Ditekan Luar-Dalam, Obligasi RI Susah Gerak

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
06 May 2019 10:51
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi pada perdagangan di awal pekan ini, menjelang pengumuman data pertumbuhan ekonomi Indonesia dan masih tak lepas dari sentimen negatif dari domestik dan global. 

Sentimen negatif domestik lainnya adalah tekanan rupiah, sedangkan sentimen negatif global berasal dari ancaman gagalnya damai dagang dan hubungan AS-Korut yang memanas. 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 4 basis poin (bps) menjadi 8,39%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.   

Yield Obligasi Negara Acuan 6 Mei'19
SeriJatuh tempoYield 3 Mei'19 (%)Yield 6 Mei'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 3 Mei'19
FR00775 tahun7.4427.4440.207.4253
FR007810 tahun7.8727.9033.107.8584
FR006815 tahun8.3578.3974.008.3392
FR007920 tahun8.4118.406-0.508.4018
Avg movement1.70
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 962,57 triliun SBN, atau 38,44% dari total beredar Rp 2.504 triliun berdasarkan data per 29 April.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 69,32 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Koreksi pasar surat utang hari ini juga terjadi di bursa ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya turun 0,99% dan 0,53%. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi secara luas yaitu di China, India, Malaysia, Rusia, Singapura, Thailand, dan Afsel. 

Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar bund Jerman.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang   
NegaraYield 3 Mei'19 (%)Yield 6 Mei'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil8.8958.8950.00
China3.4053.385-2.00
Jerman0.020.018-0.20
Perancis0.3660.3720.60
Inggris1.221.2220.20
India7.3967.392-0.40
Jepang-0.044-0.0350.90
Malaysia3.8193.809-1.00
Filipina5.855.850.00
Rusia8.148.13-1.00
Singapura2.2532.217-3.60
Thailand2.492.48-1.00
Amerika Serikat2.532.530.00
Afrika Selatan8.618.56-5.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular