Jadi Runner-Up Asia, Rupiah Siap Menguat 6 Hari Beruntun?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 June 2019 12:51
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang semula galau kini mantap menapaki zona hijau.
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang semula galau kini mantap menapaki zona hijau. Mampukah rupiah menguat enam hari berturut-turut? 

Pada Selasa (25/6/2019) pukul 12:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.100. Rupiah menguat 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Saat pembukaan pasar spot, rupiah stagnan di Rp 14.135/US$. Kemudian rupiah sempat melemah tipis meski tidak lama. Mata uang Tanah Air kemudian menguat lagi. 


Perlahan tetapi pasti, rupiah mulai mantap berjalan di jalur hijau. Bahkan penguatannya semakin meyakinkan. 

Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah hingga tengah hari ini: 



Rupiah tidak sekadar mantap di zona hijau, tetapi juga menjadi salah satu mata uang terbaik di Asia. Dengan apresiasi 0,25%, rupiah menduduki peringkat kedua di klasemen mata uang utama Benua Kuning, hanya kalah dari yen Jepang.
 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:23 WIB: 



Setelah sempat galau, akhirnya rupiah mampu memanfaatkan tekanan yang masih saja mendera dolar AS. Pada pukul 12:25 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,1%.

Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah amblas 1,8%. Sementara selama sebulan ke belakang, koreksinya adalah 1,77%.



Semakin lama, pelaku pasar tambah yakin bahwa The Federal Reserves/The Fed akan menurunkan suku bunga acuan. Bahkan ekspektasi penurunan Federal Funds Rate yang lebih agresif kini sudah muncul.

Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin (bps) ke 2-2,25% adalah 55,3%. Namun peluang untuk penurunan 50 bps menjadi 1,75-2% semakin besar, sekarang menyentuh 44,7%.

Ini membuat dolar AS semakin terpojok. Penurunan suku bunga akan membuat likuiditas dolar AS membanjir sehingga nilainya melemah.

Sebenarnya wajar jika investor semakin berani bertaruh The Fed bakal lebih agresif. Soalnya, data-data ekonomi AS terus menunjukkan hasil yang kurang menggembirakan.

Terakhir, pembacaan awal indeks manufaktur The Fed Dallas pada Juni berada di -12,1. Melorot dibandingkan bulan sebelumnya yaitu -5,3. Angka -12,1 adalah yang terendah sejak Juni 2016.

Artinya, perlambatan ekonomi AS adalah sesuatu yang nyata, bukan lagi sekadar mitos. The Fed Atlanta memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Adidaya pada kuartal II-2019 sebesar 2% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 3,2%.

Ekonomi AS sangat butuh dorongan, dan itu diharapkan datang dari bank sentral. Tidak heran investor makin yakin The Fed akan memangkas suku bunga acuan, sebuah langkah yang menjadi pemberat langkah dolar AS.


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular