
Kebakaran! Sepanjang Minggu Ini IHSG Tak Pernah Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 May 2019 16:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebakaran melanda pasar saham tanah air pada minggu ini. Dalam 5 hari perdagangan di pekan ini, tak sekalipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat. Pada perdagangan hari ini, IHSG jatuh sebesar 1,17% ke level 5.826,87. Jika dihitung dalam sepekan, koreksi IHSG mencapai 6,16%.
Kinerja IHSG pada hari ini senada dengan mayoritas indeks saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Shanghai anjlok 2,48%, indeks Hang Seng melemah 1,16% indeks Straits Times terpangkas 0,69%, dan indeks Kospi turun 0,58%.
Potensi eskalasi perang dagang AS-China membuat saham-saham di Benua Kuning dilego investor. Pada Kamis malam (16/5/2019) waktu setempat, media milik pemerintah China mengatakan bahwa Beijing tak tertarik untuk menggelar negosiasi dagang dengan AS pada saat ini, seperti dilansir dari Bloomberg.
Tanpa adanya langkah yang menunjukkan bahwa AS tulus, menjadi tidak berarti bagi para pejabatnya untuk datang ke China dan menggelar negosiasi dagang, tulis blog Taoran Notes. Sebagai informasi, Taoran Notes merupakan sebuah blog yang terasosiasi dengan Xinhua News Agency dan People's Daily yang merupakan media milik pemerintah China.
Menurut tulisan tersebut, walaupun AS telah berbicara mengenai keinginannya untuk melanjutkan negosiasi, dalam saat yang bersamaan AS justru telah memainkan "trik-trik kecil untuk mengacaukan suasana". Hal tersebut mengacu kepada keputusan Presiden AS Donald Trump untuk semakin membatasi ruang gerak Huawei, raksasa teknologi asal China, di AS.
"Jika ada yang berpikir bahwa pihak China hanya menggertak, itu akan menjadi kesalahan penilaian paling signifikan" sejak Perang Korea, tulis Taoran Notes, dikutip dari Bloomberg.
Seperti yang diketahui, pada hari Rabu (15/5/2019) waktu setempat Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional terkait ancaman yang dihadapi sektor teknologi AS melalui sebuah perintah eksekutif.
Hal tersebut memberikan kuasa kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross (dengan konsultasi bersama beberapa pejabat tingkat tinggi lainnya) untuk memblokir transaksi yang melibatkan informasi atau teknologi komunikasi yang "membawa risiko tinggi terhadap keamanan nasional AS".
Menindaklanjuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump, Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List dari Bureau Industry and Security (BIS), yang pada intinya akan membuat Huawei lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS.
China pun kemudian berang dengan langkah AS tersebut. Kementerian Perdagangan China kemarin memperingatkan bahwa sanksi terhadap perusahaan-perusahaan seperti Huawei dapat meningkatkan tensi perang dagang.
"Kami meminta AS untuk berhenti melangkah lebih jauh, supaya perusahaan-perusahaan asal China dapat merasakan situasi yang lebih normal dalam berbisnis, serta untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang AS-China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers pada hari Kamis, dikutip dari CNBC International. Secara sektoral, sektor jasa keuangan yang jatuh 1,76% menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG. Sektor jasa keuangan terkoreksi seiring dengan aksi jual yang menerpa saham-saham bank BUKU 4: harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 3,4%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 1,89%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,81%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 0,92%, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 0,5%.
Eskalasi perang dagang AS-China sangat mungkin menekan laju perekonomian Indonesia, mengingat AS dan China merupakan mitra dagang utama Indonesia. Kala perekonomian tertekan, tentu penyaluran kredit juga tak akan maksimal dan menekan profitabilitas dari bank-bank di tanah air.
Selain itu, saham-saham bank besar di tanah air menjadi sasaran jual investor lantaran prospek rupiah yang suram. Rupiah memang tak melemah pada hari ini. Hingga akhir perdagangan, rupiah flat di level Rp 14.445/dolar AS. Namun, hal ini disebabkan oleh intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI).
Ke depannya, prospek rupiah suram seiring dengan revisi BI atas proyeksi defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) periode 2019. Kini, proyeksi CAD ditetapkan berada di rentang 2,5%-3% dari PDB, dari yang sebelumnya 2,5% dari PDB.
"Defisit transaksi berjalan 2019 juga diprakirakan lebih rendah dari tahun 2018, yaitu dalam kisaran 2,5-3,0% PDB, meskipun tidak serendah prakiraan semula," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (16/5/2019).
Perlambatan ekonomi global hingga perang dagang menjadi faktor yang memaksa BI merevisi proyeksi CAD untuk 2019.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Jika rupiah melemah, tentu ada kekhawatiran bahwa rasio kredit bermasalah/Non-Performing Loan (NPL) dari bank-bank besar akan terkerek naik dan menekan profitabilitas mereka. Investor asing memegang peranan yang besar dalam membuat IHSG kembali terkapar. Per akhir sesi 2, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 789,3 miliar di pasar saham tanah air, pasca pada perdagangan kemarin sudah membukukan jual bersih senilai Rp 687,6 miliar.
Prospek rupiah yang suram memantik aksi jual atas saham-saham di tanah air. Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerguian kurs sehingga wajar jika aksi jual terus dilakukan di pasar saham tanah air.
Saham-saham yang banyak dilego investor asing di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 343 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 146 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 140,6 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 59,4 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 48,2 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Kinerja IHSG pada hari ini senada dengan mayoritas indeks saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona merah: indeks Shanghai anjlok 2,48%, indeks Hang Seng melemah 1,16% indeks Straits Times terpangkas 0,69%, dan indeks Kospi turun 0,58%.
Potensi eskalasi perang dagang AS-China membuat saham-saham di Benua Kuning dilego investor. Pada Kamis malam (16/5/2019) waktu setempat, media milik pemerintah China mengatakan bahwa Beijing tak tertarik untuk menggelar negosiasi dagang dengan AS pada saat ini, seperti dilansir dari Bloomberg.
Menurut tulisan tersebut, walaupun AS telah berbicara mengenai keinginannya untuk melanjutkan negosiasi, dalam saat yang bersamaan AS justru telah memainkan "trik-trik kecil untuk mengacaukan suasana". Hal tersebut mengacu kepada keputusan Presiden AS Donald Trump untuk semakin membatasi ruang gerak Huawei, raksasa teknologi asal China, di AS.
"Jika ada yang berpikir bahwa pihak China hanya menggertak, itu akan menjadi kesalahan penilaian paling signifikan" sejak Perang Korea, tulis Taoran Notes, dikutip dari Bloomberg.
Seperti yang diketahui, pada hari Rabu (15/5/2019) waktu setempat Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional terkait ancaman yang dihadapi sektor teknologi AS melalui sebuah perintah eksekutif.
Hal tersebut memberikan kuasa kepada Menteri Perdagangan Wilbur Ross (dengan konsultasi bersama beberapa pejabat tingkat tinggi lainnya) untuk memblokir transaksi yang melibatkan informasi atau teknologi komunikasi yang "membawa risiko tinggi terhadap keamanan nasional AS".
Menindaklanjuti perintah eksekutif yang dikeluarkan Trump, Departemen Perdagangan AS menambahkan Huawei Technologies dan afiliasinya ke dalam Entity List dari Bureau Industry and Security (BIS), yang pada intinya akan membuat Huawei lebih sulit untuk melakukan bisnis dengan perusahaan asal AS.
China pun kemudian berang dengan langkah AS tersebut. Kementerian Perdagangan China kemarin memperingatkan bahwa sanksi terhadap perusahaan-perusahaan seperti Huawei dapat meningkatkan tensi perang dagang.
"Kami meminta AS untuk berhenti melangkah lebih jauh, supaya perusahaan-perusahaan asal China dapat merasakan situasi yang lebih normal dalam berbisnis, serta untuk menghindari eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang AS-China," papar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng dalam konferensi pers pada hari Kamis, dikutip dari CNBC International. Secara sektoral, sektor jasa keuangan yang jatuh 1,76% menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi koreksi IHSG. Sektor jasa keuangan terkoreksi seiring dengan aksi jual yang menerpa saham-saham bank BUKU 4: harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 3,4%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 1,89%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 1,81%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 0,92%, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 0,5%.
Eskalasi perang dagang AS-China sangat mungkin menekan laju perekonomian Indonesia, mengingat AS dan China merupakan mitra dagang utama Indonesia. Kala perekonomian tertekan, tentu penyaluran kredit juga tak akan maksimal dan menekan profitabilitas dari bank-bank di tanah air.
Selain itu, saham-saham bank besar di tanah air menjadi sasaran jual investor lantaran prospek rupiah yang suram. Rupiah memang tak melemah pada hari ini. Hingga akhir perdagangan, rupiah flat di level Rp 14.445/dolar AS. Namun, hal ini disebabkan oleh intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI).
Ke depannya, prospek rupiah suram seiring dengan revisi BI atas proyeksi defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) periode 2019. Kini, proyeksi CAD ditetapkan berada di rentang 2,5%-3% dari PDB, dari yang sebelumnya 2,5% dari PDB.
"Defisit transaksi berjalan 2019 juga diprakirakan lebih rendah dari tahun 2018, yaitu dalam kisaran 2,5-3,0% PDB, meskipun tidak serendah prakiraan semula," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (16/5/2019).
Perlambatan ekonomi global hingga perang dagang menjadi faktor yang memaksa BI merevisi proyeksi CAD untuk 2019.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Jika rupiah melemah, tentu ada kekhawatiran bahwa rasio kredit bermasalah/Non-Performing Loan (NPL) dari bank-bank besar akan terkerek naik dan menekan profitabilitas mereka. Investor asing memegang peranan yang besar dalam membuat IHSG kembali terkapar. Per akhir sesi 2, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 789,3 miliar di pasar saham tanah air, pasca pada perdagangan kemarin sudah membukukan jual bersih senilai Rp 687,6 miliar.
Prospek rupiah yang suram memantik aksi jual atas saham-saham di tanah air. Kala rupiah melemah, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerguian kurs sehingga wajar jika aksi jual terus dilakukan di pasar saham tanah air.
Saham-saham yang banyak dilego investor asing di antaranya: PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 343 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 146 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 140,6 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 59,4 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 48,2 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
Most Popular