
RI Kian Menarik, Asing Masuk ke Pasar SUN Rp 72 Triliun
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
21 June 2019 20:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai dana investor asing yang masuk ke pasar surat berharga negara (SBN) rupiah pemerintah mencapai Rp 72,96 triliun, menjadi rekor terbesar sejak 11 April. Angka itu tumbuh bertahap Rp 1,69 triliun dari level terendah dalam 3 bulan terakhir yaitu Rp 56,01 triliun.
Masuknya investor asing seiring dengan menurunnya tensi perang dagang AS-China dan ekspektasi penurunan suku bunga acuan global.
Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan dana investor asing di pasar obligasi mencapai Rp 966,21 triliun SBN, atau 38,31% dari total beredar Rp 2.522 triliun berdasarkan data per 20 Juni.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 72,96 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Sentimen positif dari potensi penurunan suku bunga telah membuat investor global mengurangi portofolionya di dolar AS, sehingga pasar keuangan yang lain seperti pasar saham, emas, dan obligasi menjadi lebih diminati hingga saat ini, tidak terkecuali pasar obligasi pemerintah Indonesia.
Di pasar domestik, harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat pada penghujung pekan ini. Sentimen positif dari penurunan nilai tukar dolar AS akibat ekspektasi penurunan suku bunga acuan global.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 12 basis poin (bps) menjadi 7,79%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) justru melemah. Indeks tersebut turun 0,001 poin (0,001%) menjadi 253,84 dari posisi kemarin 253,85.
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 538 bps, menyempit dari posisi kemarin 550 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,02% dari posisi kemarin 1,98%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,32%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi di India, Singapura, Rusia, Thailand, Malaysia, dan Afsel, di mana penguatan hanya terjadi di Brasil dan China. Di negara maju, tidak ada negara maju yang mengalami penguatan hari ini, yang artinya seluruh pasar utama terkoreksi.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Masuknya investor asing seiring dengan menurunnya tensi perang dagang AS-China dan ekspektasi penurunan suku bunga acuan global.
Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan dana investor asing di pasar obligasi mencapai Rp 966,21 triliun SBN, atau 38,31% dari total beredar Rp 2.522 triliun berdasarkan data per 20 Juni.
Sentimen positif dari potensi penurunan suku bunga telah membuat investor global mengurangi portofolionya di dolar AS, sehingga pasar keuangan yang lain seperti pasar saham, emas, dan obligasi menjadi lebih diminati hingga saat ini, tidak terkecuali pasar obligasi pemerintah Indonesia.
Di pasar domestik, harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat pada penghujung pekan ini. Sentimen positif dari penurunan nilai tukar dolar AS akibat ekspektasi penurunan suku bunga acuan global.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 12 basis poin (bps) menjadi 7,79%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 21 Jun'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 20 Jun'19 (%) | Yield 21 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 21 Jun'19 |
FR0077 | 5 tahun | 6.877 | 6.887 | 1.00 | 6.8681 |
FR0078 | 10 tahun | 7.461 | 7.413 | -4.80 | 7.4191 |
FR0068 | 15 tahun | 7.916 | 7.796 | -12.00 | 7.819 |
FR0079 | 20 tahun | 8.012 | 7.964 | -4.80 | 7.9921 |
Avg movement | -5.15 |
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) justru melemah. Indeks tersebut turun 0,001 poin (0,001%) menjadi 253,84 dari posisi kemarin 253,85.
Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 538 bps, menyempit dari posisi kemarin 550 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,02% dari posisi kemarin 1,98%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 21 Jun'2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 20 Jun'19 (%) | Yield 21 Jun'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.136 | 2.128 | 3 bulan-5 tahun | 35.1 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.728 | 1.768 | 2 tahun-5 tahun | -0.9 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.68 | 1.723 | 3 tahun-5 tahun | -5.4 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.738 | 1.777 | 3 bulan-10 tahun | 10.2 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.001 | 2.026 | 2 tahun-10 tahun | -25.8 |
Penguatan di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,32%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi di India, Singapura, Rusia, Thailand, Malaysia, dan Afsel, di mana penguatan hanya terjadi di Brasil dan China. Di negara maju, tidak ada negara maju yang mengalami penguatan hari ini, yang artinya seluruh pasar utama terkoreksi.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 20 Jun'19 (%) | Yield 21 Jun'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.845 | 7.775 | -7.00 |
China | 3.277 | 3.25 | -2.70 |
Jerman | -0.321 | -0.294 | 2.70 |
Perancis | 0.012 | 0.04 | 2.80 |
Inggris | 0.808 | 0.826 | 1.80 |
India | 6.781 | 6.862 | 8.10 |
Jepang | -0.164 | -0.163 | 0.10 |
Malaysia | 3.639 | 3.659 | 2.00 |
Filipina | 5.075 | 5.161 | 8.60 |
Rusia | 7.46 | 7.47 | 1.00 |
Singapura | 1.943 | 1.969 | 2.60 |
Thailand | 2.09 | 2.205 | 11.50 |
Amerika Serikat | 2.001 | 2.026 | 2.50 |
Afrika Selatan | 8.05 | 8.11 | 6.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular