CAD Bengkak, Rupiah KO di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 May 2019 10:42
CAD Bengkak, Rupiah KO di Kurs Tengah BI dan Pasar Spot
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Sedangkan di pasar spot, rupiah yang sempat menguat kini malah melemah. 

Pada Jumat (10/5/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.347. Rupiah melemah 0,06% dibandingkan posisi perdagangan hari sebelumnya dan menyentuh posisi terlemah sejak 4 Januari. 



Sementara di pasar spot, rupiah bernasib sama. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.365 di mana rupiah melemah 0,14%. 

Padahal rupiah dibuka menguat 0,17%. Namun seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah menyusut, habis, dan akhirnya melemah. 


Di sisi lain, mayoritas mata uang utama Asia mampu menguat di hadapan dolar AS. Selain rupiah, hanya yen Jepang dan ringgit Malaysia yang melemah. 

Depresiasi 0,14% membuat rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia. Malangnya rupiah, dari menguat kini menjadi yang paling lemah di Benua Kuning. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:22 WIB: 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sepertinya sentimen domestik menjadi penyebab pelemahan rupiah. Kemungkinan investor merespons rilis data ekonomi terbaru yaitu Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I-2019. 


Bank Indonesia (BI) mencatat NPI surplus US$ 2,4 miliar. Sementara defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) adalah US$ 7 miliar atau 2,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB). 

Transaksi berjalan adalah pos yang sangat dicermati oleh pasar. Sebab, transaksi berjalan. Sebab transaksi berjalan mencerminkan arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, sebuah sumber yang lebih tahan lama ketimbang kamar sebelah yaitu portofolio di pasar keuangan (hot money). 

Memang benar defisit transaksi berjalan lebih rendah ketimbang kuartal IV-2018 yang mencapai 3,6% PDB. Namun dibandingkan posisi yang sama tahun lalu, defisitnya membengkak karena pada kuartal I-2018 berada di 2,07% PDB. 



Artinya, arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa masih belum memadai bahkan semakin seret. Ini membuat kekuatan fondasi penopang rupiah berkurang sehingga ke depan mata uang Tanah Air kemungkinan masih akan cenderung melemah. 

Investor mana yang mau memegang aset yang prospeknya mendung? Oleh karena itu, aset-aset berbasis rupiah mengalami tekanan jual sehingga mata uang ini melemah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular