
Pemilu Bikin Mata Uang Asia Perkasa Tapi Rupiah Merana
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 May 2019 15:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagian besar mata uang utama Asia menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hari ini. Penyebabnya adalah sentimen positif dari Pemilu di India dan Australia. Namun rupiah justru melemah, yang ironisnya kemungkinan akibat kisruh politik usai Pemilu.
Pada Senin (20/5/2019) pukul 14:40 WIB, US$ 1 dibanderol, Rp 14.450. Rupiah melemah 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Sementara mayoritas mata uang utama Benua Kuning mampu menguat di hadapan greenback. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS dibandingkan mata uang utama Asia pada pukul 14:41 WIB:
Gairah pelaku pasar hadir karena perkembangan positif seputar Pemilu di India dan Australia. Di India, Narendra Modi diperkirakan mampu mempertahankan kursi sebagai Perdana Menteri berdasarkan hasil exit poll beberapa institusi. Partai Modi, Bharatiya Janata, diperkirakan mampu meraih sekitar 300 kursi dari total 543 di parlemen sehingga jalan Modi menuju dua periode semakin lapang.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar bergairah. Berlanjutnya pemerintahan Modi berarti ada jaminan kebijakan pemerintah tidak akan berubah drastis. Ada kepastian, sesuatu yang sangat didambakan pasar.
Sementara di Australia, koalisi liberal-konservatif yang mengajukan Perdana Menteri petahana Scott Morrison juga diperkirakan berhasil memenangi Pemilu. Kemenangan ini di luar perkiraan, karena berbagai survei sebelumnya terus mengunggulkan kubu oposisi Partai Buruh.
Terpilih kembalinya Morrison bahan disambut positif para pemimpin dunia. "Selamat kepada Scott atas kemenangan luar biasa!" cuit Presiden AS Donald Trump melalui cuitan di Twitter. Sedangkan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyatakan Morrison adalah sosok yang mengerti kehendak rakyat.
Namun rupiah belum bisa ikut larut dalam 'pesta' mata uang Asia. Mata uang Tanah Air justru masih tertinggal, yang ironisnya karena risiko gaduh politik usai Pemilu.
Ya, sepertinya salah satu faktor yang memberatkan langkah rupiah adalah penantian terhadap pengumuman hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei. Sejauh ini, hasil hitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih menempatkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin sebagai pemenang. Hasil akhir akan diumumkan Rabu mendatang.
Namun kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno masih menggaungkan ketidakpercayaan terhadap hasil rekapitulasi suara oleh KPU. Kubu 02 menilai berbagai kecurangan dalam Pemilu membuat hasilnya tidak sah dan harus diulang.
Seruan untuk aksi massa pada 22 Mei di kantor KPU pun mengemuka. Bahkan polisi mencium ada upaya teror yang membonceng aksi ini untuk menyebarkan ketakutan.
Situasi ini yang benar-benar dicermati investor. Bukan hanya siapa pemenang Pemilu, pelaku pasar juga memantau bagaimana situasi keamanan kala pengumuman hasil coblosan. Potensi chaos yang tidak bisa dikesampingkan tentu menjadi perhatian pasar.
Menuju 22 Mei, pelaku pasar sepertinya memilih untuk menunggu terlebih dulu. Ada kemungkinan investor menunda rencana masuk ke pasar keuangan Indonesia sebelum situasi agak tenang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Senin (20/5/2019) pukul 14:40 WIB, US$ 1 dibanderol, Rp 14.450. Rupiah melemah 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Sementara mayoritas mata uang utama Benua Kuning mampu menguat di hadapan greenback. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS dibandingkan mata uang utama Asia pada pukul 14:41 WIB:
Gairah pelaku pasar hadir karena perkembangan positif seputar Pemilu di India dan Australia. Di India, Narendra Modi diperkirakan mampu mempertahankan kursi sebagai Perdana Menteri berdasarkan hasil exit poll beberapa institusi. Partai Modi, Bharatiya Janata, diperkirakan mampu meraih sekitar 300 kursi dari total 543 di parlemen sehingga jalan Modi menuju dua periode semakin lapang.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar bergairah. Berlanjutnya pemerintahan Modi berarti ada jaminan kebijakan pemerintah tidak akan berubah drastis. Ada kepastian, sesuatu yang sangat didambakan pasar.
Sementara di Australia, koalisi liberal-konservatif yang mengajukan Perdana Menteri petahana Scott Morrison juga diperkirakan berhasil memenangi Pemilu. Kemenangan ini di luar perkiraan, karena berbagai survei sebelumnya terus mengunggulkan kubu oposisi Partai Buruh.
Terpilih kembalinya Morrison bahan disambut positif para pemimpin dunia. "Selamat kepada Scott atas kemenangan luar biasa!" cuit Presiden AS Donald Trump melalui cuitan di Twitter. Sedangkan Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyatakan Morrison adalah sosok yang mengerti kehendak rakyat.
Namun rupiah belum bisa ikut larut dalam 'pesta' mata uang Asia. Mata uang Tanah Air justru masih tertinggal, yang ironisnya karena risiko gaduh politik usai Pemilu.
Ya, sepertinya salah satu faktor yang memberatkan langkah rupiah adalah penantian terhadap pengumuman hasil Pemilu 2019 pada 22 Mei. Sejauh ini, hasil hitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih menempatkan pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin sebagai pemenang. Hasil akhir akan diumumkan Rabu mendatang.
Namun kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno masih menggaungkan ketidakpercayaan terhadap hasil rekapitulasi suara oleh KPU. Kubu 02 menilai berbagai kecurangan dalam Pemilu membuat hasilnya tidak sah dan harus diulang.
Seruan untuk aksi massa pada 22 Mei di kantor KPU pun mengemuka. Bahkan polisi mencium ada upaya teror yang membonceng aksi ini untuk menyebarkan ketakutan.
Situasi ini yang benar-benar dicermati investor. Bukan hanya siapa pemenang Pemilu, pelaku pasar juga memantau bagaimana situasi keamanan kala pengumuman hasil coblosan. Potensi chaos yang tidak bisa dikesampingkan tentu menjadi perhatian pasar.
Menuju 22 Mei, pelaku pasar sepertinya memilih untuk menunggu terlebih dulu. Ada kemungkinan investor menunda rencana masuk ke pasar keuangan Indonesia sebelum situasi agak tenang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular