Seperti Ini Gambaran Menyedihkannya Harga Komoditas Ekspor RI

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
24 May 2019 12:58
Perlambatan ekonomi dunia berpengaruh pada penurunan volume perdagangan dan harga komoditas global
Foto: cover topik/ cover topik CPO_konten/ Aristya Rahadian
Jakarta, CNBC Indonesia - Perlambatan ekonomi dunia berpengaruh pada penurunan volume perdagangan dan harga komoditas global, kecuali harga minyak yang meningkat. Hal ini memuat indeks harga komoditas ekspor dalam negeri masih negatif.

Laporan Bank Indonesia (BI), Jumat (24/5/2019) dalam Tinjauan Kebijakan Moneter, disebutkan perdagangan dunia diprakirakan tetap tumbuh rendah pada triwulan I-2019

Pertumbuhan World Trade Volume (WTV) triwulan I-2019 diprakirakan masih di level rendah. WTV yang lebih rendah tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi global serta penetapan tarif impor oleh AS kepada Tiongkok sejak September 2018.

Seperti Ini Gambaran Menyedihkannya Harga Komoditas Ekspor RIFoto: Petani karet (REUTERS/Panu Wongcha-um)


"Pertumbuhan WTV diprakirakan akan membaik mulai triwulan III-2019 apabila ketegangan perdagangan AS-Tiongkok mulai membaik. Perbaikan permintaan Tiongkok karena dampak stimulus fiskal sebagaimana tercermin pada perbaikan PMI Maret 2019 serta kebijakan the Fed yang cenderung lebih longgar juga diprakirakan mendukung peningkatan volume perdagangan dunia," tulis BI Dalam laporannya.

Sementara, harga komoditas ekspor Indonesia menurun terutama didorong oleh penurunan harga CPO
 dan aluminium.

Seperti Ini Gambaran Menyedihkannya Harga Komoditas Ekspor RIFoto: Bank Indonesia, Indeks Harga Komoditas RI


Penurunan harga CPO dipengaruhi oleh tekanan penurunan harga substitusinya - soybean. Kondisi pasar CPO masih over supply dengan inventori yang sangat tinggi ditambah lagi dengan tingginya produksi CPO asal Malaysia dan Indonesia di tengah perlambatan permintaan India.

Penurunan harga aluminum didorong oleh perbaikan supply seiring dengan perbaikan pasokan dari Brazil dan Rusia setelah sanksi pencabutan embargo dan sanksi serta peningkatan produksi bauksit (bahan baku aluminium) asal Malaysia.

"Sementara itu, penurunan harga logam lainnya seperti tembaga dan nikel tidak sedalam perkiraan," jelas BI.

Untuk harga minyak, dalam tren meningkat terutama karena berkurangnya pasokan. Hal tersebut disebabkan oleh pemotongan produksi OPEC+ lebih tinggi dari target, gangguan ekspor Rusia, Venezuela, dan Libya, serta faktor sentimen dari pengumuman AS mengenai tidak berlanjutnya waiver sanksi Iran.

"Harga minyak pada triwulan II-2019 diperkirakan akan tetap tinggi, sejalan implementasi OPEC+ oil cuts yang terus meningkat dan berakhirnya waiver sanksi Iran. Harga minyak diperkirakan akan memasuki tren yang menurun mulai triwulan III 2019 seiring prospek peningkatan produktivitas minyak AS dan OPEC+ oil cut yang diduga tidak berlanjut," terang BI.






(wed) Next Article Dolar Rp16.200 BI Rate Naik Jadi 6,25%, Ini Alasannya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular