Piutang Belum Dibayar, Garuda Kok Masih Pede Gandeng Mahata
Monica Wareza, CNBC Indonesia
16 May 2019 12:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menegaskan masih tetap yakin untuk melanjutkan kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi (MAT) meski belum menerima pembayaran atas piutang sama sekali.
Direktur Keuangan Garuda & Manajemen Resiko Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan meski belum dibayarkan,namun perusahaan menilai belum memerlukan adanya penyisihan piutang tak tertagih karena yakin akan direalisasikan pada periode berjalan.
"Saat ini kami memiliki keyakinan bahwa atas piutang Mahata, perusahaan belum memerlukan penyisihan piutang tidak tertagih karena kami yakin bahwa piutang tersebut dapat segera direalisasikan pada periode berjalan," tulis Fuad dalam keterbukaan informasinya di Bursa Efek Indonesia, dikutip CNBC Indonesia Kamis (16/5).
Dia menjelaskan, kajian piutang tak tertagih ini didasari oleh tiga indikator, antara lain penurunan nilai aset turun secara signifikan sebagai akibat dari berjalannya waktu dan pemakaian normal.
Lalu terdapat perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar dan ekonomi tempat pelanggan beroperasi yang berdampak merugikan pelanggan, serta adanya peristiwa yang membuktikan terdapat penurunan signifikan antara jumlah yang tercatat dan jumlah estimasi terpulihkan.
Adapun total piutang yang akan ditagihkan ke Mahata bernilai sebesar US$ 239 juta atau setara dengan Rp 3,39 triliun (asumsi kurs Rp 14.200/US$) untuk periode 15 tahun yang seluruhnya telah dibukukan sebagai pendapatan di laporan keuangan 2018.
Adapun biaya kompensasi yang ditagihkan kepada MAT tersebut ialah senilai US$ 92,94 juta untuk 103 pesawat Garuda Indonesia, US$ 39 juta untuk 50 pesawat Citilink, dan US$ 30 juta untuk 50 pesawat Sriwijaya Air.
Sementara itu untuk biaya kompensasi atas hak pengelolaan layanan hiburan dalam pesawat dan manajemen konten senilai US$ 80 juta untuk 99 pesawat Garuda Indonesia.
Sebelumnya, pihak Garuda Indonesia menyebutkan bahwa meski kontrak dengan MAT sudah dilakukan sejak Oktober 2018, namun baru satu pesawat yang dipasangkan layanan Wifi untuk penerbangan.
Di sisi lain, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga masih berhati-hati menentukan sikap terkait dengan laporan keuangan Garuda untuk tahun buku 2018 yang belakangan ini menyita perhatian pelaku pasar modal karena dinilai janggal.
BEI masih melakukan klarifikasi dan pendalaman transaksi yang dilakukan perusahaan pelat merah tersebut dengan MAT dan meminta masukan dari berbagai pihak terkait untuk mendapatkan penilaian yang tepat.
Simak jawaban Garuda soal polemik kerja sama dengan Mahata.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Ini Penjelasan Garuda Jika Mahata Tak Bayar Pemasangan WiFi
Direktur Keuangan Garuda & Manajemen Resiko Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan meski belum dibayarkan,namun perusahaan menilai belum memerlukan adanya penyisihan piutang tak tertagih karena yakin akan direalisasikan pada periode berjalan.
"Saat ini kami memiliki keyakinan bahwa atas piutang Mahata, perusahaan belum memerlukan penyisihan piutang tidak tertagih karena kami yakin bahwa piutang tersebut dapat segera direalisasikan pada periode berjalan," tulis Fuad dalam keterbukaan informasinya di Bursa Efek Indonesia, dikutip CNBC Indonesia Kamis (16/5).
Dia menjelaskan, kajian piutang tak tertagih ini didasari oleh tiga indikator, antara lain penurunan nilai aset turun secara signifikan sebagai akibat dari berjalannya waktu dan pemakaian normal.
Lalu terdapat perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar dan ekonomi tempat pelanggan beroperasi yang berdampak merugikan pelanggan, serta adanya peristiwa yang membuktikan terdapat penurunan signifikan antara jumlah yang tercatat dan jumlah estimasi terpulihkan.
Adapun total piutang yang akan ditagihkan ke Mahata bernilai sebesar US$ 239 juta atau setara dengan Rp 3,39 triliun (asumsi kurs Rp 14.200/US$) untuk periode 15 tahun yang seluruhnya telah dibukukan sebagai pendapatan di laporan keuangan 2018.
Adapun biaya kompensasi yang ditagihkan kepada MAT tersebut ialah senilai US$ 92,94 juta untuk 103 pesawat Garuda Indonesia, US$ 39 juta untuk 50 pesawat Citilink, dan US$ 30 juta untuk 50 pesawat Sriwijaya Air.
Sementara itu untuk biaya kompensasi atas hak pengelolaan layanan hiburan dalam pesawat dan manajemen konten senilai US$ 80 juta untuk 99 pesawat Garuda Indonesia.
Sebelumnya, pihak Garuda Indonesia menyebutkan bahwa meski kontrak dengan MAT sudah dilakukan sejak Oktober 2018, namun baru satu pesawat yang dipasangkan layanan Wifi untuk penerbangan.
Di sisi lain, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga masih berhati-hati menentukan sikap terkait dengan laporan keuangan Garuda untuk tahun buku 2018 yang belakangan ini menyita perhatian pelaku pasar modal karena dinilai janggal.
BEI masih melakukan klarifikasi dan pendalaman transaksi yang dilakukan perusahaan pelat merah tersebut dengan MAT dan meminta masukan dari berbagai pihak terkait untuk mendapatkan penilaian yang tepat.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Ini Penjelasan Garuda Jika Mahata Tak Bayar Pemasangan WiFi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular