Rupiah Masih Lemas di Kurs Tengah BI, Wajib Waspada di Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 May 2019 10:30
Rupiah Masih Lemas di Kurs Tengah BI, Wajib Waspada di Spot
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Dolar AS pun menembus Rp 14.500, kali pertama sejak akhir Desember 2018. 

Pada Kamis (23/5/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.513. Rupiah melemah 0,17% dibandingkan posisi hari sebelumnya. Pelemahan ini membawa rupiah di posisi terlemah sejak 28 Desember 2018. 



Nasib rupiah lebih baik di perdagangan pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.505. Rupiah menguat 0,1% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah menipis. Pada pukul 10:13 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.510 di mana rupiah menguat 0,03%. 

Rupiah perlu waspada karena dolar AS sedang mengamuk di Asia. Selain rupiah, hanya dolar Hong Kong dan yen Jepang yang menguat.  

Apresiasi rupiah yang menipis perlu diwaspadai. Masih ada kemungkinan rupiah kembali ke zona merah, seperti yang terjadi dalam tiga hari terakhir. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 10:11 WIB: 

 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS tidak hanya perkasa di Asia, tetapi juga di level global. Pada pukul 10:14 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,08%. 

Pelaku pasar khawatir dengan perkembangan hubungan AS-China. Perang dagang dua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi tersebut semakin panas. AS berencana mengenakan bea masuk baru untuk impor produk China senilai US$ 300 miliar. Kebijakan ini paling cepat berlaku sebulan lagi. 

"Untuk sementara belum ada kebijakan baru. Paling tidak sampai 30-45 hari ke depan," tutur Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, dikutip dari Reuters. 

Jika AS benar-benar menerapkan bea masuk baru, maka kemungkinan besar China akan membalas. Api perang dagang bakal semakin besar dan membakar perekonomian dunia. 

Perang dagang juga sudah merabat ke level korporasi. Pekan lalu, AS memasukkan Huawei (perusahaan telekomunikasi asal China) ke daftar hitam meski kemudian diberi kelonggaran hingga Agustus. 

Mengutip Reuters, AS mulai mengajak negara-negara lain untuk ikut mengucilkan Huawei. Seorang sumber di Kementerian Perdagangan AS mengungkapkan, Washington mengajak Korea Selatan untuk tidak menggunakan produk-produk Huawei. 

Harian Chosun Ilbo memberitakan, pemerintah AS beberapa kali mengirim kawat diplomatik ke Kementerian Luar Negeri Korea Selatan untuk tidak menggunakan produk Huawei. Sebab, barang itu berpotensi membahayakan keamanan. 

"AS menggarisbawahi pentingnya faktor keamanan dalam perangkat 5G. Kami menyadari penuh posisi AS tersebut," tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri Korea Selatan. 

Hawa perang dagang AS-China yang memanas membuat risk appetite investor pudar. Bermain aman menjadi pilihan utama sehingga dolar AS kebanjiran permintaan. 

Oleh karena itu, rupiah perlu waspada. Risiko rupiah kembali ke zona merah tidak bisa dikesampingkan.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular