Wall Street Labil, Tapi Besar Kemungkinan Menguat

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
11 April 2019 18:36
Dalam risalah tersebut, anggota The Fed memang menunjukkan sikap kalem sesuai yang diperkirakan oleh pasar.
Foto: Ekspresi Trader di lantai bursa amerika di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, AS, 12 November 2018. REUTERS / Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan Kamis (11/4/2019), kontrak futures indeks acuan bursa saham Wall Street diimplikasi stagnan dengan kecenderungan menguat.

Hingga berita ini dimuat kontrak future Dow Jones dan Nasdaq Composite mengimplikasikan menguat masing-masing sebesar 59,84 poin dan 19,51 poin, sementara S&P 500 diimplikasikan naik 7,44 poin.

Pelaku pasar nampaknya masih mencerna notulensi rapat bulan Maret Bank Sentral AS/The Fed yang baru dirilis kemarin (10/4/2019).

Dalam risalah tersebut, anggota The Fed memang menunjukkan sikap kalem sesuai yang diperkirakan oleh pasar.

"Beberapa peserta rapat menggarisbawahi bahwa pandangan mereka soal arah suku bunga acuan bisa berubah tergantung data-data yang masuk," sebut notulensi itu.

Anggota The Fed mencatat bahwa situasi ekonomi global yang masih tidak pasti juga mendorong The Fed untuk menahan suku bunga acuan di level 2,25-2,5%.

Ketidakpastian tersebut berasal dari pembicaraan perdagangan internasional, perkembangan Brexit, sampai perlambatan ekonomi yang kentara dari Benua Biru dan Negeri Panda.

Namun, meski situasi sekarang masih mengarah ke perlambatan ekonomi global, tidak menutup kemungkinan bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan akhir tahun ini.

"Pedagang (investor) terus beroperasi dalam mode wait and see sambil mencari peluang berikutnya di kondisi pasar yang waspada", ujar analis Rakuten Securities Nick Twidale, dilansir Reuters.

Selain itu, Twidale juga menyampaikan bahwa dua peristiwa yang akan membawa risiko besar berasal dari The Fed dan Bank Sentral Uni Eropa (ECB).

Sikap kelem kembali ditunjukkan oleh Bank Sentral Uni Eropa (ECB), dimana Martio Draghi dan rekan masih setuju untuk mempertahankan suku bunga acuan refinancing rate di level 0%.

ECB juga berencana untuk memberikan stimulus moneter guna memacu perekonomian Benua Biru. Besar kemungkinan stimulus yang dimaksud adalah targeted longer-term refinancing operations (TLTRO-III) yang bertujuan memberikan pinjaman berbiaya rendah, dilansir CNBC International.

Layaknya The Fed dan ECB, Wall Street pun waspada dan menunggu, apakah dalam waktu dekat akan ada stimulus yang mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi dunia.

Pada hari ini, investor akan mencermati rilis data indeks harga produsen pada pukul 19:30 WIB

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Sektor Perbankan Nanjak Lagi, Wall Street Melesat Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular