Wall Street Dibuka Menguat Sambut Pertemuan Trump-Xi di G20

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
28 June 2019 21:02
Bursa AS dibuka menguat pada Jumat (28/6/2019) setelah The Federal Reserve merilis hasil stress test yang terindikasi positif.
Foto: Wall Street/Brendan McDermid | Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan Jumat (28/6/2019) setelah The Federal Reserve merilis hasil stress test (uji tekanan) yang terindikasi positif, sementara AS dan China dijadwalkan bertemu dengan di forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

Indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) menguat 100 poin pada sesi pembukaan, tetapi kemudian berbalik surut menjadi hanya 14,91 poin atau 0,06% ke 26.541,49 pada pukul 08:50 waktu setempat (20:50 WIB).

Pada waktu yang sama, indeks Nasdaq berbalik melemah -0,01% atau 1,4 poin ke 7.966,67 sedangkan indeks S&P 500 menguat 0,16% atau 4,75 poin ke 2.929,09. Saham perbankan seperti J.P. Morgan Chase, Morgan Stanley, Citigroup dan Wells Fargo menguat di atas 1%.

Kenaikan harga saham perbankan tersebut terjadi setelah mereka dinyatakan lulus stress test tahunan yang dijalankan The Fed dan diizinkan untuk meningkatkan pembayaran dividen, serta program pembelian kembali saham. 

Di sisi lain, pelaku pasar waswas dengan kelangsungan pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping setelah Beijing menyerukan Washington untuk membatalkan tekanan dan sanksi terhadap Huawei dan perusahaan China lainnya.

Trump menyampaikan bahwa pertemuan kali ini setidaknya akan produktif, meski ia tidak menjanjikan untuk mengangkat bea masuk yang telah atau akan dikenakan atas impor barang dari Negeri Tiongkok, dilansir Reuters. "Kami akan melihat apa yang terjadi dan hasil apa yang akan keluar," ujar Trump kepada wartawan, dikutip Reuters.

Namun ketika ditanya apakah dia telah berjanji kepada Xi untuk menunda selama 6 bulan pengenaan bea masuk baru untuk produk asal China senilai US$ 300 miliar, jawabannya "Tidak", dilansir Reuters.

Hal ini merespon pernyataan dari Wakil Perdana Menteri China Liu He tang sebelumnya menegaskan bahwa isi teks kesepakatan harus seimbang dan ditulis dalam istilah yang bisa diterima oleh rakyat Tiongkok, serta tidak merusak kedaulatan dan martabat negara, dilansir CNBC International.

Di lain pihak, penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, menekankan bahwa AS berencana untuk terus mendorong reformasi struktural, dan jika China tidak dapat menyetujuinya, maka Negeri Paman Sam siap mengenakan tarif baru, dikutip CNBC International.

"Pusat harapan pada pertemuan G20 antara Trump dan Xi adalah bahwa negosiasi akan dilanjutkan, tarif tambahan AS akan ditunda, China akan membeli lebih banyak barang AS dan pembicaraan tentang perdagangan teknologi akan mendapatkan fokus baru," ujar analis di ANZ dalam catatan pagi, dilansir Reuters.

Pada hari ini tidak ada rilis data ekonomi dari Negeri Paman Sam.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Sektor Perbankan Nanjak Lagi, Wall Street Melesat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular