Analisis Teknikal

Anjlok 1,38%, Pelemahan IHSG Terbatas di Sesi II

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
22 April 2019 13:16
Semantara faktor lain yang menjadi kekhawatiran yakni kenaikan harga minyak.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta,CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sementara anjlok 1,38% ke level 6.417 hingga penutupan sesi I, Senin (22/4/2019).

Semua indeks sektor memerah termasuk sektor konsumer yang melemah 2,68% dan menjadi pendorong utama kejatuhan IHSG. Saham-saham rokok banyak dilepas pelaku pasar karena pesimisme terhadap prospek volume penjualan industri tembakau yang tidak secepat ekspektasi dari para analis.

Bahana Sekuritas menurunkan rekomendasi PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menjadi 'hold", sementara PT H.M. Sampoerna Tbk (HMSP) direkomendasikan "maintains buy". Saham HMSP anjlok 4,96%, sementara GGRM terkoreksi 3,45%.

Semantara faktor lain yang menjadi kekhawatiran yakni kenaikan harga minyak. Pada pukul 10:20 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet melonjak masing-masing 2,64% dan 2,31%.

Penyebab utama kenaikan tersebut adalah dugaan berakhirnya keringanan sanksi embargo AS atas Iran. Pada hari Minggu (21/4/2019), kolumnis Washington Post mengabarkan bahwa AS tengah mempersiapkan pengumuman berakhirnya masa keringanan sanksi Iran.

Kenaikan harga minyak merupakan bencana bagi rupiah. Pasalnya, Indonesia adalah negara net importir minyak yang mau tidak mau harus mengimpor menggunakan dolar AS demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Hingga pukul 12:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.085. Rupiah melemah 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Jumat Agung pekan lalu.

Analisis Teknikal

Setelah mampu menembus level penghalang (resistance) terdekatnya yang berada di 6.500. Pelemahan IHSG pada sesi II diperkirakan tidak berlanjut, mengingat level penahannya (support) di 6.400 tidak berhasil ditembus.
Anjlok 1,38%, Pelemahan IHSG Sudah TerbatasSumber: Refinitiv
Grafik harian (intraday chart) juga menunjukkan pelemahan yang semakin terbatas. Terbentuknya pola lilin hitam panjang (long black candle) menandakan IHSG sedang diselimuti tekanan jual.

Berdasarkan indikator teknikal Moving Average (MA), IHSG juga mulai bergerak di bawah nilai rata-ratanya dalam lima hari (MA5). Hal ini menunjukkan IHSG cenderung tertekan dalam jangka pendek.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular