Dibuka Menguat, Rupiah Kini Malah Lesu

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 June 2019 08:42
Dibuka Menguat, Rupiah Kini Malah Lesu
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah ternyata masih menyimpan energi untuk menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Namun energi itu sangat lemah, sehingga rupiah pun terpaksa singgah di zona merah.

Pada Selasa (11/6/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.240 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Penguatan rupiah yang begitu tipis ini agak mengkhawatirkan. Risiko rupiah untuk berbalik arah ke jalur merah cukup besar, tidak bisa dinafikan.

Apalagi rupiah sudah menguat lumayan tajam selama beberapa waktu terakhir. Sejak akhir Mei, apresiasi rupiah mencapai 1,04% sehingga rentan untuk mengalami koreksi teknikal.

Benar saja, tidak lama setelah pembukaan pasar rupiah pun melemah. Pada pukul 08:17 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.250 di mana rupiah melemah 0,04%. Energi rupiah yang sudah sangat tipis itu habis.




Pagi ini, mata uang utama Asia bergerak variatif di hadapan dolar AS. Selain rupiah, mata uang yang juga melemah adalah yuan China, yen Jepang, dan dolar Taiwan.

Sementara yang mampu menguat adalah dolar Hong Kong, rupee India, ringgit Malaysia, peso Filipina, dolar Singapura, dan baht Thailand. Namun, penguatan berbagai mata uang tersebut relatif terbatas. Oleh karena itu, mata uang Asia harus selalu waspada karena dolar AS bisa 'mengamuk' kapan saja.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:22 WIB:



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)



Rupiah dan mata uang Asia lainnya memang patut waspada karena dolar AS sedang menguat di level global. Pada pukul 08:14 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,01%.

Peluang kebangkitan dolar AS memang cukup besar. Maklum, Dollar Index sudah terkoreksi 0,32% dalam sepekan terakhir. Selama sebulan ke belakang, indeks ini melemah 0,58%.

Oleh karena itu, dolar AS sepertinya sudah relatif murah dan menarik di mata investor. Aksi beli terhadap mata uang ini tentu akan menguatkan nilai tukarnya.

  Selain itu, perkembangan harga minyak juga tidak suportif terhadap rupiah. Setelah dini hari tadi anjlok di kisaran 1%, kini harga si emas hitam sudah kembali naik. Pada pukul 08:24 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet naik masing-masing 0,34% dan 0,51%.

Harga minyak sudah turun drastis dalam beberapa waktu terakhir. Selama sebulan ini, harga brent dan light sweet amblas masing-masing 11,3% dan 13,08%.

  Jadi walau ada sentimen geopolitik di Timur Tengah, pembatasan produksi oleh Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC), perang dagang, Brexit, apa pun itu terserah, harga minyak niscaya akan kembali merangkak naik. Pasalnya koreksi yang sudah begitu dalam memang membuka peluang untuk rebound. Harga minyak yang sudah murah tentu membuat investor tergiur dan membeli komoditas ini.

Bagi rupiah, kenaikan harga minyak bukan kabar gembira. Sebab kenaikan harga minyak akan membuat biaya impornya semakin mahal. Tentu bukan kondisi ideal bagi negara net importir minyak.

Ketika biaya impor minyak membengkak, maka tekanan yang dialami neraca perdagangan dan transaksi berjalan semakin berat. Pasokan devisa dari sektor perdagangan akan seret, dan fondasi penopang rupiah menjadi rapuh. Jangan heran rupiah melemah jika transaksi berjalan bermasalah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular