The Fed Diprediksi Akomodatif, Bursa AS Dibuka Menguat

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
18 June 2019 21:00
Bursa AS menguat pada Selasa setelah investor bertaruh bank sentral AS akan mengumumkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif.
Foto: Bursa New York (AP Photo/Richard Drew))
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Selasa (18/6/2019), setelah investor bertaruh bank sentral AS the Federal Reserve akan mengumumkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif.

Indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) naik 203 poin pada pembukaan pagi, dan kian berlanjut hingga 339,8 poin atau 1,3% ke 26.452,35 pada pukul 08:40 waktu setempat (atau pukul 08:40 WIB).

Di sisi lain, indeks S&P 500 menguat 1,1% atau 32,1 poin ke 2.922,55 diikuti indeks Nasdaq yang terangkat 1,6% atau 126,8 poin ke 7.971,9 pada waktu yang sama. Saham-saham teknologi menjadi pemimpin kenaikan itu mulai dari Amazon, Netflix, Alphabet, Apple, hingga Facebook.

Sementara saham-saham tersebut menguat di kisaran 1%, saham Facebook melonjak hingga 2% setelah merilis mata uang digital (cryptocurrency) bernama Libra. Perseroan bekerja sama dengan Visa, PayPal dan perusahaan lain agar mau bertransaksi dengan mata uang tersebut.

Dari sisi moneter, The Fed diekspektasikan mempertahankan suku bunga acuannya dalam "Rapat Dewan Gubernur". Investor mencermati apakah bank sentral akan mendorong pemangkasan suku bunga acuan tahun ini. Aplikasi FedWatch milik grup CME mencatat para pelaku pasar mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan AS tiga kali pada tahun ini.

Ekspektasi ini mendorong bursa saham menguat sepanjang bulan Juni.
Keputusan Fed dijadwalkan akan diumumkan pada Rabu pukul 14:00 waktu setempat. Gubernur Fed Jerome Powell juga akan menggelar konferensi pers setelah itu.

"Saya menilai The Fed perlu meraih kembali kontrol di sini. Kita pernah berharap kenaikan suku bunga acuan empat kali dan berharap penurunan tiga kali dalam waktu singkat," tutur Kepala Riset Moneter Amerivet Securities Gregory Faranello, sebagaimana dikutip CNBC International.

Rapat The Fed kali ini digelar setelah rilis pertumbuhan lapangan kerja dan aktivitas manufaktur Mei yang melambat. Dua hal tersebut, ditambah kekhawatiran mengenai perang dagang AS dan China membuat prospek ekonomi global terlihat kian buram.

Investor juga menyambut prospek adanya kebijakan stimulus dari Eropa Barat. Mario Draghi, Gubernur European Central Bank (ECB) pada Selasa mengatakan membuka peluang stimulus jika melihat ketiadaan perbaikan ekonomi, dan berlanjutnya inflasi yang "mengancam".

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Sektor Perbankan Nanjak Lagi, Wall Street Melesat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular