
AS-Meksiko Siap Perang Dagang, Wall Street Akan Anjlok
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 May 2019 18:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka melemah pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 18:00 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 259 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan turun masing-masing sebesar 32 dan 108 poin.
Potensi meletusnya perang dagang AS-Meksiko menjadi faktor utama yang memantik aksi jual di bursa saham Negeri Paman Sam. Kini, genderang perang dagang AS-Meksiko sudah ditabuh oleh pihak AS.
Pada hari Kamis (30/5/2019) malam waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia, Presiden AS Donald Trump berkicau di Twitter bahwa AS akan mengenakan bea masuk sebesar 5% bagi seluruh produk impor asal Meksiko per tanggal 10 Juni.
"Pada 10 Juni, Amerika Serikat akan mengenakan bea masuk 5% terhadap semua produk yang masuk ke negara kita dari Meksiko, sampai masuknya imigran ilegal dari Meksiko ke negara kita BERHENTI. Bea masuk akan naik secara bertahap hingga masalah imigran ilegal diselesaikan," tulisnya.
Meyusul cuitan Trump tersebut, Gedung Putih dalam pernyataan resminya mengatakan bahwa bea masuk yang dikenakan terhadap seluruh produk impor asal Meksiko tersebut akan naik setiap satu bulan sekali hingga krisis imigran ilegal diselesaikan.
"Bea impor akan naik menjadi 15% pada 1 Agustus 2019, menjadi 20% pada 1 September 2019, dan menjadi 25% pada 1 Oktober 2019," tulis pernyataan resmi Gedung Putih.
Meksiko pun tak tinggal diam dan sudah menyuarakan perlawanan. "[Pengenaan bea masuk itu] akan menjadi bencana," kata diplomat top Meksiko untuk Amerika Utara, Kamis (30/5/2019).
Diplomat itu kemudian berjanji untuk membalas apa yang dilakukan pemerintah AS. "Jika ini [bea masuk] diberlakukan, kita harus merespons dengan penuh semangat," kata sang diplomat, Jesus Seade, Wakil Menteri Luar Negeri untuk Amerika Utara di Kementerian Luar Negeri Meksiko.
Asal tahu saja, Meksiko merupakan negara sumber impor terbesar kedua bagi AS. Menurut data dari Kantor Perwakilan Dagang AS, AS mengimpor barang senilai US$ 346,5 miliar dari Meksiko pada tahun 2018, mengimplikasikan kenaikan sebesar 10,3% dibandingkan nilai tahun 2017, dilansir dari CNBC International. Impor barang dari Meksiko berkontribusi sebesar 13,6% dari total impor barang AS pada tahun lalu.
Faktor lain yang membebani kinerja Wall Street adalah rilis data ekonomi yang relatif mengecewakan. Kemarin, pembacaan kedua untuk angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal-I 2019 diumumkan di level 3,1% (quarterly annualized). Memang lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun Dow Jones sebesar 3%, namun lebih rendah ketimbang angka pada pembacaan awal yang sebesar 3,2%.
Pada hari ini, investor akan mencermati rilis data perubahan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) Index periode April 2019 pada pukul 19:30 WIB. Asal tahu saja, Core PCE merupakan indikator yang digunakan oleh The Federal Reserve selaku bank sentral AS dalam mengukur angka inflasi. Implikasinya, rilis data ini dapat memberi petunjuk terkait arah kebijakan suku bunga AS kedepannya.
Pada pukul 23:00 WIB, anggota FOMC John Williams dijadwalkan untuk memberikan pidato berjudul "Monetary Policy Theory and Practice and the Lower Bound on Interest Rates" di sebuah acara yang diadakan oleh Federal Reserve Bank of New York.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Video: Wall Street Berdarah-darah, IHSG Tumbang ke 6.700-an
Potensi meletusnya perang dagang AS-Meksiko menjadi faktor utama yang memantik aksi jual di bursa saham Negeri Paman Sam. Kini, genderang perang dagang AS-Meksiko sudah ditabuh oleh pihak AS.
Pada hari Kamis (30/5/2019) malam waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia, Presiden AS Donald Trump berkicau di Twitter bahwa AS akan mengenakan bea masuk sebesar 5% bagi seluruh produk impor asal Meksiko per tanggal 10 Juni.
Meyusul cuitan Trump tersebut, Gedung Putih dalam pernyataan resminya mengatakan bahwa bea masuk yang dikenakan terhadap seluruh produk impor asal Meksiko tersebut akan naik setiap satu bulan sekali hingga krisis imigran ilegal diselesaikan.
"Bea impor akan naik menjadi 15% pada 1 Agustus 2019, menjadi 20% pada 1 September 2019, dan menjadi 25% pada 1 Oktober 2019," tulis pernyataan resmi Gedung Putih.
Meksiko pun tak tinggal diam dan sudah menyuarakan perlawanan. "[Pengenaan bea masuk itu] akan menjadi bencana," kata diplomat top Meksiko untuk Amerika Utara, Kamis (30/5/2019).
Diplomat itu kemudian berjanji untuk membalas apa yang dilakukan pemerintah AS. "Jika ini [bea masuk] diberlakukan, kita harus merespons dengan penuh semangat," kata sang diplomat, Jesus Seade, Wakil Menteri Luar Negeri untuk Amerika Utara di Kementerian Luar Negeri Meksiko.
Asal tahu saja, Meksiko merupakan negara sumber impor terbesar kedua bagi AS. Menurut data dari Kantor Perwakilan Dagang AS, AS mengimpor barang senilai US$ 346,5 miliar dari Meksiko pada tahun 2018, mengimplikasikan kenaikan sebesar 10,3% dibandingkan nilai tahun 2017, dilansir dari CNBC International. Impor barang dari Meksiko berkontribusi sebesar 13,6% dari total impor barang AS pada tahun lalu.
Faktor lain yang membebani kinerja Wall Street adalah rilis data ekonomi yang relatif mengecewakan. Kemarin, pembacaan kedua untuk angka pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal-I 2019 diumumkan di level 3,1% (quarterly annualized). Memang lebih tinggi dibandingkan konsensus yang dihimpun Dow Jones sebesar 3%, namun lebih rendah ketimbang angka pada pembacaan awal yang sebesar 3,2%.
Pada hari ini, investor akan mencermati rilis data perubahan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) Index periode April 2019 pada pukul 19:30 WIB. Asal tahu saja, Core PCE merupakan indikator yang digunakan oleh The Federal Reserve selaku bank sentral AS dalam mengukur angka inflasi. Implikasinya, rilis data ini dapat memberi petunjuk terkait arah kebijakan suku bunga AS kedepannya.
Pada pukul 23:00 WIB, anggota FOMC John Williams dijadwalkan untuk memberikan pidato berjudul "Monetary Policy Theory and Practice and the Lower Bound on Interest Rates" di sebuah acara yang diadakan oleh Federal Reserve Bank of New York.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Video: Wall Street Berdarah-darah, IHSG Tumbang ke 6.700-an
Most Popular