
Analisis Teknikal
Waspada! Perang Dagang Jilid II, Rupiah Bisa ke Rp 14.500/US$
Putu Agus Pransuamitra & Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
14 May 2019 13:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terus tertekan sejak perdagangan Selasa (14/5/19) dibuka, pada pukul 12:28 WIB berada di kisaran Rp 14.450/US$. Perang dagang jilid II antara Amerika Serikat (AS) dengan China memicu kecemasan akan pelambatan ekonomi yang semakin dalam, dan memukul aset-aset berisiko.
Mata uang negara-negara emerging market seperti Indonesia juga terimbas dampak negatif.
Perang dagang jilid I sebelumnya berdampak buruk bagi kondisi ekonomi global, berbagai institusi termasuk beberapa bank sentral utama dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi. Apalagi dengan jilid II dimana tarif impor yang diterapkan AS dan China semakin tinggi.
Tekanan bagi rupiah makin besar jelang rilis dara necara perdagangan, berdasarkan data dari tradingeconomic.com konsensus memprediksi akan kembali terjadi defisit di bulan April, setelah mengalami surplus dua bulan beruntun. Data ini akan dirilis Rabu (15/5/19) besok.
Analisis Teknikal
Secara harian, belum ada perubahan teknikal. Rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR masih bergerak di atas rerata (Moving Average/MA) 20 hari (garis merah) yang sudah menyilang dengan MA 5 /rerata 5 hari (garis biru). Secara teknikal persilangan tersebut bisa menjadi sinyal naik (pelemahan rupiah).
Indikator Stochastic (grafik bagian bawah) berada di area jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama, seharusnya menjadi sinyal akan ada pembalikan harga (penguatan rupiah), namun hingga saat ini belum juga terjadi.
Stochastic merupakan leading indicator atau indikator yang mendahului pergerakan harga.
Sementara pada grafik 1 jam, indikator Stochastic juga berada di wilayah jenuh beli, namun sudah bergerak turun yang memberikan peluang penguatan rupiah (USD/IDR bergerak turun).
Indikator Stochastic di grafik harian dan 1 jam seharusnya memberikan peluang penguatan rupiah (USD/IDR turun) namun sepertinya selama tertahan di atas support (tahanan bawah) Rp 14.368, rupiah masih cenderung melemah ke area Rp 14.500.
Jika Rp 14.500 dilewati, tekanan bagi rupiah akan semakin kuat dan membuka peluang ke area Rp 14.610.
Tekanan bagi rupiah akan mereda jika mampu menembus ke bawah support Rp 14.368.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Mata uang negara-negara emerging market seperti Indonesia juga terimbas dampak negatif.
Perang dagang jilid I sebelumnya berdampak buruk bagi kondisi ekonomi global, berbagai institusi termasuk beberapa bank sentral utama dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi. Apalagi dengan jilid II dimana tarif impor yang diterapkan AS dan China semakin tinggi.
Analisis Teknikal
![]() |
Secara harian, belum ada perubahan teknikal. Rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR masih bergerak di atas rerata (Moving Average/MA) 20 hari (garis merah) yang sudah menyilang dengan MA 5 /rerata 5 hari (garis biru). Secara teknikal persilangan tersebut bisa menjadi sinyal naik (pelemahan rupiah).
Indikator Stochastic (grafik bagian bawah) berada di area jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama, seharusnya menjadi sinyal akan ada pembalikan harga (penguatan rupiah), namun hingga saat ini belum juga terjadi.
Stochastic merupakan leading indicator atau indikator yang mendahului pergerakan harga.
![]() |
Sementara pada grafik 1 jam, indikator Stochastic juga berada di wilayah jenuh beli, namun sudah bergerak turun yang memberikan peluang penguatan rupiah (USD/IDR bergerak turun).
Indikator Stochastic di grafik harian dan 1 jam seharusnya memberikan peluang penguatan rupiah (USD/IDR turun) namun sepertinya selama tertahan di atas support (tahanan bawah) Rp 14.368, rupiah masih cenderung melemah ke area Rp 14.500.
Jika Rp 14.500 dilewati, tekanan bagi rupiah akan semakin kuat dan membuka peluang ke area Rp 14.610.
Tekanan bagi rupiah akan mereda jika mampu menembus ke bawah support Rp 14.368.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular