
Perekonomian Loyo Dan Perang Dagang, Bursa Asia Kompak Merah
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
23 May 2019 09:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia kompak dibuka melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (23/5/2019).
Indeks Kospi melemah tipis 0,08%, indeks Straits Times terkoreksi 0,34%, indeks Nikkei turun 0,48%, indeks, indeks Shangai turun 0,05%, dan indeks Hang Seng anjlok 0,72%.
Indeks-indeks acuan Benua Kuning dibuka pada zona merah karena pelaku pasar khawatir tentang ketegangan perdagnagn antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS) dan China yang tampaknya akan memulai babak perang tambahan.
Reuters melaporkan Gedung Putih tampaknya sedang mempertimbangkan untuk ikut memasukkan perusahaan video pengawas asal China, Hikvision, ke dalam daftar hitam.
Keputusan untuk memblokir Huawei saja sudah membuat Negeri Tirai Bambu memikirkan kembali hubungan ekonominya dengan AS, tulis surat kabar South China Morning Post, dilansir dari CNBC International. China bahkan tengah mempertimbangkan menghentikan pembelian gas alam dari AS yang pada 2017 nilainya mencapai US$6,3 miliar.
Lebih lanjut, hingga detik ini belum ada kabar terbaru soal kapan perwakilan AS dan China akan kembali melangsungkan dialog dagang.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa perjalanan ke Beijing untuk melanjutkan negosiasi dagang belum dijadwalkan, dilansir CNBC International.
Hal ini tentunya menandaskan harapan pelaku pasar bahwa kesepakatan damai dapat dicapai dalam waktu dekat. Alhasil, investor terus bersikap waspada dan menarik dari dari berinvestasi pada aset-aset yang memiliki resiko tinggi.
Di lain pihak rilis data ekonomi yang mengecewakan juga menjadi salah satu sentimen yang membuat pelaku pasar berterbangang dari kawasan Asia.
Nilai transaksi berjalan Negeri Singa hingga Maret tercatat sebesar S$ 20,3 miliar lebih rendah dari capaian periode yang sama tahun lalu sebesar S$ 20,49 miliar, dilansir Trading Economics.
Dari Negeri Sakura, pembacaan awal indeks manufaktur PMI bulan Mei versi Nikkei tercatat 49,6, turun dari perolehan bulan lalu sebesar 50,2 poin. Capaian tersebut juga di bawah konsensus pasar yang ada di 50,5 poin. Perolehan di bawah 50 poin, menandakan aktifitas industri manufaktur yang lesu.
Belum lagi, neraca perdagangan Jepang bulan April juga hanya mencatatkan surplus sebesar ¥60.4 miliar, jauh dibandingkan capaian Maret yang surplus sampai ¥527,8 miliar, dilansir Trading Economics.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Indeks Kospi melemah tipis 0,08%, indeks Straits Times terkoreksi 0,34%, indeks Nikkei turun 0,48%, indeks, indeks Shangai turun 0,05%, dan indeks Hang Seng anjlok 0,72%.
Indeks-indeks acuan Benua Kuning dibuka pada zona merah karena pelaku pasar khawatir tentang ketegangan perdagnagn antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS) dan China yang tampaknya akan memulai babak perang tambahan.
Keputusan untuk memblokir Huawei saja sudah membuat Negeri Tirai Bambu memikirkan kembali hubungan ekonominya dengan AS, tulis surat kabar South China Morning Post, dilansir dari CNBC International. China bahkan tengah mempertimbangkan menghentikan pembelian gas alam dari AS yang pada 2017 nilainya mencapai US$6,3 miliar.
Lebih lanjut, hingga detik ini belum ada kabar terbaru soal kapan perwakilan AS dan China akan kembali melangsungkan dialog dagang.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa perjalanan ke Beijing untuk melanjutkan negosiasi dagang belum dijadwalkan, dilansir CNBC International.
Hal ini tentunya menandaskan harapan pelaku pasar bahwa kesepakatan damai dapat dicapai dalam waktu dekat. Alhasil, investor terus bersikap waspada dan menarik dari dari berinvestasi pada aset-aset yang memiliki resiko tinggi.
Di lain pihak rilis data ekonomi yang mengecewakan juga menjadi salah satu sentimen yang membuat pelaku pasar berterbangang dari kawasan Asia.
Nilai transaksi berjalan Negeri Singa hingga Maret tercatat sebesar S$ 20,3 miliar lebih rendah dari capaian periode yang sama tahun lalu sebesar S$ 20,49 miliar, dilansir Trading Economics.
Dari Negeri Sakura, pembacaan awal indeks manufaktur PMI bulan Mei versi Nikkei tercatat 49,6, turun dari perolehan bulan lalu sebesar 50,2 poin. Capaian tersebut juga di bawah konsensus pasar yang ada di 50,5 poin. Perolehan di bawah 50 poin, menandakan aktifitas industri manufaktur yang lesu.
Belum lagi, neraca perdagangan Jepang bulan April juga hanya mencatatkan surplus sebesar ¥60.4 miliar, jauh dibandingkan capaian Maret yang surplus sampai ¥527,8 miliar, dilansir Trading Economics.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular