
Nasib Rupiah Hari Ini: Terlemah pada April, Terburuk Se-Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 April 2019 13:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah 0,04% melawan dolar AS di perdagangan pasar spot, pelemahan rupiah berlangsung-langsung menjadi kian dalam hingga mendekati level Rp 14.200/dolar AS. Pada pukul 13:00 WIB, rupiah melemah 0,07% ke level Rp 14.190/dolar AS. Rupiah kini berada di level terlemahnya sejak awal bulan April.
Jika pelemahannya bertahan hingga akhir perdagangan, maka rupiah resmi tak pernah mencetak apresiasi dalam 6 hari perdagangan terakhir. Kali terakhir rupiah menguat adalah sehari selepas gelaran pemilihan umum atau pada tanggal 18 April silam. Selepas itu, rupiah ditransaksikan melemah atau setidaknya flat.
Memang, rupiah tak melemah sendirian pada hari ini. Mayoritas mata uang negara-negara Asia lainnya juga melemah melawan dolar AS. Namun, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam.
Dolar AS sedang seksi pada hari ini, seiring dengan kinclongnya data ekonomi yang dirilis di Negeri Paman Sam. Menjelang akhir pekan kemarin, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 diumumkan sebesar 3,2% (QoQ annualized), jauh di atas konsensus dan capaian kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Rilis data tersebut melengkapi rangkaian rilis data ekonomi AS sebelumnya yang juga oke. Pemesanan barang-barang tahan lama (durable goods) diumumkan naik 2,7% MoM pada bulan Maret, menandai kenaikan tertinggi sejak Agustus 2018 dan jauh mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,7% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, pemesanan barang-barang tahan lama inti (mengeluarkan komponen transportasi) naik 0,4% secara bulanan, juga di atas konsensus yang sebesar 0,2%, dilansir dari Forex Factory.
Lebih lanjut, penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 diumumkan naik sebesar 1,6% secara bulanan, menandai kenaikan tertinggi sejak September 2017 dan jauh membaik dibandingkan capaian bulan Februari yakni kontraksi sebesar 0,2%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Deretan data ekonomi yang kinclong tersebut membuat keyakinan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas suku bunga acuan pada tahun ini menjadi memudar.
Di sisi lain, data ekonomi yang dirilis di kawasan Asia terbilang mengecewakan, sehingga praktis dolar AS menjadi tak memiliki tandingan yang sepadan. Pada pekan lalu, produksi industri Jepang periode Maret 2019 (pembacaan awal) diumumkan jatuh 4,6% secara tahunan, jauh lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 0,6% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.
Tingkat pengangguran Jepang periode Maret 2019 diumumkan di level 2,5%, di atas konsensus yang sebesar 2,4%, seperti dilansir dari Trading Economics. Capaian tersebut juga melonjak dari posisi Februari yang sebesar 2,3%.
Beralih ke Korea Selatan, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 diumumkan di level 1,8% YoY, jauh lebih rendah ketimbang konsensus yang sebesar 2,5% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.
NEXT
Lebih lanjut, harga minyak mentah dunia yang belum suportif ikut menjadi faktor yang membuat rupiah dilego pelaku pasar. Walaupun terkoreksi pada hari ini, harga minyak mentah dunia masih berada di level yang relatif tinggi.
Hingga siang hari, harga minyak WTI kontrak pengiriman bulan Juni melemah 0,62% ke level US$ 62,91/barel, sementara brent kontrak pengiriman bulan Juni turun 0,61% ke level US$ 71,71/barel.
Kala harga minyak berada dalam level yang tinggi, ada kemungkinan bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan melebar, mengingat status Indonesia sebagai net importir minyak mentah.
Sebagai informasi, sepanjang kuartal-IV 2018, CAD Indonesia tercatat senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan memang merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Jika pelemahannya bertahan hingga akhir perdagangan, maka rupiah resmi tak pernah mencetak apresiasi dalam 6 hari perdagangan terakhir. Kali terakhir rupiah menguat adalah sehari selepas gelaran pemilihan umum atau pada tanggal 18 April silam. Selepas itu, rupiah ditransaksikan melemah atau setidaknya flat.
Memang, rupiah tak melemah sendirian pada hari ini. Mayoritas mata uang negara-negara Asia lainnya juga melemah melawan dolar AS. Namun, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam.
Dolar AS sedang seksi pada hari ini, seiring dengan kinclongnya data ekonomi yang dirilis di Negeri Paman Sam. Menjelang akhir pekan kemarin, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 diumumkan sebesar 3,2% (QoQ annualized), jauh di atas konsensus dan capaian kuartal sebelumnya yang hanya sebesar 2,2%, seperti dilansir dari Forex Factory.
Rilis data tersebut melengkapi rangkaian rilis data ekonomi AS sebelumnya yang juga oke. Pemesanan barang-barang tahan lama (durable goods) diumumkan naik 2,7% MoM pada bulan Maret, menandai kenaikan tertinggi sejak Agustus 2018 dan jauh mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,7% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Kemudian, pemesanan barang-barang tahan lama inti (mengeluarkan komponen transportasi) naik 0,4% secara bulanan, juga di atas konsensus yang sebesar 0,2%, dilansir dari Forex Factory.
Lebih lanjut, penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 diumumkan naik sebesar 1,6% secara bulanan, menandai kenaikan tertinggi sejak September 2017 dan jauh membaik dibandingkan capaian bulan Februari yakni kontraksi sebesar 0,2%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.
Deretan data ekonomi yang kinclong tersebut membuat keyakinan bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS akan memangkas suku bunga acuan pada tahun ini menjadi memudar.
Di sisi lain, data ekonomi yang dirilis di kawasan Asia terbilang mengecewakan, sehingga praktis dolar AS menjadi tak memiliki tandingan yang sepadan. Pada pekan lalu, produksi industri Jepang periode Maret 2019 (pembacaan awal) diumumkan jatuh 4,6% secara tahunan, jauh lebih dalam ketimbang konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 0,6% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.
Tingkat pengangguran Jepang periode Maret 2019 diumumkan di level 2,5%, di atas konsensus yang sebesar 2,4%, seperti dilansir dari Trading Economics. Capaian tersebut juga melonjak dari posisi Februari yang sebesar 2,3%.
Beralih ke Korea Selatan, pembacaan awal atas angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-I 2019 diumumkan di level 1,8% YoY, jauh lebih rendah ketimbang konsensus yang sebesar 2,5% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics.
NEXT
Lebih lanjut, harga minyak mentah dunia yang belum suportif ikut menjadi faktor yang membuat rupiah dilego pelaku pasar. Walaupun terkoreksi pada hari ini, harga minyak mentah dunia masih berada di level yang relatif tinggi.
Hingga siang hari, harga minyak WTI kontrak pengiriman bulan Juni melemah 0,62% ke level US$ 62,91/barel, sementara brent kontrak pengiriman bulan Juni turun 0,61% ke level US$ 71,71/barel.
Kala harga minyak berada dalam level yang tinggi, ada kemungkinan bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan melebar, mengingat status Indonesia sebagai net importir minyak mentah.
Sebagai informasi, sepanjang kuartal-IV 2018, CAD Indonesia tercatat senilai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari PDB, naik dari capaian kuartal-III 2018 yang sebesar 3,37% dari PDB. CAD pada kuartal-IV 2018 merupakan yang terparah sejak kuartal-II 2014.
Jika berbicara mengenai rupiah, transaksi berjalan memang merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular