
Dolar Masih Stabil Meski Tingkat Keyakinan Konsumen AS Turun
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 June 2019 22:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (25/6/19) mulai mereda setelah merosot dalam empat hari beruntun. Bahkan data yang menunjukkan penurunan tingkat keyakinan konsumen AS tidak banyak direspon.
Pada pukul 21:05 WIB, indeks dolar berada di kisaran 95,99 atau tidak jauh dari penutupan Senin di level 95,98, mengutip data dari Refinitiv. Indeks ini sering digunakan untuk mengukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Data yang dirilis Conference Board Inc. beberapa saat lalu menunjukkan tingkat keyakinan konsumen di AS menurun, dengan angka indeks menjadi 121,5 di bulan ini, dari bulan Mei 134,1. Data ini sebenarnya memberikan dampak negatif bagi dolar, tetapi penurunan tajam dalam empat hari juga membuat investor melakukan aksi wait and see jelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 28 - 29 Juni nanti di Tokyo Jepang.
Pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping akan menjadi sorotan utama di KTT G-20.
Bagaimana keberlanjutan perang dagang antara kedua negara bisa jadi akan terlihat dari pertemuan dua pemimpin tersebut. Perang dagang merupakan faktor utama pemicu pelambatan ekonomi global, termasuk di Negeri Paman Sam, yang membuat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) membuka peluang pemangkasan suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR).
Berakhirnya perang dagang AS - China tentunya akan disambut baik semua pihak, perekonomian global bisa berakselerasi, dan The Fed kemungkinan akan mengambil sikap "menanti data-data ekonomi selanjutnya" sebelum menentukan apakah akan memangkas suku bunga atau tidak. Hal tersebut bisa membuat dolar AS bangkit.
Namun sebaliknya, jika pertemuan Trump - Xi justru buntu, dan perang dagang terus berlanjut, spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed akan semakin menguat dan dolar kemungkinan akan jeblok lagi.
Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, The Fed diprediksi akan memangkas FFR sebanyak tiga kali di tahun ini yakni pada 21 Juli (1 Agustus waktu Indonesia), September, dan terakhir di bulan Desember.
Saat ini, data dari FedWatch bahkan menunjukkan di bulan April 2020 probabilitas FFR 1,25% - 1,50% menjadi yang tertinggi, yakni 31,5%. Ini berarti pelaku pasar melihat The Fed akan memangkas suku bunga empat kali masing-masing 25 basis poin dari level saat ini 2,25% - 2,50%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Terpuruk Lawan Rupiah, Euro di Level Terlemah 3 Tahun
Pada pukul 21:05 WIB, indeks dolar berada di kisaran 95,99 atau tidak jauh dari penutupan Senin di level 95,98, mengutip data dari Refinitiv. Indeks ini sering digunakan untuk mengukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping akan menjadi sorotan utama di KTT G-20.
Bagaimana keberlanjutan perang dagang antara kedua negara bisa jadi akan terlihat dari pertemuan dua pemimpin tersebut. Perang dagang merupakan faktor utama pemicu pelambatan ekonomi global, termasuk di Negeri Paman Sam, yang membuat Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) membuka peluang pemangkasan suku bunga acuannya (Federal Funds Rate/FFR).
Berakhirnya perang dagang AS - China tentunya akan disambut baik semua pihak, perekonomian global bisa berakselerasi, dan The Fed kemungkinan akan mengambil sikap "menanti data-data ekonomi selanjutnya" sebelum menentukan apakah akan memangkas suku bunga atau tidak. Hal tersebut bisa membuat dolar AS bangkit.
Namun sebaliknya, jika pertemuan Trump - Xi justru buntu, dan perang dagang terus berlanjut, spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed akan semakin menguat dan dolar kemungkinan akan jeblok lagi.
Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, The Fed diprediksi akan memangkas FFR sebanyak tiga kali di tahun ini yakni pada 21 Juli (1 Agustus waktu Indonesia), September, dan terakhir di bulan Desember.
Saat ini, data dari FedWatch bahkan menunjukkan di bulan April 2020 probabilitas FFR 1,25% - 1,50% menjadi yang tertinggi, yakni 31,5%. Ini berarti pelaku pasar melihat The Fed akan memangkas suku bunga empat kali masing-masing 25 basis poin dari level saat ini 2,25% - 2,50%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Terpuruk Lawan Rupiah, Euro di Level Terlemah 3 Tahun
Most Popular