
Analisis Teknikal
Khawatir Sikap The Fed, IHSG Sesi II Bisa Tipiskan Penurunan
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
02 May 2019 13:08

Jakarta,CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka setelah libur hari buruh (mayday). Hingga penutupan sesi I, IHSG anjlok 1,06% ke level 6.386, Kamis (2/5/2019). IHSG didera profit taking setelah penguatan tiga hari beruntun.
Pergerakan IHSG berlawanan dengan bursa utama Asia yang menghijau. Hingga berita ini dimuat, Kospi Korea Selatan naik 0,42%, Hang Seng Hong Kong menguat 0,53%, Sensex India terangkat 0,36%. Bursa China masih diliburkan karena memperingati mayday.
Perdagangan saham berlangsung semarak dengan mencatatkan Rp 5 triliun nilai transaksi. Adapun investor asing masih percaya dengan kinerja bursa saham nasional dengan lebih banyak membeli, hal ini berbeda dengan investor lokal yang cenderung melepas portofolio sahamnya.
Asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) senilai Rp 87 miliar di pasar reguler. Saham-saham yang banyak dikoleksi yakni: PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syaria Tbk/BTPS (Rp 100,7 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 98,1 m), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 39,6 m), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 39,6 miliar), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (Rp 27 m).
Adapun sentimen dari dalam negeri yang sedikit mempengaruhi pergerakan bursa berasal dari data Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diumumkan BPS. IHK bulan April mengalami kenaikan atau terjadi inflasi sebesar 0,44%. Sementara inflasi inti secara year on year masih terjaga di angka 2,83%.
Bahan makanan dan transportasi menjadi penyebab utama inflasi di bulan April lalu. Suhariyanto menyebutkan, bahan makanan mencatatkan inflasi terbesar 1,45% dengan andil inflasi juga paling besar 0,31%.
Sejatinya, inflasi masih cukup terjaga karena masih dalam kategori normal yakni di angka 2%-3%. Yang menjadi kekhawatiran pelaku pasar yakni kebijakan The Fed yang tidak terlalu dovish maupun ke arah penurunan suku bunga seperti yang diharapkan, meski menahan suku bunganya (Fed Funds Rate/FFR) di kisaran 2,25%-2,5%.
"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan untuk saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar," tegas Jerome Powell, Gubernur The Fed, dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Hal ini membuat indeks sektor keuangan merosot sangat dalam hingga 1,37%, yang mau tidak mau juga menyeret sektor properti yang sensitif terhadap kebijakan suku bunga dengan melemah 1,63%.
Beberapa sektor lainnya yang juga terkoreksi cukup dalam yakni industri dasar yang melemah 1,58% dan aneka industri turun 1,21%, serta perdagangan terkoreksi 0,97%.
Secara teknikal, IHSG sedang dalam tekanan seiring terbentuknya Pola lilin hitam (black candle) yang mengindikasikan penurunan.
Pada sesi II, IHSG berpotensi menipiskan pelemahan karena pelemahannya mulai melandai berdasarkan grafik pergerakan hari ini (intraday chart).
Namun, Agak sulit sepertinya IHSG menutup perdagangan di zona hijau, dikarenakan IHSG mulai bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir (moving average/MA5).
Pergerakan IHSG diyakini cukup berfluktuatif, mengingat IHSG berada di posisi netral jika mengacu pada indikator teknikal stochastic slow yang mengukur tingkat kejenuhan pergerakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Pergerakan IHSG berlawanan dengan bursa utama Asia yang menghijau. Hingga berita ini dimuat, Kospi Korea Selatan naik 0,42%, Hang Seng Hong Kong menguat 0,53%, Sensex India terangkat 0,36%. Bursa China masih diliburkan karena memperingati mayday.
Perdagangan saham berlangsung semarak dengan mencatatkan Rp 5 triliun nilai transaksi. Adapun investor asing masih percaya dengan kinerja bursa saham nasional dengan lebih banyak membeli, hal ini berbeda dengan investor lokal yang cenderung melepas portofolio sahamnya.
Adapun sentimen dari dalam negeri yang sedikit mempengaruhi pergerakan bursa berasal dari data Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diumumkan BPS. IHK bulan April mengalami kenaikan atau terjadi inflasi sebesar 0,44%. Sementara inflasi inti secara year on year masih terjaga di angka 2,83%.
Bahan makanan dan transportasi menjadi penyebab utama inflasi di bulan April lalu. Suhariyanto menyebutkan, bahan makanan mencatatkan inflasi terbesar 1,45% dengan andil inflasi juga paling besar 0,31%.
Sejatinya, inflasi masih cukup terjaga karena masih dalam kategori normal yakni di angka 2%-3%. Yang menjadi kekhawatiran pelaku pasar yakni kebijakan The Fed yang tidak terlalu dovish maupun ke arah penurunan suku bunga seperti yang diharapkan, meski menahan suku bunganya (Fed Funds Rate/FFR) di kisaran 2,25%-2,5%.
"Kami merasa stance kebijakan kami masih layak dipertahankan untuk saat ini. Kami tidak melihat ada tanda-tanda yang kuat untuk menuju ke arah sebaliknya. Saya melihat kita dalam jalur yang benar," tegas Jerome Powell, Gubernur The Fed, dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters.
Hal ini membuat indeks sektor keuangan merosot sangat dalam hingga 1,37%, yang mau tidak mau juga menyeret sektor properti yang sensitif terhadap kebijakan suku bunga dengan melemah 1,63%.
Beberapa sektor lainnya yang juga terkoreksi cukup dalam yakni industri dasar yang melemah 1,58% dan aneka industri turun 1,21%, serta perdagangan terkoreksi 0,97%.
Secara teknikal, IHSG sedang dalam tekanan seiring terbentuknya Pola lilin hitam (black candle) yang mengindikasikan penurunan.
Pada sesi II, IHSG berpotensi menipiskan pelemahan karena pelemahannya mulai melandai berdasarkan grafik pergerakan hari ini (intraday chart).
![]() |
Pergerakan IHSG diyakini cukup berfluktuatif, mengingat IHSG berada di posisi netral jika mengacu pada indikator teknikal stochastic slow yang mengukur tingkat kejenuhan pergerakan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular