Kabar Baik! Produksi Batu Bara China Bisa Berkurang

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
07 May 2019 11:48
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga perencanaan pembangunan China tengah berencana menutup lebih banyak tambang batu bara dengan kapasitas kecil.
Foto: PTBA/Bukitasam.co.id
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga perencanaan pembangunan China tengah berencana menutup lebih banyak tambang batu bara dengan kapasitas kecil. Hal tersebut diungkapkan oleh National Development dan Reform Commission (NDRC) pada hari Selasa (7/5/2019), mengutip Reuters.

Dalam keterangan yang dimuat di website resminya, NDRC mengatakan bahwa jumlah tambang dengan kapasitas kurang dari 300.000 ton/tahun akan dikurangi hingga tidak lebih dari 800 fasilitas 2021.

Tak hanya itu, tahun ini NDRC berencana menutup semua tambang kecil yang berada di wilayah penghasil batu bara utama seperti Inner Mongolia, Shanxi, Shaanxi, dan Ningxia.

Tambang-tambang yang memiliki cadangan batu bara kualitas rendah yang ada di beberapa daerah seperti Heilongjiang, Hubei, dan Hunan juga rencananya akan bernasib sama karena dianggap kurang kompetitif.

Pemerintah China memang sudah sejak beberapa tahun lalu melakukan reformasi pada tambang-tambang batu bara. Salah satu caranya adalah dengan menutup tambang-tambang batu bara tua dan yang masih menggunakan teknologi lawas.

Alasannya, tambang-tambang tersebut dalam operasinya menghasilkan polusi yang jauh lebih besar dibanding tambang modern. Saat melakukan penggalian, tambang batu bara tua akan melepas gas metana langsung ke atmosfer, yang berperan dalam pemanasan global.

Sedangkan pada tambang batu bara yang lebih modern, pelepasan gas metana dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi termutakhir.

Selain itu tambang-tambang kecil juga biasanya memiliki standar keamanan yang lebih rendah. Contohnya, pada Januari 2019 silam, kecelakaan yang terjadi pada salah satu tambang di provinsi Shaanxi menewaskan 21 orang.

Akibatnya selama satu bulan aktivitas pertambangan di provinsi tersebut terpaksa dihentikan untuk menjalani proses pemeriksaan keselamatan (safety check).

Itu pun bukan kasus yang pertama kali. Sepanjang tahun 2017, ada 375 orang meninggal akibat kecelakaan di tambang batu bara.

Alhasil, produksi batu bara domestik China memiliki peluang untuk berkurang. Hal ini sejatinya merupakan berita baik untuk Indonesia, sebagai negara eksportir batu bara terbesar kedua di dunia.

Pasalnya batu bara domestik China yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir memberi beban pada harga batu bara. Pasalnya China merupakan konsumen utama yang menguasai lebih dari separuh pembakaran batu bara global.

Dengan begini, batu bara impor (seaborne) bisa mendapat momentum untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Terpukul Pandemi, Harga Batu Bara Bisa di Bawah USD 50/ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular