Ya Ampun, Sudah 9 Hari Rupiah di Kurs Tengah BI Tak Menguat

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
03 May 2019 12:09
Ya Ampun, Sudah 9 Hari Rupiah di Kurs Tengah BI Tak Menguat
Foto: Bank Indonesia (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC IndonesiaNilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terus melemah di kurs tengah Bank Indonesia. Ini merupakan hari ke-9 dimana rupiah belum sekalipun menguat.

Pada hari Jumat (3/5/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/JISDOR) berada di posisi Rp 14.282, atau melemah 0,25% dibanding posisi kemarin (2/5/2019) yang sebesar Rp 14.245.

Bahkan kurs tengah BI hari ini merupakan posisi paling lemah sejak 15 Maret 2019.



Adapun pada perdagangan pasar spot, nasib rupiah sedikit lebih baik. Pada pukul 11:25 rupiah melemah 0,21% membuat 1 US$ dapat ditukar dengan Rp 14.275.

Namun rupiah bukan satu-satunya mata uang yang melemah pada hari ini. Sebagian besar mata uang utama Asia juga mengalami koreksi. Tapi apa daya rupiah menjadi mata uang yang terdepresiasi paling dalam hari ini.

Hanya dolar Singapura, yen Jepang, dan rupee India saja yang mampu menaklukkan dolar hari ini.

Berikut kurs mata uang Asia pada pukul 11:35 WIB:

Kekecewaan investor terkait hasil perundingan dagang AS-China membuat risk appetite pada instrumen berisiko di pasar negara berkembang memudar.

Ini terjadi setelah Juru Bicara Gedung Putih, Sarah Sanders mengatakan bahwa Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping baru akan memutuskan pertemuan setelah negosiasi dagang pekan depan. Artinya, Trump dan Xi Jinping masih belum memutuskan akan bertemu untuk menyegel kesepakatan. Masih ada peluang kedua negara gagal mencapai kesepakatan.

Kabar tersebut seakan menjadi hantaman keras pada pelaku pasar karena sudah banyak berharap kesepakatan bisa diumumkan hari ini.

Kemarin, beberapa sumber mengatakan bahwa kesepakatan dagang AS-China bisa diumumkan pada hari Jumat (3/5/2019) setelah negosiasi Kepala Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin usai menggelar dialog dengan negosiator China, mengutip CNBC International.

Politico juga melaporkan bahwa kesepakatan dagang AS-China akan membuat AS mencabut bea masuk sebesar 10% yang dibebankan kepada US$ 200 miliar produk impor asal China. Sementara itu, bea masuk senilai 25% terhadap produk impor asal Negeri Panda senilai US$ 50 miliar akan tetap dipertahankan hingga selepas pemilihan presiden tahun 2020.

Alhasil pelaku pasar balik memasang mode main aman, mengingat risiko perang dagang lanjutan ternyata masih ada. Investasi pada aset-aset berisiko pun cenderung ditinggalkan.

Dalam kesempatan tersebut, dolar AS sebagai safe haven menjadi pilihan paling primadona.

Bukan tanpa alasan, karena greenback terindikasi tetap perkasa hingga akhir tahun ini.

Kemarin, pasca mengumumkan suku bunga acuan yang ditahan di kisaran 2,25%-2,5%, Gubernur Bank Sentral AS (The Fed), Jerome Powel tidak lagi mengeluarkan nada-nada yang kalem (dovish). Bahkan tafsir pidato Powell agak hawkish.

"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar.

"Pasar tenaga kerja tetap kuat. Ekonomi juga tumbuh solid. Apa yang kami putuskan hari ini sebaiknya tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan pada masa mendatang," tegas Powell dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.

Pun setelahnya, rilis data ekonomi AS juga menyilaukan. Kemarin pemesanan barang dari pabrik AS periode Maret diumumkan tumbuh hingga 1,9% dibanding bulan sebelumnya. Capaian tersebut jauh di atas prediksi konsensus yang sebesar 1%, mengutip Trading Economics. Sebagai informasi, pada bulan Februari, pesanan pabrik AS terkontraksi hingga 0,3%.

Artinya runtuh sudah kemungkinan The Fed untuk memangkas suku bunga tahun ini. Keperkasaan dolar setidaknya sudah dapat jaminan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/dru) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular