Dari Pembukaan di Zona Merah, Harga Obligasi RI Turun Lagi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
03 May 2019 12:02
belum ada sentimen positif dari dalam negeri setelah data laju inflasi yang mengecewakan kemarin tentu belum dapat menggerakkan pasar.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali dibuka terkoreksi pada awal perdagangan hingga siang ini. 

Selain karena imbas nada hawkish dari The Fed kemarin, belum ada sentimen positif dari dalam negeri setelah data laju inflasi yang mengecewakan kemarin tentu belum dapat menggerakkan pasar. 

Apalagi, penurunan harga minyak seharusnya dapat menjadi keuntungan tersendiri bagi rupiah dan pasar keuangan Indonesia, karena umumnya pergerakan minyak mentah dunia dan rupiah bertolak belakang karena dilatarbelakangi posisi Indonesia sebagai net importir minyak. 

Pagi ini, turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang masih terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 7,9 basis poin (bps) menjadi 7,43%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.   

Koreksi hari ini berpotensi membentuk koreksi beruntun terpanjang tahun ini.

 Yield Obligasi Negara Acuan 3 Mei'19
SeriJatuh tempoYield 2 Mei'19 (%)Yield 3 Mei'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 2 Mei'19
FR00775 tahun7.3527.4317.907.3556
FR007810 tahun7.8537.8893.607.8462
FR006815 tahun8.2918.3415.008.2653
FR007920 tahun8.3678.4397.208.3834
Avg movement5.92
Sumber: Refinitiv   

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 962,57 triliun SBN, atau 38,44% dari total beredar Rp 2.504 triliun berdasarkan data per 29 April.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 69,32 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Koreksi hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya turun 1,34% dan 0,21%. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi secara luas yaitu di Brasil, China, India, Filipina, dan Rusia. 

Di negara maju, penguatan hanya dialami pasar bund di Jerman.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang   
NegaraYield 2 Mei'19 (%)Yield 3 Mei'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.0058.965-4.00
China3.433.416-1.40
Jerman0.0140.013-0.10
Perancis0.3650.3670.20
Inggris1.1511.1691.80
India7.4157.391-2.40
Jepang-0.044-0.0350.90
Malaysia3.7973.8030.60
Filipina5.9375.843-9.40
Rusia8.128.11-1.00
Singapura2.1732.235.70
Thailand2.4152.497.50
Amerika Serikat2.5112.5251.40
Afrika Selatan8.5358.5653.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular