
Galau Pantau Suku Bunga, Wall Street Dibuka Variatif
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
17 June 2019 21:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerikat Serikat (AS) dibuka dengan tren menyamping, menandakan pelaku pasar masih di dalam fase memantau (wait and see) arah kebijakan Federal Reserve (The Fed) pekan ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) menguat 16 poin pada pembukaan sebelum kemudian berbalik melemah 19 poin atau -0,07% ke 26.070,43 pada pukul 08:40 waktu setempat (atau 20:40 WIB).
Sementara itu, dua indeks acuan di AS lainnya yakni indeks S&P 500 dan Nasdaq konsisten bergerak di jalur hijau. Mereka menguat masing-masing sebesar 0,11% (3,6 poin) dan 0,5% (3,2 poin) ke level 2.890,31 dan 7.834,37 pada jam yang sama.
The Fed dijadwalkan memulai rapat penentuan kebijakan moneter selama dua hari pada Selasa. Ekspektasi adanya perubahan kebijakan terhitung rendah, tetapi investor masih mencari petunjuk mengenai adanya potensi pemangkasan suku bunga acuan pada Juli dan akhir 2019.
Menurut CME Group, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps pada tahun ini berada di level 36%. Untuk pemangkasan sebesar 50 dan 25 bps, probabilitasnya masing-masing adalah sebesar 32,9% dan 12,1%.
"Menghadapi mundurnya pwrtumbuhan global yang kurang menjanjikan, mengeluarkan beberapa kebijakan moneter pengaman terhadap naiknya friksi perdagangan bisa menjadi aksi yang prudent, terutama di situasi inflasi rendah," tutur chief U.S. investment strategist BCA Research Doug Peta, dalam laporan risetnya sebagaimana dikutip CNBC International.
The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Rabu. Gubernur The Fed Jerome Powell dijadwalkan menggelar konferensi pers setelah pengumuman tersebut.
Kekhawatiran seputar ekonomi kian menguat belakangan setelah aktivitas manufaktur dan pertumbuhan lapangan kerja melambat apada bulan lalu. Ekonomi AS dieskpektasikan tumbuh 2,1% pada triwulan II-2019, menurut GDPNow-piranti survei milik The Fed Atlanta.
Tensi perang dagang yang tinggi juga menekan prospek ekonomi di mata investor Wall Street. China dan AS belum menekan kesepakatan dagang. Di awal tahun ini, kedua belah pihak diekspektasikan mencapai kesepakatan untuk mengeliminasi tarif impor.
Menteri Perdagangan Wilbur Ross pada Senin menyatakan bahwa Presiden AS Donald Trump "sepenuhnya senang" menerapkan tarif tambahan untuk produk impor asal China jika kedua negara tersebut gagal mencapai kesepakatan.
Pekan lalu, bursa AS mencatatkan kenaikan tipis membuat capaian reli sepanjang bulan berjalan tetap terjaga. Indeks S&P 500 dan Nasdaq keduanya naik lebih dari 4% pada Juni, sementara Dow Jones naik 5,1%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) menguat 16 poin pada pembukaan sebelum kemudian berbalik melemah 19 poin atau -0,07% ke 26.070,43 pada pukul 08:40 waktu setempat (atau 20:40 WIB).
Sementara itu, dua indeks acuan di AS lainnya yakni indeks S&P 500 dan Nasdaq konsisten bergerak di jalur hijau. Mereka menguat masing-masing sebesar 0,11% (3,6 poin) dan 0,5% (3,2 poin) ke level 2.890,31 dan 7.834,37 pada jam yang sama.
Menurut CME Group, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 75 bps pada tahun ini berada di level 36%. Untuk pemangkasan sebesar 50 dan 25 bps, probabilitasnya masing-masing adalah sebesar 32,9% dan 12,1%.
"Menghadapi mundurnya pwrtumbuhan global yang kurang menjanjikan, mengeluarkan beberapa kebijakan moneter pengaman terhadap naiknya friksi perdagangan bisa menjadi aksi yang prudent, terutama di situasi inflasi rendah," tutur chief U.S. investment strategist BCA Research Doug Peta, dalam laporan risetnya sebagaimana dikutip CNBC International.
The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Rabu. Gubernur The Fed Jerome Powell dijadwalkan menggelar konferensi pers setelah pengumuman tersebut.
Kekhawatiran seputar ekonomi kian menguat belakangan setelah aktivitas manufaktur dan pertumbuhan lapangan kerja melambat apada bulan lalu. Ekonomi AS dieskpektasikan tumbuh 2,1% pada triwulan II-2019, menurut GDPNow-piranti survei milik The Fed Atlanta.
Tensi perang dagang yang tinggi juga menekan prospek ekonomi di mata investor Wall Street. China dan AS belum menekan kesepakatan dagang. Di awal tahun ini, kedua belah pihak diekspektasikan mencapai kesepakatan untuk mengeliminasi tarif impor.
Menteri Perdagangan Wilbur Ross pada Senin menyatakan bahwa Presiden AS Donald Trump "sepenuhnya senang" menerapkan tarif tambahan untuk produk impor asal China jika kedua negara tersebut gagal mencapai kesepakatan.
Pekan lalu, bursa AS mencatatkan kenaikan tipis membuat capaian reli sepanjang bulan berjalan tetap terjaga. Indeks S&P 500 dan Nasdaq keduanya naik lebih dari 4% pada Juni, sementara Dow Jones naik 5,1%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular