
Kemarin Babak Belur, Hari Ini Wall Street Bersiap Bangkit
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 May 2019 18:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka menguat pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 18:45 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 107 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan naik masing-masing sebesar 13 dan 49 poin.
Wajar jika aksi beli mewarnai perdagangan di pasar saham AS pada hari ini. Pasalnya, Wall Street sudah babak belur pada perdagangan kemarin (13/5/2019). Pada perdagangan pertama di pekan ini tersebut, indeks Dow Jones jatuh 2,38%, indeks S&P 500 ambruk 2,41%, dan indeks Nasdaq Composite anjlok 3,41%.
Indeks Dow Jones dan indeks S&P 500 mengalami hari terburuknya sejak awal tahun ini, sedangkan kejatuhan indeks Nasdaq Composite yang mencapai 3,41% merupakan yang terdalam sepanjang 2019.
Pada perdagangan hari ini, investor akan kembali mencermati perkembangan terkait perang dagang AS-China. Sebagai informasi, kemarin China mengumumkan balasannya atas pengenaan bea masuk tambahan yang dieksekusi AS menjelang akhir pekan. Bea masuk yang dieksekusi AS tersebut menyasar importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar. Bea masuk yang awalnya sebesar 10% dinaikkan menjadi 25%.
Kementerian Keuangan China mengumumkan bahwa bea masuk bagi importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar akan dinaikkan menjadi 20% dan 25%, dari yang sebelumnya berada di level 5% dan 10%. Barang-barang agrikultur menjadi sasaran dari pemerintah China.
Tak tinggal diam, AS telah memulai proses yang diperlukan untuk membalas langkah China tersebut. Pada hari Senin waktu setempat, Kantor Perwakilan Dagang AS diketahui sudah menerbitkan proposal yang diperlukan untuk mengeksekusi kenaikan bea masuk bagi importasi produk China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak oleh perang dagang.
Dalam proposal tersebut, Kantor Perwakilan Dagang AS menjabarkan potensi pengenaan bea masuk hingga 25% bagi produk-produk impor China senilai kurang lebih US$ 300 miliar. Selanjutnya, akan digelar dengar pendapat pada tanggal 17 Juni yang kemudian akan diikuti oleh proses diskusi selama setidaknya seminggu.
Di sisi lain, ada juga perkembangan positif yang menyelimuti perang dagang AS-China yakni Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa dirinya akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan depan di Jepang.
Sekedar mengingatkan, kali terakhir Trump bertemu dengan Xi adalah juga di sela-sela KTT G-20, yakni pada bulan Desember lalu di Argentina. Hasilnya, kedua negara menyepakati gencatan senjata selama 3 bulan di mana keduanya tak akan mengerek bea masuk untuk importasi produk dari masing-masing negara. Gencatan senjata ini kemudian diperpanjang oleh Trump seiring dengan perkembangan negosiasi dagang yang positif.
Berbagai kabar seputar perang dagang AS-China sangat mungkin menentukan posisi Wall Street pada saat penutupan perdagangan nanti. Pasalnya, tidak ada data ekonomi penting yang dijadwalkan dirilis di AS pada hari ini sehingga perhatian pelaku pasar akan benar-benar tertuju kepada perang dagang AS-China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article 5 BUMN China Hengkang Dari Wall Street
Wajar jika aksi beli mewarnai perdagangan di pasar saham AS pada hari ini. Pasalnya, Wall Street sudah babak belur pada perdagangan kemarin (13/5/2019). Pada perdagangan pertama di pekan ini tersebut, indeks Dow Jones jatuh 2,38%, indeks S&P 500 ambruk 2,41%, dan indeks Nasdaq Composite anjlok 3,41%.
Indeks Dow Jones dan indeks S&P 500 mengalami hari terburuknya sejak awal tahun ini, sedangkan kejatuhan indeks Nasdaq Composite yang mencapai 3,41% merupakan yang terdalam sepanjang 2019.
Pada perdagangan hari ini, investor akan kembali mencermati perkembangan terkait perang dagang AS-China. Sebagai informasi, kemarin China mengumumkan balasannya atas pengenaan bea masuk tambahan yang dieksekusi AS menjelang akhir pekan. Bea masuk yang dieksekusi AS tersebut menyasar importasi produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar. Bea masuk yang awalnya sebesar 10% dinaikkan menjadi 25%.
Kementerian Keuangan China mengumumkan bahwa bea masuk bagi importasi produk asal AS senilai US$ 60 miliar akan dinaikkan menjadi 20% dan 25%, dari yang sebelumnya berada di level 5% dan 10%. Barang-barang agrikultur menjadi sasaran dari pemerintah China.
Tak tinggal diam, AS telah memulai proses yang diperlukan untuk membalas langkah China tersebut. Pada hari Senin waktu setempat, Kantor Perwakilan Dagang AS diketahui sudah menerbitkan proposal yang diperlukan untuk mengeksekusi kenaikan bea masuk bagi importasi produk China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak oleh perang dagang.
Dalam proposal tersebut, Kantor Perwakilan Dagang AS menjabarkan potensi pengenaan bea masuk hingga 25% bagi produk-produk impor China senilai kurang lebih US$ 300 miliar. Selanjutnya, akan digelar dengar pendapat pada tanggal 17 Juni yang kemudian akan diikuti oleh proses diskusi selama setidaknya seminggu.
Di sisi lain, ada juga perkembangan positif yang menyelimuti perang dagang AS-China yakni Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa dirinya akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G-20 pada akhir bulan depan di Jepang.
Sekedar mengingatkan, kali terakhir Trump bertemu dengan Xi adalah juga di sela-sela KTT G-20, yakni pada bulan Desember lalu di Argentina. Hasilnya, kedua negara menyepakati gencatan senjata selama 3 bulan di mana keduanya tak akan mengerek bea masuk untuk importasi produk dari masing-masing negara. Gencatan senjata ini kemudian diperpanjang oleh Trump seiring dengan perkembangan negosiasi dagang yang positif.
Berbagai kabar seputar perang dagang AS-China sangat mungkin menentukan posisi Wall Street pada saat penutupan perdagangan nanti. Pasalnya, tidak ada data ekonomi penting yang dijadwalkan dirilis di AS pada hari ini sehingga perhatian pelaku pasar akan benar-benar tertuju kepada perang dagang AS-China.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article 5 BUMN China Hengkang Dari Wall Street
Most Popular