Pemilu 2019

Rupiah Terbaik di Asia, Terima Kasih Jokowi Effect!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 April 2019 16:19
Rupiah Terbaik di Asia, Terima Kasih Jokowi Effect!
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini ditutup menguat di perdagangan pasar spot. Rupiah mampu menguat di tengah gelombang keperkasaan dolar AS di Asia. 

Pada Kamis (18/2/2019), US$ 1 dibanderol Rp 14.040 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,28% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Pemilu. 

Kala pembukaan pasar, rupiah menguat lumayan signifikan yaitu 0,57%. Namun dalam perjalanan sampai penutupan, apresiasi rupiah menipis. 


Berikut pergerakan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 

Meski apresiasi rupiah berkurang, tetapi mata uang Tanah Air tidak pernah melemah seharian ini. Pencapaian ini patut diacungi jempol karena mata uang utama Asia sebagian besar melemah di hadapan dolar AS. 

Selain rupiah, hanya yen Jepang yang mampu menguat. Melawan yen, penguatan rupiah masih lebih unggul. Ini membuat rupiah berhasil menjadi mata uang terbaik di Benua Kuning, status yang tidak pernah lepas sejak pembukaan pasar. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:04 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Penguatan rupiah yang tergerus dan pelemahan yang dialami mata uang Asia disebabkan semakin mantapnya kebangkitan dolar AS. Pada pukul 16:05 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat sampai 0,24%. 

Investor kembali mencari keamanan dan kenyamanan di pelukan dolar AS. Sebab, ada sentimen yang membuat investor khawatir. Bank Sentral Turki melaporkan cadangan devisa pada 12 April berada di US$ 28,44 miliar. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yang sebesar US$ 27,94 miiiar, tetapi turun ketimbang posisi akhir Maret yaitu US$ 29,71 miliar. Sebagai informasi, Bank Sentral Turki melaporkan cadangan devisa setiap minggu.

Tipisnya cadangan devisa Negeri Kebab membuat bank sentral agak terpojok. Mengutip Financial Times, Bank Sentral Turki dikabarkan menarik pinjaman jangka pendek bernilai miliaran dolar AS untuk memupuk cadangan devisa. Itu yang menyebabkan cadangan devisa pada 12 April naik dibandingkan sepekan sebelumnya. 

Pelaku pasar cemas karena muncul persepsi Bank Sentral Turki tidak punya 'amunisi' yang memadai jika mata uang lira tertekan. Kita tentu ingat bagaimana tahun lalu krisis mata uang lira menyebabkan tekanan terhadap pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Baca:
Kisah Turki yang Mirip Indonesia Saat Krismon

Akan tetapi, rupiah mampu berdiri tegak di zona hijau karena sentimen domestik yang sangat kuat. Kemarin, rakyat Indonesia berpartisipasi dalam pesta demokrasi Pemilu 2019.  

Sampai saat ini, hitung cepat (quick count) dari sejumlah lembaga mengunggulkan pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin sebagai pemenang. Perolehan suara mereka di atas pasangan 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. 


Jalan Jokowi menuju kursi RI-1 untuk periode kedua yang sepertinya terbuka membuat pelaku pasar bergairah. Sebab, investor (terutama asing) memang lebih menerima sosok petahana atau incumbent ketimbang figur baru. 

Maklum saja, ketidakpastian adalah musuh terbesar pasar. Jika Jokowi kembali menjadi presiden, maka faktor ketidakpastian itu hilang. Selama 5 tahun ke depan, tidak akan ada perubahan kebijakan yang mendasar sehingga lebih mudah bagi pelaku pasar untuk melakukan kalkulasi. 

Program-program yang sudah ada saat ini akan dilanjutkan, bahkan diperkuat. Misalnya untuk program bantuan sosial, Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang eksisting akan diperluas cakupannya menjadi KIP Kuliah. 

Kemudian Jokowi juga akan punya kesempatan untuk melanjutkan reformasi struktural yang sudah dilakukan selama 5 tahun terakhir. Salah satu pekerjaan yang masih harus diselesaikan adalah mengatasi masalah defisit transaksi berjalan (current account) yang membuat rupiah rentan melemah. 


Setelah yang pertama terjadi pada 2014, kini Jokowi Effect Jilid II sedang menjangkiti pasar. Sepertinya memang benar bahwa Jokowi adalah 'jagoan' investor. Saat 'jagoan' mereka menang, tidak heran investor begitu bergairah.



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular