AS-Meksiko Damai & The Fed Dovish, Wall Street Bakal Menguat

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
11 June 2019 19:35
Dow Jones dan Nasdaq mengimplikasikan penguatan masing-masing 139,32 dan 63,07 poin. Sementara S&P 500 diimplikasikan naik 15,97 poin.
Foto: New York Stock Exchange (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Wall Street diproyeksi akan kembali melanjutkan reli, dimana indikasi penguatan tersebut besar kemungkinan masih disokong oleh sentimen penundaan pengenaan tarif atas produk impor asal Meksiko dan harapan Bank Sentral AS (The Fed) akan menurunkan suku bunga.

Pada pukul 19:17 WIB, kontrak future Dow Jones dan Nasdaq Composite mengimplikasikan penguatan masing-masing sebesar 139,32 poin dan 63,07 poin. Sementara S&P 500 diimplikasikan naik 15,97 poin.

Setelah perundingan selama tiga hari di Washington, AS-Meksiko berhasil berjabat tangan dan menyepakati sejumlah hal seiring dengan komitmen Meksiko untuk mengambil 'langkah keras' dalam menahan arus migran gelap di perbatasan kedua negara.

"Bea masuk yang rencananya diterapkan AS pada hari Senin terhadap Meksiko, dengan ini ditunda sampai batas yang tidak ditentukan," ujar Presiden AS Donald Trump dalam cuitannya di Twitter.

Lebih lanjut, pelaku pasar juga sumringah atas ekspektasi yang lebih besar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan bulan depan. Melansir situs CME Fedwatch peluang Fed Funds Rate dipotong pada bulan Juli mencapai 78%, dan kemungkinan pemangkasan di akhir tahun bahkan menyentuh 97%.

Proyeksi tersebut didasarkan fakta data ekonomi yang lemah dari Negeri Paman Sam. Pada Mei, perekonomian AS menciptakan 75.000 lapangan kerja. Ini menjadi kali pertama sejak 2019 penciptaan lapangan kerja tidak sampai 100.000. Akibatnya angka pengangguran juga tidak berubah di 3,6%.

"Kami tidak tahu kapan dan bagaimana masalah ini (perang dagang) bisa diselesaikan. Kami terus memonitor dampak dari perkembangannya terhadap prospek perekonomian AS dan seperti biasanya akan bertindak jika dibutuhkan untuk menjaga ekspansi pasar tenaga kerja dan inflasi mendekati target 2%," papar Powell, sebagaimana dikutip Reuters.

"Kita berada dalam situasi dimana berita buruk adalah berita baik," ujar Silvia Dall'Angelo ekonom senior di Hermes Investment Management, dilansir CNBC International.

Peluang penurunan suku bunga acuan menjadi pelumas bagi bursa saham New York. Sebab, saham adalah instrumen yang bekerja optimal di lingkungan suku bunga rendah. Pada hari ini, investor akan mencermati rilis data laju pertumbuhan indeks harga produsen (Producer Price Index/PPI) bulan Mei yang akan diumumkan pukul 19:30 WIB.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dwa/dwa) Next Article Pesta Wall Street Terus Berlanjut, Menguat Lima Hari Beruntun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular