
Hello Darkness, My Old Friend! Rupiah Melemah Lagi...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 May 2019 08:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Padahal kemarin rupiah baru saja menemukan oasis, tetapi hari ini harus kembali berhadapan dengan gurun tandus.
Pada Rabu (8/5/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.285 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin.
Mata uang Tanah Air kembali terperosok di zona merah setelah baru kemarin berhasil menguat. Apresiasi rupiah kemarin terasa spesial, karena selama 10 hari sebelumnya tidak pernah merasakan zona hijau.
Namun pagi ini rupiah kendur lagi. Akibatnya rupiah kembali harus merasakan nestapa zona merah. Hello darkness, my old friend...
Rupiah tidak sendirian, karena sejumlah mata uang Asia ikut menemani di zona merah. Ada ringgit Malaysia, yuan China, dan dolar Hong Kong.
Yuan menjadi mata uang terlemah di Benua Kuning, sementara rupiah berada tepat di atasnya. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 08:10 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Rupiah dibebani oleh sentimen eksternal dan domestik yang kurang kondusif. Dari sisi eksternal, tensi hubungan dagang AS-China yang meninggi masih jadi kekhawatiran utama investor global.
Tidak hanya Presiden AS Donald Trump, para pembantunya juga mengeluarkan pernyataan yang galak terhadap China. "Dalam beberapa pekan terakhir, kami melihat ada penurunan komitmen dari pihak China. Kami tidak bicara soal membatalkan dialog, tetapi mulai Jumat akan ada tarif bea masuk baru," tegas Robert Lighthizer, Kepala Perwakilan Dagang AS, dikutip dari Reuters.
Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, menambahkan bahwa China memang perlu didorong untuk segera menyelesaikan dialog dagang. Untuk itu, perlu ada langkah yang cukup drastis.
"Mereka (China) coba untuk mundur ke hal-hal yang sebelumnya pernah dibicarakan, jelas ada upaya untuk mengubah kesepakatan. Oleh karena itu, seluruh tim ekonomi pemerintahan AS sepakat dan merekomendasikan kepada presiden untuk bergerak maju dengan bea masuk jika kita tidak bisa menyelesaikan kesepakatan dagang akhir pekan ini, " ungkap Mnuchin, mengutip Reuters.
Pada Kamis dan Jumat pekan ini waktu setempat, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan berkunjung ke Washington untuk melanjutkan dialog dagang. Jika kesepakatan tidak tercapai, maka AS akan menaikkan bea masuk bagi importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%.
Kalau AS sampai menaikkan bea masuk, apakah China bisa terima? Kemungkinan besar tidak dan akan dibalas dengan kebijakan yang sama. Perang dagang pun meletus lagi.
Sementara dari dalam negeri, sepertinya investor sedang menanti rilis data cadangan devisa April. Sejak turun pada Januari, cadangan devisa Indonesia terus meningkat sampai Maret menjadi US$ 124,5 miliar.
Apabila cadangan devisa kembali naik, maka akan menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia. Sebab akan terbentuk persepsi bahwa BI memiliki amunisi yang memadai untuk stabilisasi nilai tukar. Rupiah tidak akan terlalu volatil dengan adanya pengawalan BI, yang ditunjang oleh cadangan devisa mumpuni.
Stabilitas nilai tukar adalah hal yang sangat penting bagi pelaku pasar dan dunia usaha. Untuk menjaga stabilitas itu perlu modal, dan cadangan devisa adalah salah satu sumbernya.
Sembari menunggu, investor memilih menonton dari pinggir lapangan. Minimnya minat pelaku pasar untuk agresif membuat rupiah melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Rabu (8/5/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.285 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin.
Mata uang Tanah Air kembali terperosok di zona merah setelah baru kemarin berhasil menguat. Apresiasi rupiah kemarin terasa spesial, karena selama 10 hari sebelumnya tidak pernah merasakan zona hijau.
Rupiah tidak sendirian, karena sejumlah mata uang Asia ikut menemani di zona merah. Ada ringgit Malaysia, yuan China, dan dolar Hong Kong.
Yuan menjadi mata uang terlemah di Benua Kuning, sementara rupiah berada tepat di atasnya. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 08:10 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Rupiah dibebani oleh sentimen eksternal dan domestik yang kurang kondusif. Dari sisi eksternal, tensi hubungan dagang AS-China yang meninggi masih jadi kekhawatiran utama investor global.
Tidak hanya Presiden AS Donald Trump, para pembantunya juga mengeluarkan pernyataan yang galak terhadap China. "Dalam beberapa pekan terakhir, kami melihat ada penurunan komitmen dari pihak China. Kami tidak bicara soal membatalkan dialog, tetapi mulai Jumat akan ada tarif bea masuk baru," tegas Robert Lighthizer, Kepala Perwakilan Dagang AS, dikutip dari Reuters.
Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, menambahkan bahwa China memang perlu didorong untuk segera menyelesaikan dialog dagang. Untuk itu, perlu ada langkah yang cukup drastis.
"Mereka (China) coba untuk mundur ke hal-hal yang sebelumnya pernah dibicarakan, jelas ada upaya untuk mengubah kesepakatan. Oleh karena itu, seluruh tim ekonomi pemerintahan AS sepakat dan merekomendasikan kepada presiden untuk bergerak maju dengan bea masuk jika kita tidak bisa menyelesaikan kesepakatan dagang akhir pekan ini, " ungkap Mnuchin, mengutip Reuters.
Pada Kamis dan Jumat pekan ini waktu setempat, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan berkunjung ke Washington untuk melanjutkan dialog dagang. Jika kesepakatan tidak tercapai, maka AS akan menaikkan bea masuk bagi importasi produk-produk China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25%.
Kalau AS sampai menaikkan bea masuk, apakah China bisa terima? Kemungkinan besar tidak dan akan dibalas dengan kebijakan yang sama. Perang dagang pun meletus lagi.
Sementara dari dalam negeri, sepertinya investor sedang menanti rilis data cadangan devisa April. Sejak turun pada Januari, cadangan devisa Indonesia terus meningkat sampai Maret menjadi US$ 124,5 miliar.
Apabila cadangan devisa kembali naik, maka akan menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia. Sebab akan terbentuk persepsi bahwa BI memiliki amunisi yang memadai untuk stabilisasi nilai tukar. Rupiah tidak akan terlalu volatil dengan adanya pengawalan BI, yang ditunjang oleh cadangan devisa mumpuni.
Stabilitas nilai tukar adalah hal yang sangat penting bagi pelaku pasar dan dunia usaha. Untuk menjaga stabilitas itu perlu modal, dan cadangan devisa adalah salah satu sumbernya.
Sembari menunggu, investor memilih menonton dari pinggir lapangan. Minimnya minat pelaku pasar untuk agresif membuat rupiah melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular