
Kembali Jatuh, Koreksi Harga Obligasi RI Makin Dalam
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
02 May 2019 13:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas harga obligasi rupiah pemerintah seri acuan kembali terkoreksi hingga siang ini, meskipun sudah ada seri yang menguat hingga siang ini.
Mulai tertahannya koreksi yang terjadi beruntun sejak awal pekan lalu diprediksi akan berakhir dan berbalik menguat (rebound) dalam beberapa hari ke depan karena sudah terjadi cukup dalam, berdasarkan analisis teknikal.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 5,8 basis poin (bps) menjadi 7,34%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Meskipun dua seri acuan lain yaitu tenor 10 tahun dan 15 tahun masih terkoreksi, tetapi seri 20 tahun justru menunjukkan penguatan dan membuat yield-nya turun 0,3 bps.
Hari ini, kontraksi terjadi di pasar global karena penegasan The Fed terkait dengan penetapan kembali suku bunga acuan serta optimisme bank sentral AS tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi negaranya dan potensi tidak ada penurunan suku bunga acuan sepanjang tahun ini.
Kondisi tersebut mematahkan ekspektasi pelaku pasar yang sudah lebih dulu berharap adanya penurunan suku bunga tahun ini akibat kondisi ekonomi AS yang belum pulih benar.
Yield Obligasi Negara Acuan 2 Mei'19
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 962,57 triliun SBN, atau 38,44% dari total beredar Rp 2.504 triliun berdasarkan data per 29 April.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 69,32 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya turun 1,06% dan rupiah masih statis di Rp 14.250 per dolar AS.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi secara luas dan penguatan hanya terjadi di Brasil, China, dan India.
Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar gilt Inggris dan pasar US Treasury AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Mulai tertahannya koreksi yang terjadi beruntun sejak awal pekan lalu diprediksi akan berakhir dan berbalik menguat (rebound) dalam beberapa hari ke depan karena sudah terjadi cukup dalam, berdasarkan analisis teknikal.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 5,8 basis poin (bps) menjadi 7,34%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Meskipun dua seri acuan lain yaitu tenor 10 tahun dan 15 tahun masih terkoreksi, tetapi seri 20 tahun justru menunjukkan penguatan dan membuat yield-nya turun 0,3 bps.
Hari ini, kontraksi terjadi di pasar global karena penegasan The Fed terkait dengan penetapan kembali suku bunga acuan serta optimisme bank sentral AS tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi negaranya dan potensi tidak ada penurunan suku bunga acuan sepanjang tahun ini.
Kondisi tersebut mematahkan ekspektasi pelaku pasar yang sudah lebih dulu berharap adanya penurunan suku bunga tahun ini akibat kondisi ekonomi AS yang belum pulih benar.
Yield Obligasi Negara Acuan 2 Mei'19
Seri | Jatuh tempo | Yield 30 Apr'19 (%) | Yield 2 Mei'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 30 Apr'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.287 | 7.345 | 5.80 | 7.294 |
FR0078 | 10 tahun | 7.8 | 7.819 | 1.90 | 7.8041 |
FR0068 | 15 tahun | 8.233 | 8.27 | 3.70 | 8.2405 |
FR0079 | 20 tahun | 8.359 | 8.356 | -0.30 | 8.3459 |
Avg movement | 2.78 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 962,57 triliun SBN, atau 38,44% dari total beredar Rp 2.504 triliun berdasarkan data per 29 April.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 69,32 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya turun 1,06% dan rupiah masih statis di Rp 14.250 per dolar AS.
Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi secara luas dan penguatan hanya terjadi di Brasil, China, dan India.
Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar gilt Inggris dan pasar US Treasury AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 29 Apr'19 (%) | Yield 30 Apr'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.005 | 8.965 | -4.00 |
China | 3.43 | 3.416 | -1.40 |
Jerman | 0.014 | 0.013 | -0.10 |
Perancis | 0.365 | 0.37 | 0.50 |
Inggris | 1.151 | 1.149 | -0.20 |
India | 7.415 | 7.401 | -1.40 |
Jepang | -0.044 | -0.035 | 0.90 |
Malaysia | 3.797 | 3.8 | 0.30 |
Filipina | 5.937 | 5.95 | 1.30 |
Rusia | 8.12 | 8.14 | 2.00 |
Singapura | 2.173 | 2.198 | 2.50 |
Thailand | 2.415 | 2.475 | 6.00 |
Amerika Serikat | 2.511 | 2.502 | -0.90 |
Afrika Selatan | 8.535 | 8.55 | 1.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%
Most Popular