
AS-Iran Bersitegang, Sepekan Harga Minyak Naik 2%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
29 June 2019 15:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah global mengawali pekan dengan kembali menunjukkan tren penguatan didorong oleh kerenganggan hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran.
Namun, harga minyak perlahan turun karena investor memilih mengambil sikap wait and see sambil menentukan hasil dari pertemuan KTT G20 akhir pekan ini, dan pertemuan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) awal pekan depan.
Pekan ini, harga minyak jenis Brent untuk pasar Eropa menguat 2,07% ke posisi US$66,55/barel. Adapun minyak jenis lightsweet (WTI) untuk pasar Amerika naik 1,81% ke posisi US$ 58,47/barel.
Penguatan harga emas hitam pekan ini sebagian besar ditopang oleh hubungan AS dan Iran yang semakin tegang.
Seperti diketahui, akhir pekan lalu Iran berhasil menembak jatuh pesawat tanpa awak (drone) milik AS. Iran mengatakan bahwa drone tersebut ditembak di atas wilayah udaranya. Namun AS menuding penembakan terjadi di wilayah udara internasional.
Kemudian, pada Senin (24/6/2019) Presiden AS Donald Trump menandatangani sanksi baru terhadap Teheran yang akan membuat akan membuat Pimpinan Tertinggi Iran, Ayatollah ALi Khamenei dan jajarannya tidak bisa mengakses sumber finansial yang penting,dilansir Reuters.
Keputusan AS tersebut membuat Iran geram, dan mereka menegaskan bahwa pemberian sanksi pada Khamenei berarti pemutusan hubungan diplomasi antara kedua negara.
Harga Minyak Melonjak, Bagaimana Dampak ke Indonesia
[Gambas:Video CNBC]
Tensi AS dan Iran yang membuncah tentu tidak baik bagi pasokan minyak dunia. Hal ini dikarenakan seperlima pasokan minyak global melewati wilayah regional Negeri Persia.
Di lain pihak, pertemuan Trump dan Presiden China Xi Jinping di KTT G20 akan menentukan kondisi perekonomian global yang akan berdampak pada permintaan atas si emas hitam.
Bila kesepakatan bisa terwujud, setidaknya eskalasi perang dagang dapat dihindari. Risiko resesi ekonomi dunia pun semakin kecil. Kala ekonomi bisa tumbuh lebih sehat, permintaan energi pun akan mengikuti.
Sementara itu, pertemuan OPEC dan sekutunya pada 1-2 Juli 2019 di Wina, Austria, akan menentukan kelanjutan kebijakan terkait pengurangan produksi minyak oleh OPEC+.
Hingga saat ini sinyal-sinyal dari perkumpulan tersebut menunjukkan aura positif. Pasokan tampaknya masih akan terus dikurangi pada semester II-2019. Namun terkait kuota pengurangan masih belum diungkapkan.
OPEC+ mengurangi pasokan karena perkiraan permintaan minyak global karena mereka melihat perkiraan pertumbuhan permintaan minyak direvisi turun, yang nantinya mengarah pada kelebihan pasokan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Tahan Lama! Harga Minyak Naik Lagi Meski Sudah Nanjak 2 Bulan
Namun, harga minyak perlahan turun karena investor memilih mengambil sikap wait and see sambil menentukan hasil dari pertemuan KTT G20 akhir pekan ini, dan pertemuan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) awal pekan depan.
Pekan ini, harga minyak jenis Brent untuk pasar Eropa menguat 2,07% ke posisi US$66,55/barel. Adapun minyak jenis lightsweet (WTI) untuk pasar Amerika naik 1,81% ke posisi US$ 58,47/barel.
Penguatan harga emas hitam pekan ini sebagian besar ditopang oleh hubungan AS dan Iran yang semakin tegang.
Seperti diketahui, akhir pekan lalu Iran berhasil menembak jatuh pesawat tanpa awak (drone) milik AS. Iran mengatakan bahwa drone tersebut ditembak di atas wilayah udaranya. Namun AS menuding penembakan terjadi di wilayah udara internasional.
Kemudian, pada Senin (24/6/2019) Presiden AS Donald Trump menandatangani sanksi baru terhadap Teheran yang akan membuat akan membuat Pimpinan Tertinggi Iran, Ayatollah ALi Khamenei dan jajarannya tidak bisa mengakses sumber finansial yang penting,dilansir Reuters.
Keputusan AS tersebut membuat Iran geram, dan mereka menegaskan bahwa pemberian sanksi pada Khamenei berarti pemutusan hubungan diplomasi antara kedua negara.
Harga Minyak Melonjak, Bagaimana Dampak ke Indonesia
[Gambas:Video CNBC]
Tensi AS dan Iran yang membuncah tentu tidak baik bagi pasokan minyak dunia. Hal ini dikarenakan seperlima pasokan minyak global melewati wilayah regional Negeri Persia.
Di lain pihak, pertemuan Trump dan Presiden China Xi Jinping di KTT G20 akan menentukan kondisi perekonomian global yang akan berdampak pada permintaan atas si emas hitam.
Bila kesepakatan bisa terwujud, setidaknya eskalasi perang dagang dapat dihindari. Risiko resesi ekonomi dunia pun semakin kecil. Kala ekonomi bisa tumbuh lebih sehat, permintaan energi pun akan mengikuti.
Sementara itu, pertemuan OPEC dan sekutunya pada 1-2 Juli 2019 di Wina, Austria, akan menentukan kelanjutan kebijakan terkait pengurangan produksi minyak oleh OPEC+.
Hingga saat ini sinyal-sinyal dari perkumpulan tersebut menunjukkan aura positif. Pasokan tampaknya masih akan terus dikurangi pada semester II-2019. Namun terkait kuota pengurangan masih belum diungkapkan.
OPEC+ mengurangi pasokan karena perkiraan permintaan minyak global karena mereka melihat perkiraan pertumbuhan permintaan minyak direvisi turun, yang nantinya mengarah pada kelebihan pasokan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Tahan Lama! Harga Minyak Naik Lagi Meski Sudah Nanjak 2 Bulan
Most Popular