor makanan dan minuman yang tumbuh tipis 3,75% YoY.
Lebih lanjut, kinerja keuangan SIDO semakin cemerlang dengan tertekannya beban pokok penjualan, dimana pos pembiayaan ini hanya naik 6,56% YoY menjadi Rp 335,61 miliar.
Laju pertumbuhan beban pokok penjualan yang lebih rendah dibanding laju pendapatan, bisa diimplikasikan dengan semakin efisiennya perusahaan mengelola biaya produksi.
Meningkatnya efisiensi perusahaan terlihat dari biaya bahan baku yang terkoreksi sebesar 0,74% YoY dan beban produksi tidak langsung yang juga menyusut 11,07% secara tahunan.
Dengan demikian, SIDO berhasil mencatatkan laju pertumbuhan laba bersih di kuartal I-2019 sebesar 23,53% YoY menjadi Rp 208,87 miliar, di mana pada kuartal I tahun lalu hanya tercatat Rp 169,08 miliar.
(hps) Next Article SIDO Raih The Best Public Company Consumer Goods Sector
"Untuk capex [belanda modal] hanya Rp 150 miliar, menyelesaikan proyek kami," kata Irnez Hidayat, Vice President of Finance Sido Muncul, dalam talkshow di CNBC TV Indonesia, Senin (1/7/2019).
Dana belanja tersebut tidak disokong dari penerbitan saham baru (rights issue) dan penerbitan obligasi, melainkan dari internal. "Belum ada rencana ke situ [obligasi dan rights issue], kami juga selalu memberikan, dividen kepada investor, terutama karena keuangan kami baik, semua capex sudah dicanangkan," tegasnya.
Mengacu laporan keuangan per Maret 2019, kas dan setara kas Sido Muncul masih besar mencapai Rp 912,26 miliar dari akhir Desember 2018 sebesar Rp 805,83 miliar.
Dua proyek yang dimaksud Irnez yakni menyelesaikan pembangunan fasilitas produksi cairan obat dalam, pabrik Herbal Cairan Obat Dalam (COD) II dan mempersiapkan produk herbal dalam bentuk soft gel. "Produk yang akan kami luncurkan yakni jamu dalam bentuk soft gel."
Tahun ini, katanya, perseroan membidik target pendapatan dan laba bersih yang cukup konservatif masing-masing sebesar 10%. Tahun lalu, total penjualan SIDO sebesar Rp 2,76 triliun dari yang sebelumnya Rp 2,57 triliun di tahun 2017.
Mayoritas penjualan perusahaan disokong oleh penjualan jamu herbal Rp 1,84 triliun dan penjualan makanan dan minuman Rp 819,5 miliar. Tahun lalu, Sido Muncul mencatat laba naik 24,36% secara tahunan menjadi Rp 663,85 miliar dari tahun 2017 Rp 533,79 miliar.
![]() |
Irnez menegaskan kontribusi terbesar perseroan masih berasal dari bisnis jamu. "Core bisnis kami di jamu dan herbal supplement, kami paling kuat yakni porsinya 65%-68%, sedangkan food beverage hanya di bawah 30%, sisanya farmasi, ini untuk semua pasar lokal dan ekspor."
Pada 3 bulan pertama tahun ini, penjualan perusahaan tumbuh 14,95% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 713,68 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 620,85 miliar.
Jika dirinci, mengacu data Tim Riset CNBC Indonesia, mayoritas penjualan SIDO masih disokong dari lini usaha jamu herbal dan suplemen dengan proporsi 63,38%. Namun, lini usaha yang membukukan pertumbuhan paling besar adalah bisnis farmasi perusahaan.
Lini usaha farmasi naik 21,11% YoY menjadi Rp 32,06 miliar, diikuti oleh jamu herbal dan suplemen yang naik 19,68% secara tahunan. Lalu sektor makanan dan minuman yang tumbuh tipis 3,75% YoY.
Lebih lanjut, kinerja keuangan SIDO semakin cemerlang dengan tertekannya beban pokok penjualan, dimana pos pembiayaan ini hanya naik 6,56% YoY menjadi Rp 335,61 miliar.
Laju pertumbuhan beban pokok penjualan yang lebih rendah dibanding laju pendapatan, bisa diimplikasikan dengan semakin efisiennya perusahaan mengelola biaya produksi.
Meningkatnya efisiensi perusahaan terlihat dari biaya bahan baku yang terkoreksi sebesar 0,74% YoY dan beban produksi tidak langsung yang juga menyusut 11,07% secara tahunan.
Dengan demikian, SIDO berhasil mencatatkan laju pertumbuhan laba bersih di kuartal I-2019 sebesar 23,53% YoY menjadi Rp 208,87 miliar, di mana pada kuartal I tahun lalu hanya tercatat Rp 169,08 miliar.
(hps) Next Article SIDO Raih The Best Public Company Consumer Goods Sector
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular