DIbuka Variatif, Wall Street Memerah Setelah Trump Serang Fed

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
15 April 2019 21:11
Bursa AS bergerak variatif dan jatuh pada Senin (15/4/2019) waktu setempat, karena investor khawatir melihat kinerja emiten AS dan aksi Trump.
Foto: Bursa Tokyo (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia -- Bursa Amerika Serikat (AS) terkoreksi setelah sempat bergerak variatif pada pembukaan perdagangan Senin (15/4/2019) waktu setempat. Ini karena investor khawatir melihat kinerja emiten utama AS di tengah serangan Presiden AS Donald Trump terhadap The Federal Reserve.

Indeks Dow Jones dibuka melemah 41,87 pin atau 0,16% menjadi 26.370,43 pada pukul 20:35 WIB atau pukul 09:35 waktu AS. Indeks S&P 500 yang sempat menguat tipis 0,06% atau 1,81 poin ke 2.909,22 pada waktu yang sama, justru berbalik melemah 0,05% ke 2.905,87.

Pada pembukaan perdagangan Wall Street, saham sektor konsumer dan teknologi bergerak di jalur hijau, tetapi saham sektor lain cenderung bergerak volatil. Reuters melaporkan volatilitas ini terkait dengan kinerja Goldman Sach yang mengecewakan.

Meski membukukan laba bersih US$2,25 miliar pada kuartal pertama tahun ini, tetapi angka tersebut jauh dari estimasi pasar senilai US$4,89 miliar. Sementara itu, pendapatan perseroan tertekan 13% menjadi US$8,81 miliar, atau nyaris menggapai estimasi yang menjadi konsensus pelaku pasar senilai US$8,9 miliar.

"Kami cukup puas dengan kinerja kuartal satu, terutama di tengah situasi yang kurang menguntungkan di awal tahun,"tutur CEO Goldman David Solomon dalam keterangan resminya, sebagaimana dikutip CNBC International.

Sementara itu, harga minyak mentah AS, yakni WTI, tertekan 0,8% ke US$63,4 per barel. Koreksi harga ini terjadi di tengah mulai beroperasinya fasilitas pengeboran (rig) setelah sebelumnya sempat dijeda karena pemeliharaan. Akibatnya, pasokan minyak kembali naik.

Di tengah kondisi demikian, presiden AS menyatakan bahwa Wall Street bisa naik 5.000 hingga 10.000 poin jika The Fed melakukan kebijakannya dengan benar. Ini membuat pelaku pasar khawatir kebijakan The Fed bakal tidak lagi pro-pasar dan cenderung ditekan demi kepentingan politik elit AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Bagaikan Kapal Diamuk Ombak, Wall Street Karam di Zona Merah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular