
Analisis Teknikal
3 Hari Terkoreksi Dalam, Bagaimana Menjaga Asa IHSG?
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
06 May 2019 17:51

Jakarta,CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memulai perdagangan awal pekan kurang begitu baik dengan koreksi 1% ke level 6.256, Senin (6/5/2019). Dalam tiga hari perdagangan terakhir, total pelemahan IHSG mencapai 3,1%.
Investor asing cenderung melakukan penjualan melihat kondisi yang tak menentu baik dari dalam maupun global, asing tercatat melakukan jual bersih (net sell) hingga mencapai Rp 733 miliar di pasar reguler.
Pelaku pasar mewaspadai perkembangan dari perundingan dagang AS-China selanjutnya. Presiden Donald Trump mengatakan Tiongkok mencoba melakukan re-negosiasi ulang atas kesepakatan perundingan yang telah dilakukan sebelumnya, bahkan mengancam akan menaikan tarif kembali.
Trump mengatakan dalam kicauan di Twitter Minggu (5/5/2019) siang waktu setempat bahwa tarif 10% atas barang-barang China saat ini yang bernilai US$200 miliar akan naik menjadi 25% pada Jumat.
Dia juga mengancam "tak lama lagi" akan mengenakan bea masuk tambahan terhadap barang-barang China senilai US$325 miliar.
Dua sumber yang mengikuti perundingan di Beijing kemarin mengatakan: pihak China mungkin akan mundur dari negosiasi yang dijadwalkan di Washington minggu ini, dilansir dari CNBC International.
Rupiah dan harga minyak pun kembali tersungkur melihat realita yang ada. Pada penutupan pasar spot hari ini, 1 $ dibanderol Rp 14.290. Rupiah melemah 0,28% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan kemarin.
Hingga pukul 16:45 WIB, harga minyak jenis Brent anjlok 1,21% menjadi US$ 70,13/barel. Adapun harga minyak light sweet (WTI) kontrak pengiriman Juni amblas 1,53% ke posisi US$ 61,09/barel.
Pemberat lainnya berasal dari pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang hanya sebesar 5,07% kuartal I secara tahunan (year-on-year/YoY), angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan capaian kuartal-IV tahun 2018 yang mencapai 5,18% YoY.
Secara teknikal, potensi pembalikan arah naik pada perdagangan esok hari masih terbuka, dikarenakan IHSG telah memasuki fase jenuh jualnya (overbought), mengacu pada indikator teknikal Stochastic Slow yang mengukur momentum tingkat kejenuhan.
Terbentuknya pola doji disertai ekor (shadow) yang cukup panjang, menggambarkan arah pergerakan yang cenderung mengarah naik.
Apabila koreksi terus berlanjut, level penahan penurunannya (support) berpotensi tertahan di level 6.190.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Investor asing cenderung melakukan penjualan melihat kondisi yang tak menentu baik dari dalam maupun global, asing tercatat melakukan jual bersih (net sell) hingga mencapai Rp 733 miliar di pasar reguler.
Pelaku pasar mewaspadai perkembangan dari perundingan dagang AS-China selanjutnya. Presiden Donald Trump mengatakan Tiongkok mencoba melakukan re-negosiasi ulang atas kesepakatan perundingan yang telah dilakukan sebelumnya, bahkan mengancam akan menaikan tarif kembali.
Dia juga mengancam "tak lama lagi" akan mengenakan bea masuk tambahan terhadap barang-barang China senilai US$325 miliar.
Dua sumber yang mengikuti perundingan di Beijing kemarin mengatakan: pihak China mungkin akan mundur dari negosiasi yang dijadwalkan di Washington minggu ini, dilansir dari CNBC International.
Rupiah dan harga minyak pun kembali tersungkur melihat realita yang ada. Pada penutupan pasar spot hari ini, 1 $ dibanderol Rp 14.290. Rupiah melemah 0,28% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan kemarin.
Hingga pukul 16:45 WIB, harga minyak jenis Brent anjlok 1,21% menjadi US$ 70,13/barel. Adapun harga minyak light sweet (WTI) kontrak pengiriman Juni amblas 1,53% ke posisi US$ 61,09/barel.
Pemberat lainnya berasal dari pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang hanya sebesar 5,07% kuartal I secara tahunan (year-on-year/YoY), angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan capaian kuartal-IV tahun 2018 yang mencapai 5,18% YoY.
Secara teknikal, potensi pembalikan arah naik pada perdagangan esok hari masih terbuka, dikarenakan IHSG telah memasuki fase jenuh jualnya (overbought), mengacu pada indikator teknikal Stochastic Slow yang mengukur momentum tingkat kejenuhan.
![]() |
Terbentuknya pola doji disertai ekor (shadow) yang cukup panjang, menggambarkan arah pergerakan yang cenderung mengarah naik.
Apabila koreksi terus berlanjut, level penahan penurunannya (support) berpotensi tertahan di level 6.190.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular