Waduh! Rupiah Paling Lemah Dalam 2 Pekan, Ini Sebabnya

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 April 2019 10:16
Waduh! Rupiah Paling Lemah Dalam 2 Pekan, Ini Sebabnya
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju rupiah pada hari ini terbilang mengecewakan. Dibuka melemah 0,11% di pasar spot ke level Rp 14.085/dolar AS, depresiasi rupiah menjadi kian dalam seiring dengan berjalannya waktu.

Pada pukul 9:55 WIB, pelemahan rupiah sudah mencapai 0,32% ke level Rp 14.115/dolar AS, menempatkannya di posisi terlemah dalam nyaris 2 pekan.

Sejatinya, mayoritas mata uang negara-negara Asia lainnya juga melemah melawan dolar AS. Namun, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam kedua. Kinerja rupiah hanya lebih baik dari won yang melemah hingga 0,52%.



Dolar AS selaku safe haven memang sedang berada dalam posisi yang relatif kuat pada hari ini, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang menguat sebesar 0,02%. Investor memilih bermain aman dengan memeluk dolar AS seiring dengan potensi meletusnya perang dagang antara AS dengan Uni Eropa.

Melalui sebuah cuitan di Twitter, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan kegeramannya kepada Uni Eropa seiring dengan anjloknya laba bersih pabrikan motor Harley Davidson pada kuartal-I 2019 yang nyaris mencapai 27%.

Harley Davidson mengatakan bahwa menurunnya permintaan, biaya impor bahan baku yang lebih tinggi (karena bea masuk yang dikenakan AS), dan bea masuk yang dikenakan Uni Eropa terhadap produk perusahaan merupakan 3 faktor utama yang membebani bottom line mereka.

"Sangat tidak adil bagi AS. Kami akan membalas!" tegas Trump.

Lantas, perang dagang AS-Uni Eropa kian menjadi sebuah keniscayaan. Pasalnya, ancam-mengancam mengenakan bea masuk bukan kali ini saja terjadi. Beberapa waktu yang lalu, Trump mengungkapkan rencana untuk memberlakukan bea masuk bagi impor produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar.

Rencana tersebut dilandasi oleh kekesalannya yang menuding bahwa Uni Eropa memberikan subsidi yang kelewat besar kepada Airbus, yang dinilainya sebagai praktik persaingan tidak sehat.

"Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menemukan bahwa Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus yang kemudian mempengaruhi AS. Kami akan menerapkan bea masuk kepada (impor) produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Uni Eropa sudah mengambil keuntungan dari perdagangan dengan AS selama bertahun-tahun. Ini akan segera berakhir!" keluh Trump di Twitter pada tanggal 9 April.

Merespons ancaman Trump tersebut, Uni Eropa telah merilis daftar produk AS yang berpotensi dikenakan bea masuk. Nilainya mencapai US$ 20 miliar.
Produk-produk AS yang bisa terkena bea masuk di antaranya adalah pesawat terbang, helikopter, produk kimia, ikan beku, jeruk sitrus, saus sambal, tembakau, koper, traktor, hingga konsol video game.
Lebih lanjut, memudarnya ekspektasi bahwa The Federal Reserve/The Fed selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada tahun ini menjadi bensin yang membuat dolar AS mampu menaklukkan rupiah dan mata uang negara-negara Asia lainnya.

Kinclongnya data ekonomi yang dirilis di AS menjadi faktor yang membuat pelaku pasar meragukan pemotongan tingkat suku bunga acuan. Kemarin (23/4/2019), penjualan rumah baru periode Maret 2019 diumumkan mencapai angka 692.000 unit (annualized), level tertinggi sejak November 2017.

Rilis data tersebut lantas melengkapi rangkaian rilis data ekonomi AS sebelumnya yang juga oke. Penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 diumumkan naik sebesar 1,6% secara bulanan, menandai kenaikan tertinggi sejak September 2017 dan jauh membaik dibandingkan capaian bulan Februari yakni kontraksi sebesar 0,2%. Capaian pada bulan Maret juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,9% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.

Kemudian, penjualan barang-barang ritel inti (mengeluarkan komponen mobil) periode Maret 2019 tumbuh sebesar 1,2% secara bulanan, membaik ketimbang bulan Februari yang minus 0,2%. Capaian tersebut juga juga berhasil mengalahkan konsensus yakni pertumbuhan sebesar 0,7% saja, seperti dilansir dari Forex Factory.

Tak sampai disitu, klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 13 April tercatat turun 5.000 dibandingkan pekan sebelumnya menjadi 192.000, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 207.000, dilansir dari Forex Factory.

Kala data ekonomi menunjukkan bahwa perekonomian AS sedang berada dalam posisi yang kuat, maka urgensi bagi The Fed untuk memangkas tingkat suku bunga acuan menjadi memudar. Praktis, dolar AS mendapatkan suntikan energi untuk menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular