Rupiah berada satu barisan dengan mata uang utama Asia yang menguat di hadapan dolar AS. Hanya yuan China dan yen Jepang yang masih tertinggal di zona merah.Â
Baht Thailand menjadi mata uang terkuat di Asia. Disusul oleh rupee India di posisi runner-up dan dolar Taiwan di peringkat ketiga.Â
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:27 WIB:Â
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Rupiah memang sudah saatnya menguat. Maklum rupiah sudah cukup lama tertekan, sehingga berpotensi mengalami technical rebound.Â
Dalam sebulan terakhir, rupiah melemah sampai 1,31%. Rupiah yang sudah murah membuat investor kembali tertarik mengoleksi mata uang ini.Â
Selain itu, sepertinya investor mengantisipasi rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I-2019. Pelaku pasar memperkirakan keseimbangan eksternal Indonesia membaik.Â
Pos yang akan menjadi sorotan adalah transaksi berjalan (current account). Sebab transaksi berjalan mencerminkan arus devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, sebuah sumber yang lebih tahan lama ketimbang kamar sebelah yaitu portofolio di pasar keuangan (hot money).Â
Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2019 lebih sedikit ketimbang kuartal sebelumnya yang mencapai 3,57% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sepanjang 2019, bank sentral meramal defisit transaksi berjalan menyusut ke arah 2,5% PDB dari 2,98% PDB pada 2018.Â
Putera Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas, memperkirakan defisit transaksi berjalan kuartal I-2019 sebesar 2,6% PDB. Jika terwujud, maka bisa menjadi berita baik bagi investor karena lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya.Â
"Namun perlu dicatat bahwa 2,6% PDB masih di atas batas aman yang ditargetkan oleh BI," sebutnya dalam laporan yang diterima CNBC Indonesia.