Duh! Wall Street Terpelanting, Dow Jones Anjlok hingga 1,7%

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
06 May 2019 21:10
Bursa Wall Street mengawali pekan dengan jatuh berdarah-darah menyusul menciutnya peluang damai dagang.
Foto: New York Stock Exchange (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Benar saja. Bursa Wall Street mengawali pekan dengan jatuh berdarah-darah pada Senin (6/5/2019) waktu setempat, atau pukul 30:30 WIB. Pelaku pasar ngeri dengan prospek ekonomi dunia menyusul menciutnya peluang damai dagang.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 456 poin atau 1,7% pada sesi pembukaan pagi ke 26.048,59, sedangkan indeks S&P 500 anjlok 1,3% atau 37 poin ke 2.910,23. Di sisi lain, indeks Nasdaq terjerembab 2,1% atau 140 poin ke 8.034,98.

"Banyak investor yang nyangkut. Saya piker Trump hanya coba menekan China ," tutur pialang The Opportunistic Trader Larry Benedict seperti dikutip CNBC International. Menurut dia reaksi pasar cenderung tidak berlebihan mengingat pemicunya adalah headline yang sangat penting.

Harga saham Apple dan Caterpillar anjlok lebih dari 3% merespons kekhawatiran berlarutnya perang dagang antara kedua negara. Di sisi lain, saham emiten produsen mesin komputer seperti Nvidia and Advanced Micro Devices (AMD) anjlok lebih dari 3,5%.

Anjloknya harga saham di bursa AS membuat indeks volatilitas Cboe (VIX) melonjak dari 12,87 menjadi 17,24 yang merupakan level tertinggi sepanjang masa sejak 30 Januari. Indeks ini diyakini sebagai acuan terbaik untuk mengukur ketakutan para investor di bursa saham.

Bursa saham di China telah terlebih dahulu berguguran. Indeks bursa Shanghai kehilangan 5,6% sedangkan Shenzhen bablas hingga 7%. 

Dalam cuitan di Twitter pada Minggu (5/5/2019) petang, Trump mengatakan bea masuk 10% terhadap produk China senilai US$200 miliar akan dinaikkan lagi menjadi 25%. Dia juga mengancam pengenaan tarif tambahan sebesar 25% pada produk lain senilai US$325 miliar.

Meski negosiasi dijadwalkan berlangsung pada Rabu antara pejabat Washington dan Beijing, Trump menilai kemajuan pembahasan tersebut terlalu lambat karena China berupaya menegosiasikan ulang syarat yang ada di draf kesepakatan.

"Kita tidak akan mengalami itu lagi," tulis Trump dalam cuitannya, merujuk pada kerugian sebesar US$600 miliar hingga US$800 miliar per tahun akibat perdagangan dengan China.

Mengutip laporan CNBC International, China berpeluang meninggalkan kursi negosiasi pekan ini setelah mendengar ancaman Trump, sehingga proses perundingan yang telah berjalan selama 6 bulan sebelumnya bakal berakhir percuma.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/dru) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular