
Jokowi Effect Ternyata Masih Bikin Pasar Obligasi Perkasa
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
28 June 2019 21:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat hari ini, setelah kemarin keluar keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak segala permohonan Tim Kuasa Prabowo-Sandi terhadap termohon, Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Penguatan yang masih terjadi hari ini menunjukkan bahwa Jokowi Effect masih berlaku di pasar obligasi, tetapi tidak berlaku di pasar saham dan pasar valas yang penguatannya terhadang oleh kekhawatiran jelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 8,3 basis poin (bps) menjadi 7,68%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 987,03 triliun SBN, atau 39% dari total beredar Rp 2.531 triliun berdasarkan data per 27 Juni.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 93,78 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 0,09% dan 0,07%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Penguatan yang masih terjadi hari ini menunjukkan bahwa Jokowi Effect masih berlaku di pasar obligasi, tetapi tidak berlaku di pasar saham dan pasar valas yang penguatannya terhadang oleh kekhawatiran jelang pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 8,3 basis poin (bps) menjadi 7,68%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 28 Jun'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 27 Jun'19 (%) | Yield 28 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 28 Jun'19 |
FR0077 | 5 tahun | 6.914 | 6.872 | -4.20 | 6.8116 |
FR0078 | 10 tahun | 7.42 | 7.369 | -5.10 | 7.3346 |
FR0068 | 15 tahun | 7.764 | 7.681 | -8.30 | 7.6395 |
FR0079 | 20 tahun | 7.973 | 7.94 | -3.30 | 7.9035 |
Avg movement | -5.22 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 987,03 triliun SBN, atau 39% dari total beredar Rp 2.531 triliun berdasarkan data per 27 Juni.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 93,78 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 0,09% dan 0,07%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular