
Analisis Teknikal
Setelah Anjlok Kemarin, Hari Ini Ruang Koreksi IHSG Terbatas
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
23 April 2019 08:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin anjlok 1,42% ke level 6.414. Investor mempertimbangkan faktor fundamental sebelum mengambil keputusan investasi.
Untuk perdagangan hari ini Kamis (16/4/2019), Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan bergerak variatif dengan kecenderungan melemah terbatas.
Dari sisi global, tiga indeks utama Amerika Serikat (AS) berakhir dengan pelemahan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,18%, S&P 500 melemah 0,1%, dan Nasdaq Composite minus 0,22%.
Investor AS bersiap menyambut gelombang laporan keuangan yang akan dirilis dalam waktu dekat. Pekan ini, sejumlah perusahaan kelas paus akan menyampaikan laporan keuangan kuartal I-2019, antara lain Boeing, Amazon, dan Facebook.
Pelaku pasar lebih memilih menunggu (wait and see) menunggu perkembangan selanjutnya. Apalagi angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2019 akan dirilis pada Jumat waktu setempat.
Dari dalam negeri, Salah satu hal yang memberatkan laju indeks kemarin terkait dengan kenaikan harga minyak mentah dunia. Akan berakhirnya keringanan embargo minyak oleh AS atas Iran membuat pasokan minyak diyakini akan mengetat.
Pasalnya, Indonesia saat ini telah menjadi negara net importir minyak. Kenaikan harga minyak akan memberatkan rupiah. Pada penutupan di pasar spot kemarin, rupiah melemah 0,32% berada di level Rp 14.070/$US.
Selain harga minyak yang cenderung naik, perubahan strategi menyeimbangkan portofolio (portfolio rebalancing) oleh investor institusi pasca Pemilu diyakini membuat beberapa sektor tertekan.
Salah satu yang mendapatkan tekanan jual yakni saham-saham yang berbasis sektor konsumer yang anjlok 2,77%. Saham-saham berbasis industri rokok banyak dilepas karena pemulihan akan volume penjualan tembakau diekspektasi tidak secepat yang diperkirakan.
Secara teknikal, IHSG masih diselimuti tekanan jual seiring terbentuknya pola lilin hitam panjang (long black candle), yang juga disertai volume yang cukup besar mencapai Rp 11 triliun.
Indeks juga masih berada di bawah rata-rata levelnya selama lima hari (moving average/MA5), menandakan sedang terjadi tekanan dalam jangka pendek.
Potensi pelemahan hari ini diyakini akan terbatas, dikarenakan indeks mampu bertahan pada level penghalang pelemahannya (support) yang berada di kisaran 6.400.
Dilihat dari tingkat kejenuhannya, momentum pelemahan masih terbuka karena IHSG belum memasuki fase jenuh jualnya (oversold), mengacu pada indikator teknikal stochastic slow.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Untuk perdagangan hari ini Kamis (16/4/2019), Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan bergerak variatif dengan kecenderungan melemah terbatas.
Dari sisi global, tiga indeks utama Amerika Serikat (AS) berakhir dengan pelemahan. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,18%, S&P 500 melemah 0,1%, dan Nasdaq Composite minus 0,22%.
Pelaku pasar lebih memilih menunggu (wait and see) menunggu perkembangan selanjutnya. Apalagi angka pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2019 akan dirilis pada Jumat waktu setempat.
Dari dalam negeri, Salah satu hal yang memberatkan laju indeks kemarin terkait dengan kenaikan harga minyak mentah dunia. Akan berakhirnya keringanan embargo minyak oleh AS atas Iran membuat pasokan minyak diyakini akan mengetat.
Pasalnya, Indonesia saat ini telah menjadi negara net importir minyak. Kenaikan harga minyak akan memberatkan rupiah. Pada penutupan di pasar spot kemarin, rupiah melemah 0,32% berada di level Rp 14.070/$US.
Selain harga minyak yang cenderung naik, perubahan strategi menyeimbangkan portofolio (portfolio rebalancing) oleh investor institusi pasca Pemilu diyakini membuat beberapa sektor tertekan.
Salah satu yang mendapatkan tekanan jual yakni saham-saham yang berbasis sektor konsumer yang anjlok 2,77%. Saham-saham berbasis industri rokok banyak dilepas karena pemulihan akan volume penjualan tembakau diekspektasi tidak secepat yang diperkirakan.
Secara teknikal, IHSG masih diselimuti tekanan jual seiring terbentuknya pola lilin hitam panjang (long black candle), yang juga disertai volume yang cukup besar mencapai Rp 11 triliun.
Indeks juga masih berada di bawah rata-rata levelnya selama lima hari (moving average/MA5), menandakan sedang terjadi tekanan dalam jangka pendek.
![]() |
Dilihat dari tingkat kejenuhannya, momentum pelemahan masih terbuka karena IHSG belum memasuki fase jenuh jualnya (oversold), mengacu pada indikator teknikal stochastic slow.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular