
Analisis Teknikal
IHSG & Rupiah Sama-Sama Nyungsep, Selanjutnya?
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
22 April 2019 17:25

Jakarta,CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan pekan ini anjlok 1,42% ke level 6.414. Euforia dari hajatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 telah selesai.
Investor kini lebih melihat kondisi fundamental ekonomi baik makro maupun mikro. Salah satu hal yang memberatkan laju indeks hari ini terkait harga minyak mentah dunia. Pada pukul 16:22 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet melonjak masing-masing 2,49% dan 2,25%.
Penyebab utama kenaikan tersebut adalah dugaan berakhirnya keringanan sanksi embargo AS atas Iran. Pada hari Minggu (21/4/2019), kolumnis Washington Post mengabarkan bahwa AS tengah mempersiapkan pengumuman berakhirnya masa keringanan sanksi Iran.
Kenaikan harga minyak akan memberatkan rupiah. Pasalnya, Indonesia saat ini telah menjadi negara net importir minyak. Hingga pukul 16:00 WIB rupiah melemah 0,32% dan dibanderol Rp 14.070/$US di pasar spot.
Selain harga minyak yang cenderung naik, rotasi sektoral maupun perubahan keseimbangan portofolio (portfolio rebalancing) oleh investor institusi diyakini sebagai satu hal yang memberatkan IHSG.
Indeks sektor konsumer anjlok 2,77% yang didominasi saham-saham industri rokok. Saham-saham rokok banyak dilepas karena volume penjualan industri tembakau yang tidak secepat yang diperkirakan.
Hal ini membuat investor asing sedikit menahan aksi pembelian saham di bursa sembari melihat perkembangan selanjutnya. Hari ini asing mencatatkan jual bersih (net sell) di pasar reguler mencapai Rp 80 miliar.
Secara teknikal, IHSG masih diselimuti tekanan jual seiring terbentuknya pola lilin hitam panjang (long black candle) disertai volume cukup besar hingga Rp 11 triliun.
Selain itu, indeks masih berada di bawah rata-rata levelnya dalam lima hari (moving average/MA5) yang menandakan adanya tekanan dalam jangka pendek.
Potensi pelemahan esok hari diyakini cukup minimal, hal ini dikarenakan indeks belum mampu melewati level penghalang pelemahannya (support) yang berada di level 6.400.
Dilihat dari tingkat kejenuhannya, momentum pelemahan IHSG masih terbuka karena belem memasuki fase jenuh jualnya (oversold), mengacu pada indikator teknikal stochastic slow.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Investor kini lebih melihat kondisi fundamental ekonomi baik makro maupun mikro. Salah satu hal yang memberatkan laju indeks hari ini terkait harga minyak mentah dunia. Pada pukul 16:22 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet melonjak masing-masing 2,49% dan 2,25%.
Penyebab utama kenaikan tersebut adalah dugaan berakhirnya keringanan sanksi embargo AS atas Iran. Pada hari Minggu (21/4/2019), kolumnis Washington Post mengabarkan bahwa AS tengah mempersiapkan pengumuman berakhirnya masa keringanan sanksi Iran.
Selain harga minyak yang cenderung naik, rotasi sektoral maupun perubahan keseimbangan portofolio (portfolio rebalancing) oleh investor institusi diyakini sebagai satu hal yang memberatkan IHSG.
Indeks sektor konsumer anjlok 2,77% yang didominasi saham-saham industri rokok. Saham-saham rokok banyak dilepas karena volume penjualan industri tembakau yang tidak secepat yang diperkirakan.
Hal ini membuat investor asing sedikit menahan aksi pembelian saham di bursa sembari melihat perkembangan selanjutnya. Hari ini asing mencatatkan jual bersih (net sell) di pasar reguler mencapai Rp 80 miliar.
Secara teknikal, IHSG masih diselimuti tekanan jual seiring terbentuknya pola lilin hitam panjang (long black candle) disertai volume cukup besar hingga Rp 11 triliun.
Selain itu, indeks masih berada di bawah rata-rata levelnya dalam lima hari (moving average/MA5) yang menandakan adanya tekanan dalam jangka pendek.
![]() |
Dilihat dari tingkat kejenuhannya, momentum pelemahan IHSG masih terbuka karena belem memasuki fase jenuh jualnya (oversold), mengacu pada indikator teknikal stochastic slow.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular