
Ikuti Rilis Kinerja Emiten, Wall Street Dibuka Variatif
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
30 April 2019 20:59

Jakarta, CNBC Indonesia- Bursa saham di Amerika Serikat (AS) dibuka variatif jelang hari buruh dunia, dengan koreksi menerpa saham-saham teknologi terkait dengan kinerja keuangannya.
Indeks emiten teknologi Nasdaq terjatuh dari rekor tertinggi sepanjang masa, sebesar 0,6% atau 48,6 poin ke 8.114,38. Hal ini terjadi setelah Alphabet membukukan kinerja yang kurang memuaskan.
Induk usaha Google tersebut membukukan pendapatan senilai US$ 36,34 miliar di kuartal I-2019, atau di bawah ekspektasi pelaku pasar senilai US$ 37,33 miliar. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan iklan yang tidak sesuai dengan target awal. Akibatnya, harga saham terpelanting hingga 7% pada Selasa.
Indeks S&P 500 juga melemah sebesar 0,28% atau 8,33 poin ke 2.934,45. Meski demikian, indeks Dow Jones masih terhitung menguat 26 poin atau 0,1% ke 26.578,25 pada pembukaan. Pemicunya adalah saham McDonald yang menguat dipicu kinerja moncer.
Penjualan McD di gerai yang sama di seluruh dunia Global tercatat tumbuh 5,4% pada kuartal I-2019, atau di atas ekspektasi analis yang menargetkan sebesar 3,4%.
Di sisi lain, General Electric juga melaporkan kinerja yang lebih baik, dengan laba per saham (earning per share/ EPS) senilai 13 sen dolar AS per saham, di atas konsensus analis yang membidik angka 9 sen dolar AS per unit.
"Sentimen laba bersih membaik pada April, dengan sedikit kecenderungan revisi ke atas," tutur Kepala Equity Strategy RBC Capital Markets Lori Calvasina, sebagaimana dikutip CNBC International.
Pelaku pasar juga menanti rilis data penjualan rumah dan indeks keyakinan konsumen (IKK) pada pukul 10:00 waktu setempat. Di sisi lain, Federal Reserve memulai rapat dewan gubernur pada hari ini yang diekspektasikan memberikan sinyal arah kebijakan terkait pengelolaan asetnya (balance sheet).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Indeks emiten teknologi Nasdaq terjatuh dari rekor tertinggi sepanjang masa, sebesar 0,6% atau 48,6 poin ke 8.114,38. Hal ini terjadi setelah Alphabet membukukan kinerja yang kurang memuaskan.
Induk usaha Google tersebut membukukan pendapatan senilai US$ 36,34 miliar di kuartal I-2019, atau di bawah ekspektasi pelaku pasar senilai US$ 37,33 miliar. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan iklan yang tidak sesuai dengan target awal. Akibatnya, harga saham terpelanting hingga 7% pada Selasa.
Indeks S&P 500 juga melemah sebesar 0,28% atau 8,33 poin ke 2.934,45. Meski demikian, indeks Dow Jones masih terhitung menguat 26 poin atau 0,1% ke 26.578,25 pada pembukaan. Pemicunya adalah saham McDonald yang menguat dipicu kinerja moncer.
Di sisi lain, General Electric juga melaporkan kinerja yang lebih baik, dengan laba per saham (earning per share/ EPS) senilai 13 sen dolar AS per saham, di atas konsensus analis yang membidik angka 9 sen dolar AS per unit.
"Sentimen laba bersih membaik pada April, dengan sedikit kecenderungan revisi ke atas," tutur Kepala Equity Strategy RBC Capital Markets Lori Calvasina, sebagaimana dikutip CNBC International.
Pelaku pasar juga menanti rilis data penjualan rumah dan indeks keyakinan konsumen (IKK) pada pukul 10:00 waktu setempat. Di sisi lain, Federal Reserve memulai rapat dewan gubernur pada hari ini yang diekspektasikan memberikan sinyal arah kebijakan terkait pengelolaan asetnya (balance sheet).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular