Analisis Teknikal

Jenuh Obral Saham? Sesi II Potensi Pelemahan Mulai Terbatas

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
09 May 2019 13:07
Faktor eksternal khususnya pertikaian geopoilitik antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi pemberat indeks siang ini.
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta,CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi I melemah 0,6% ke level 6.231, Kamis (9/5/2019). Faktor eksternal khususnya pertikaian geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi pemberat indeks siang ini.

Washington secara resmi menaikkan tarif bea mulai 10 Mei atas produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%. Produk-produk yang akan dikenakan bea masuk antara lain: modem dan router internet, papan sirkuit, pengisap debu, sampai furnitur, dll.

Jika bea masuk benar-benar diberlakukan Jumat waktu setempat, maka tarif baru tersebut akan berlaku di sela-sela perundingan yang sedang berlangsung Kamis-Jumat pada minggu ini, di mana dari pihak China di wakili pleh Wakil Perdana Menteri Liu He sedangkan AS diwakili oleh para pejabat-pejabatnya.

Sementara itu, Pemerintah China tengah mempersiapkan bea masuk balasan apabila pemerintahan Trump jadi mengeksekusi rencananya tersebut.

Melihat perkembangan tersebut, bursa-bursa Asia cenderung memerah karena pertikaian yang semakin memanas. Hingga berita ini di muat, Indeks Nikkei 225 terkoreksi 0,99%, Indeks Shanghai turun 1,35%, indeks Kospi anjlok 1,96%, Hang Seng juga anjlok 1,95%.

Salah satu faktor yang menekan IHSG adalah aksi jual investor asing yang cukup besar pada perdagangan setengah sesi. Asing tercatat membukukan jual bersih (net sell) mencapai Rp 615 miliar.

Secara sektoral, semua sektor hampir melemah kecuali konsumer yang menguat 0,86%. Penguatan di sumbang emiten industri rokok yang memliki kapitalisasi sangat besar yakni saham PT H.M Sampoerna Tbk/HMSP (+3,27%) dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+2,99%).

Sayang penguatan sektor barang konsumsi tidak diimbangi sektor keuangan yang melemah 0,77% dengan 15,6 sumbangan poin pelemahan. Sementara sektor pertambangan juga terlihat tertekan dengan pelemahan 0,96%.

Harga minyak mentah kembali bergerak di bawah US$ 70/barel untuk jenis brent yang menjadi acuan dalam negeri. Sedangkan minyak jenis light sweet (WTI) yang menjadi acuan AS terkoreksi 0,89% menjadi US$ 61,57/barel.

Secara teknikal, pelemahan IHSG terlihat sudah cukup terbatas jika melihat pergerakan grafik harian (intraday chart).

Selain itu, IHSG sebenarnya sudah memasuki level jenuh jualnya (oversold) jika mengacu pada indikator teknikal stochastic slow.
AS-China Sedang Berunding, Pelemahan IHSG Sesi II TerbatasSumber: Refinitiv
Untuk bergerak turun kembali, IHSG perlu melewati level 6.225 secara mulus. Level tersebut merupakan level penghalang pelemahan (support) IHSG yang terdekat.

Secara pergerakan, IHSG juga masih bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir (moving average/MA5), yang artinya masih cenderung tertekan dalam jangka pendek.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular