
Bursa AS Dibuka Melesat Dipacu Tren Dovish Fed & Harga Minyak
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
20 June 2019 21:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Amerika Serikat (AS) melonjak pada pembukaan perdagangan Kamis (20/6/2019) setelah Federal Reserve memberikan sinyal peluang pemangkasan suku bunga acuan secepatnya pada bulan depan.
Indeks S&P 500 melonjak 0,9% pada pembukaan, dan terus menguat menjadi 1% (29,34 poin) pada pukul 08:50 waktu setempat (atau 20:50 WIB), ke 2.955,89. Saham Netflix dan Amazon menjadi salah satu pemacu dengan kenaikan harga lebih dari 1%.
Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) menguat 250 poin (0,9%) ke 26.754,45 bersamaan dengan kenaikan indeks Nasdaq sebesar 1,2% (93,35 poin) ke 8.080,46. Suku bunga rendah menjadi berkah bagi pelaku pasar saham.
Secara historis, kondisi ini memang membuat pasar bullish (menguat), karena perusahaan memiliki keringanan untuk meminjam dana perbankan secara murah untuk ekspansi ataupun membeli kembali sahamnya (buyback) di pasar.
Sementara itu, harga saham emiten energi mendapat dorongan dari kenaikan harga minyak mentah dunia. Saham Exxon Mobil melonjak 1,6% setelah harga minyak mentah dunia melesat 4.3% setelah AS mengakui pwsawat tanpa awaknya ditembak jatuh di atas wilayah Iran.
The Fed pada Rabu mengatakan bahwa pihaknya siap untuk memerangi risiko yang membayangi perekonomian domestik dan global menyusul berlarutnya perang dagang dan kian mengkhawatirkannya inflasi.
Pelaku pasar melihat nada sikap pejabat bank sentral AS tersebut kian menjadi dovish bahkan melampaui ekspektasi mereka. Mereka kini bertaruh akan ada pemangkasan suku bunga acuan dengan persentase keyakinan mencapai 100%, sebagaimana dicatat CME FedWatch.
"The Fed tidak sedang sibuk memvalidasi apa yang sudah diperkirakan pasar, melainkan keduanya berjalan kea rah yang sama dan itulah yang dilakukan oleh bank sentral kemarin," tutur Ekonom Kepala AS TS Lombard Steven Blitz, sebagaimana dikutip CNBC International.
Pernyataan The Fed membuat imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS (US Treasury) bertenor 10 tahun jatuh ke bawah 2% untuk pertama kali sejak November 2016. Yield yang anjlok menandakan harganya di pasar menguat karena aksi borong investor.
Kurs dolar AS juga tertekan akibat pernyataan itu. Indeks dolar AS turun 0,5% ke 96,62, dipimpin koreksi terhadap euro yang mencapai 0,7%. Kurs yen dan dolar Kanada juga menguat terhadap Greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Dibuka Melesat, Benua Biru jadi Penyelamat
Indeks S&P 500 melonjak 0,9% pada pembukaan, dan terus menguat menjadi 1% (29,34 poin) pada pukul 08:50 waktu setempat (atau 20:50 WIB), ke 2.955,89. Saham Netflix dan Amazon menjadi salah satu pemacu dengan kenaikan harga lebih dari 1%.
Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) menguat 250 poin (0,9%) ke 26.754,45 bersamaan dengan kenaikan indeks Nasdaq sebesar 1,2% (93,35 poin) ke 8.080,46. Suku bunga rendah menjadi berkah bagi pelaku pasar saham.
Sementara itu, harga saham emiten energi mendapat dorongan dari kenaikan harga minyak mentah dunia. Saham Exxon Mobil melonjak 1,6% setelah harga minyak mentah dunia melesat 4.3% setelah AS mengakui pwsawat tanpa awaknya ditembak jatuh di atas wilayah Iran.
The Fed pada Rabu mengatakan bahwa pihaknya siap untuk memerangi risiko yang membayangi perekonomian domestik dan global menyusul berlarutnya perang dagang dan kian mengkhawatirkannya inflasi.
Pelaku pasar melihat nada sikap pejabat bank sentral AS tersebut kian menjadi dovish bahkan melampaui ekspektasi mereka. Mereka kini bertaruh akan ada pemangkasan suku bunga acuan dengan persentase keyakinan mencapai 100%, sebagaimana dicatat CME FedWatch.
"The Fed tidak sedang sibuk memvalidasi apa yang sudah diperkirakan pasar, melainkan keduanya berjalan kea rah yang sama dan itulah yang dilakukan oleh bank sentral kemarin," tutur Ekonom Kepala AS TS Lombard Steven Blitz, sebagaimana dikutip CNBC International.
Pernyataan The Fed membuat imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS (US Treasury) bertenor 10 tahun jatuh ke bawah 2% untuk pertama kali sejak November 2016. Yield yang anjlok menandakan harganya di pasar menguat karena aksi borong investor.
Kurs dolar AS juga tertekan akibat pernyataan itu. Indeks dolar AS turun 0,5% ke 96,62, dipimpin koreksi terhadap euro yang mencapai 0,7%. Kurs yen dan dolar Kanada juga menguat terhadap Greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Dibuka Melesat, Benua Biru jadi Penyelamat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular