
Bursa AS Lanjutkan Reli di Hari Kedua Berkat Fed & Meksiko
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
11 June 2019 20:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS)melanjutkan penguatan pada Selasa (11/6/2019) menyusul tercapainya resolusi antara Negara Adidaya tersebut dengan Meksiko, di tengah makin terbukanya penurunan suku bunga acuan AS.
Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) melonjak 162 poin pada pembukaan, sebelum kemudian surut menjadi sebesar 110 poin pada pukul 08:40 waktu setempat, atau 20:40 WIB, atau 0,42% ke 26.172,9.
Sementara itu, S&P 500 menguat 0,6% atau 18,2 poin ke 2.904,98, sedangkan indeks Nasdaq menguat 0,8% atau 66 poin menjadi 7.888,99. Saham Facebook melonjak lebih dari 2,5%, diikuti Amazon, Apple dan Alphabet yang naik lebih dari 1%.
Bursa saham di seluruh dunia juga menguat setelah Xinhua melaporkan bahwa Negeri Panda tersebut bakal mengizinkan pemerintah daerahnya menerbitkan obligasi guna membiayai proyek infrastruktur.
Jika kenaikan pada pembukaan Selasa ini terjaga, indeks Dow Jones bakal mencetak kenaikan tujuh hari berturut-turut. Ini akan menjadi kenaikan terpanjang sejak Mei 2018. Saat itu, indeks tersebut menguat delapan hari berturut-turut. Sementara itu, indeks S&P 500 tinggal 2,3% lagi menyentuh level tertingginya yang sudah dicapai tahun ini.
"Pendulum telah berayun secara signifikan ke arah yang lain. Kita telah mengalami pelemahan dalam 6 pekan dan sekarang saatnya melihat kenaikan selama tujuh hari," tutur chief market strategist National Securities Art Hogan, sebagaimana dikutip CNBC International.
Presiden AS Donald Trump pada Minggu mengatakan bahwa tarif sebesar 5% untuk produk impor Meksiko akan dihentikan untuk seterusnya, setelah pihaknya yakin bahwa Meksiko akan memperketat arus migran dari negara tersebut.
Selain dari ekspektasi perang dagang yang membaik, Wall Street juga menguat mengikuti kenaikan ekspektasi penurunan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate). FedWatch mencatat ekspektasi penurunan suku bunga acuan pada Juli telah mencapai 78%, sedangkan 97,1% yakin akan ada penurunan pada Desember.
Besaran proyeksi ini menguat di tengah pelemahan ekonomi AS. Pertumbuhan tenaga kerja bulanan melemah menjadi 75.000 pada Mei, atau meleset dari estimasi sebesar 180.000. Sementara itu, aktivitas manufaktur di AS tumbuh dengan laju terendah sejak 2016.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Data Inflasi AS Dinanti, Wall Street Kompak Dibuka Merah
Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) melonjak 162 poin pada pembukaan, sebelum kemudian surut menjadi sebesar 110 poin pada pukul 08:40 waktu setempat, atau 20:40 WIB, atau 0,42% ke 26.172,9.
Sementara itu, S&P 500 menguat 0,6% atau 18,2 poin ke 2.904,98, sedangkan indeks Nasdaq menguat 0,8% atau 66 poin menjadi 7.888,99. Saham Facebook melonjak lebih dari 2,5%, diikuti Amazon, Apple dan Alphabet yang naik lebih dari 1%.
Jika kenaikan pada pembukaan Selasa ini terjaga, indeks Dow Jones bakal mencetak kenaikan tujuh hari berturut-turut. Ini akan menjadi kenaikan terpanjang sejak Mei 2018. Saat itu, indeks tersebut menguat delapan hari berturut-turut. Sementara itu, indeks S&P 500 tinggal 2,3% lagi menyentuh level tertingginya yang sudah dicapai tahun ini.
"Pendulum telah berayun secara signifikan ke arah yang lain. Kita telah mengalami pelemahan dalam 6 pekan dan sekarang saatnya melihat kenaikan selama tujuh hari," tutur chief market strategist National Securities Art Hogan, sebagaimana dikutip CNBC International.
Presiden AS Donald Trump pada Minggu mengatakan bahwa tarif sebesar 5% untuk produk impor Meksiko akan dihentikan untuk seterusnya, setelah pihaknya yakin bahwa Meksiko akan memperketat arus migran dari negara tersebut.
Selain dari ekspektasi perang dagang yang membaik, Wall Street juga menguat mengikuti kenaikan ekspektasi penurunan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate). FedWatch mencatat ekspektasi penurunan suku bunga acuan pada Juli telah mencapai 78%, sedangkan 97,1% yakin akan ada penurunan pada Desember.
Besaran proyeksi ini menguat di tengah pelemahan ekonomi AS. Pertumbuhan tenaga kerja bulanan melemah menjadi 75.000 pada Mei, atau meleset dari estimasi sebesar 180.000. Sementara itu, aktivitas manufaktur di AS tumbuh dengan laju terendah sejak 2016.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Data Inflasi AS Dinanti, Wall Street Kompak Dibuka Merah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular